Jangan! Pengendara yang berponsel berisiko kecelakaan empat kali lebih besar.
Ada yang beranggapan bahwa berbicara melalui ponsel tak ada bedanya dengan ngobrol dengan penumpang di dalam mobil. Salah, hasil riset tidak mengatakan seperti itu [1]. Ngobrolnya si penumpang biasanya terjadi dengan mempertimbangkan kondisi sang pengemudi; misal saja: saat pengemudi menyalip kendaraan dengan kecepatan tinggi, biasanya obrolan dihentikan. Ini karena si penumpang dan pengemudi ngobrol dalam konteks kondisi yang sama. Oleh karenanya,si penumpang juga bisa membantu si pengemudi dalam mewaspadai kondisi jalan di depan maupun di sekeliling kendaraan. Pengemudi juga tak akan sungkan untuk sementara waktu mencuekkan obrolan atau bahkan meminta si penumpang diam sebentar ketika ada kondisi di jalan yang membutuhkan konsentrasi khusus.
Tapi lawan bicara di telepon memiliki kondisi yang begitu berbeda dengan penumpang di mobil. Dia tidak akan bisa memekik tiba-tiba, “Awas, truk di belakang mau nyalip dari sebelah kiri!”
Beberapa studi sampai menyebutkan betapa ber-SMS dan ngobrol melaui ponsel selama berkendara dapat memperlambat waktu respon melebihi dampak akibat mabuk atau teler [2][3]. Aktivitas ber-SMS mengalihkan perhatian pengemudi dari jalanan lebih lama daripada ngobrol melalui ponsel, terlebih daripada yang tidak menggunakan ponsel. Pengemudi yg ber-SMS juga lebih cenderung luput perhatian terhadap garis dan marka jalan, lebih sering berganti jalur kendara, dan kurang mampu mempertahankan jarak yang konsisten dengan kendaraan di depannya [3].
Saya rasa informasi seperti ini baik untuk dispandukkan agar masyarakat lebih teredukasi, alih-alih sekedar menginformasikan denda gara-gara berponsel sambil berkendara.
Referensi:
Leave a Reply