Zimbabwe, salah satu negara dg penduduk termiskin di dunia kini menderita inflasi sebesar 2,200,000 persen pada Mei kemarin. Dan bila kondisi ini masih belum bisa terkendali seperti saat ini, maka inflasi annual nya akan bisa mencapai 5 juta persen pada Oktober nanti.
Para penduduk negaranya kini mengalami gelombang baru kenaikan harga yg membuat kebutuhan pokok berada di luar jangkauan: sepotong roti sekarang ini berharga sama dg 12 mobil baru sepuluh tahun yg lalu. Coffee beans buatan lokal saja sudah seharga 1 juta dolar Zimbwabwe. Sepuluh tahun yg lalu, itu sudah bisa dipake untuk membeli 60 mobil baru. Industri manufaktur hanya beroperasi 30 persen dari kapasitas maksimumnya dg berkurangnya karyawan akibat mereka tidak mampu membayar biaya transportasi.
Harga barang2 di pasar tradisional masuk dalam kisaran juta; 10 juta, 15 juta – dan masih terus naik.
Sehingga untuk membayar makan di restoran harus membawa uang sebanyak di bawah ini;
dan ketika berbelanja di pasar harus bawa uang sebanyak ini;
Jika di nilai tukar Indonesia terhadap dolar adalah Rp 9.350.000,00, maka dengan US $ 1 kita bisa mendapatkan 1 Milyar dollar Zimbwabwe. Ini sangat kontras dengan situasi di kemerdekaan tahun 1980, di mana satu dolar Zimbabwe bernilai sama dengan US $ 1. Pada 20 Juli 2008 bank Zimbabwe menerbitkan pecahan uang sebesar 100 Milyar Dollar, yang merupakan rekor pecahan uang dengan nominal terbesar di dunia.
Sementara di bawah ini adalah pecahan 500 juta dollar yang dikeluarkan pada bulan Mei 2008, hanya cukup untuk digunakan sekali makan.
Sehingga tak heran ketika melihat anak jalanan di sana memiliki banyak recehan dollar;
Sehingga bayangkan saja bila setiap gajian Anda harus membawa uang sebanyak ini.
Atau ketika hendak berbelanja harus mengusung uang sebanyak ini’
Ada beberapa analisa tentang apa yg menyebabkan terjadinya kondisi semacam sekarang ini; yg terbesar adl karena pemerintahannya yg korup dan berada di atas segala aturan hukum. Tapi saya tidak hendak mengajak Anda bergunjing. Lebih baik kita gunakan apa yg terjadi di sana sebagai pembelajaran untuk menjadi lebih bijak.
Tujuh puluh persen dari populasi Afrika hidup dari pendayagunaan sumberdaya alam, tanah, mineral, hutan, ‘ternak’ liar, dan air. Itu semua adalah sumber kekayaan dan kekuasaan di Afrika yg kemudian sering mendapat perlakuan manajemen yg salah.
Jon Anderson of USAID untuk Afrika menyatakan bahwa apa yg telah terbukti berhasil mengentas suatu bangsa miskin adalah program2 yg mengintegrasikan pengelolaan sumberdaya alam alami, ekonomi (pertumbuhan ekonomi dan pengetasan kemiskinan) dan kekuasaan (pemerintahan yg baik dan empowerment)
Empowerment ini sangat penting, mengingat kebanyakan orang miskin masih bekerja demi uang, dan lalu langsung menghabiskan uang yg sudah didapat. Sementara itu orang2 kaya menggunakan uang mereka untuk mencari uang. Itulah yg disebut investasi.
Kebanyakan negara miskin memiliki penduduk yg bergantung pada pertanian. Sehingga langkah efektif untuk mengentas mereka adalah dengan membantu petani2 kecil meningkatkan produksi tani dan membuka akses kepada pasar. Sesungguhnya pinjaman dan tabungan bisa membantu petani menghadapi krisis dan membangun aset. Itulah kemudian yg diupayakan oleh Bill & Melinda Gates Foundation dan juga Muhammad Yunus.
Muhammad Yunus mengajukan konsep yg menarik tentang Social Business; yakni sebagai bisnis yg dimiliki oleh para miskin dengan tujuan social namun tetap menghasilkan untung untuk bisa terus berkembang. Dia tidak memberi ruang untuk para investor dan orang2 kaya yg masih punya prinsip profit-maximizing. Meskipun social business harus menghasilkan profit, tapi motif profit tidak boleh dinomorsatukan, karena itu pasti cepat atau lambat akan menenggelamkan motif sosial. Sehingga Muhammad Yunus membuat pembeda yg eksplisit dan tegas antara social business dan traditional business; yakni terkait ekspektasi dari investor dalam hal dampak sosial positif yg dihasilkan..
Baik Muhammad Yunus maupun Bill Gates punya konsep yg mirip untuk mengatasi kemiskinan; berikan modal/pinjaman, dan bekali mereka dengan teknologi agar bisa mengakses informasi (untuk belajar dan mengakses supplier & pasar). Bill Gates membuat program yg terfokus untuk membekali penduduk miskin dengan komputer publik yg terhubung dg internet. Sementara itu Muhammad Yunus melalui Grammen Bank nya telah membuat perusahaan yang menyediakan telepon genggam dan koneksi internet untuk masyarakat di desa2 Bangladesh. Dan ternyata para penduduk miskin di sana bisa memanfaatkan layanan itu dengan baik. Saat ini sedang dikembangkan perangkat yg bisa langsung menerjemahkan bahasa asing agar para miskin tak lagi kesulitan dalam berkomunikasi dengan pemain ekonomi global.
Nah, di Indonesia hal semacam ini juga sedang dirintis. Money and Technology for the poor; bank dan koneksi internet untuk si miskin. Sekarang tinggal pemerintahnya yg harus dibenerin.
waduh kasian banget. Sungguh masih sangat amat beruntung sekali kita bisa hidup di Indonesia. Meskipun masih ada beberapa kekurangan, tapi setidaknya tidak sampai parah seperti mereka.
Sepertinya Cengkraman barat sangat kuat… harus ada cara baru 😉
Hmm, negeri para milyuner..Mengingatkan kita untuk tetap bersyukur meski cuma jadi negeri jutawan ;-p
saya takutnya kalo di Indonesia malah cuman dimanfaatin sesaat sesudah itu dilupakan kembali lagi miskin.. 😀