Dalam Blink, Malcolm Gladwell menyebutkan bahwa jika kita ingin belajar meningkatkan mutu keputusan2 yang kita buat, kita perlu menerima sifat misterius kesimpulan sekejap kita. Kita perlu menghormati kenyataan bahwa kita bisa mengetahui sesuatu tanpa tahu mengapa kita tahu dan menerima -kadang2- bahwa kita lebih baik membiarkannya.
Hal ini membutuhkan kemampuan untuk dengan cepat sekali masuk ke bawah permukaan sebuah situasi. Salah satu cara ‘mudah’ adl dengan membaca wajah, sbg sumber informasi yang kaya sekali ttg emosi. Informasi pada wajah tidak sekedar isyarat ttg apa yang terjadi dalam pikiran kita. Dalam pengertian tertentu, itu juga mengatur yang akan terjadi dalam pikiran kita.
Kita barangkali sudah terbiasa dengan pandangan: mula2 kita mengalami emosi dahulu, baru kemudian kita ungkapkan emosi itu melalui wajah. Kita memandang wajah sbg jendela emosi. Tyt, penelitian menunjukkan bahwa proses itu juga bisa bekerja berlawanan: bahwa emosi juga bisa dimulai dari wajah.
Bagaimanapun, wajah pada hakikatnya punya kemauan sendiri. Kita dapat saja menggunakan otot sadar utk mencoba menekan reaksi2 bawah sadar. Tapi seringkali emosi yang ditekan -semisal rasa tidak senang yang disangkal- masih akan bocor.
Dicontohkan, ketika seseorang mengatakan “Aku suka kamu”, kita langsung menatap krn dengan memandang wajahnya, kita bisa tahu -atau setidaknya kita bisa tahu lebih banyak- ttg apakah pernyataan itu tulus. Apakah di sana terlihat kelembutan & keceriaan? Atau kecemasan & kesusahan yang sekilas terlihat?
Kita melakukannya setiap hari, dengan tanpa berpikir. Tapi spt yang pernah saya tuliskan, pada umumnya para wanita lebih ahli dalam melakukan hal ini.
Yang menarik di Blink rupanya “keputusan sekejap” ini terutama cocok kalau kita ahli di bidang itu. Kalau kita tidak ahli malah bisa jadi keputusan sekejap-nya menyesatkan. Jadi makin termotivasi nih untuk jadi ahli di bidang kita :).
Heii.. saya juga SUKA BANGET sama buku ini!!! Bener-bener bikin saya yang punya latar belakang di dunia sains geleng-geleng.. Ternyata gak setiap keputusan harus diambil berdasarkan rujukan ini dan itu. Oya, kalo suka Malcolm Gladwell, coba baca The Tipping Point deh. Seru juga! Salam kenal 🙂
Wahaha… iya, intuisi perempuan itu konon lebih tajam. Kami memang cenderung lebih mendengarkan kata hati daripada laki-laki yang lebih memperhatikan fakta di depan mata.
Aku punya bukunya, walau terjemahan. Dan aku suka banget.
Dasar Guntar, nanggepinnya lambat banget nih.
#1. Perihal menariknya memang, keputusan sekejap bisa muncul ktk intuisi udah terlatih. intuisi terlatih hny dg intensitas tinggi dlm berkutat di bidang tertentu. artinya intuisi dan keputusan sekejap yg menyertainya butuh waktu utk akhirnya bisa muncul & didayagunakan.
#2. Buku Tipping Point, saya baru baca resumenya dari temen. BInun, kudu baca sendiri kayaknya :p. Tapi temen yg baca tu capek; sama spt Blink, Tipping point kan berisi banyak banget cerita, dan hikmah dari tiap cerita terselip di antara cerita2 itu.
#3. Saya pikir akhirnya tgt, intuisi di bidang mana nih yg kita bicarakan. klo intuisi di bidang teknologi, saya pikir mas Andry yg lebih jagoan ketimbang -maaf- cewek manapun 😆
tapi memang, semakin saya mengetahui wanita (dari buku [weks]), makin saya geleng2 karenanya. Sang Pencipta bener2 Luar Biasa dlm menciptakan kombinasi manusia hingga sedemikian rupa.
Wah idenya cukup bagus juga. Tapi saya ada sedikit pemikiran. Seorang manusia menilai diri dan lingkungannya baik secara bawah sadar maupun tidak sadar sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman hidup. Otomatis masing2 orang memiliki pengalaman jidup yg berbeda2 sehingga banyak perbedaan pula sikap orang dalam menanggapi/membaca sesuatu. So dgn konsep diatas, apa ga takut kita menjadi salah menilai seseorang??? Lalu gmn sebaiknya kita membaca seseorang?? apa ga lebih baik dikembalikan dalam kaidah islam dan teladan Rasul ??!!!
Saya setuju dengan pendapat Donald.Pemahaman orang untuk dapat menentukan atau memberi keputusan sekejap, sebetulnya karena orang tsb telah memahami bidang tsb, telah ahli…seperti contohnya Thomas Hoving,saat melihat kouros yang dibeli Getty yang sebetulnya bukan barang antik. Dia sebelumnya telah bekerja lama, mendampingi kurator asal Eropa yang mendata hampir semua koleksi patung. Dia mengisi tiap malam dengan mendata, mengeluarkan dari almari, dan memperhatikan bergantian dengan meletakkan patung di meja. Sehingga apa yang dikerjakan setiap hari telah membangun data base dalam alam bawah sadarnya …sehingga kecurigaannya adalah patung tsb terlihat bersih, tak seperti patung sejak abad pertengahan.Saya sendiri dilatih untuk memahami karakter klien, sering meninjau usaha klien. Suatu ketika saya dan staf baru mengunjungi suatu industri, saya membiarkan staf bertanya…dan saat saya pulang, staf tadi saya tanya…apa kesimpulanmu…..dan kesimpulan ini jelas berbeda dengan saya, yang telah bekerja 20 tahun pada bidang yang nyaris sama terus.Jadi penghayatan pada wajah juga mirip seperti itu…sebetulnya tak hanya wanita, tapi mungkin karena wanita menyukai hal-hal yang ke arah intuisi, ataupun sifat seseorang…jadi lebih cepat memahami jika seorang klien sebetulnya berkata tak seperti keadaan sesungguhnya. Tapi ini hanya jika memang wanita tadi udah ahli…bandingkan betapa banyaknya juga wanita yang tertipu dengan mulut manis. Jadi intinya, teori cuplikan atau sayatan tipis hanya tepat pada orang yang memang ahli di bidang hal yang dinilai dan dilihat sepintas tsb.
edratna’s last blog post..Pernahkah anda berpikir bahwa akan menempuh jalan hidup seperti ini?