Fiuh, udah lama banget deh ndak posting. Yang namanya cari uang emang bisa mbikin satu atau lain hal rada terabaikan. Tentu, bukan hanya saya yang punya masalah dengan keuangan. Dalam masa tertentu, Anda barangkali juga pernah berada dalam state yang sebegitu butuhnya ama uang.
Mind-state Ndak-bisa-berpikir-lain-selain-uang biasanya dialami oleh orang2 yang mengalami kekeringan finansial (or in my case, tabungan yang kurang). Mereka berpikir dan khawatir tentang uang hampir setiap saat. Kinda pathetic sometimes, mengingat hal ini berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan dlm aspek emosional, hubungan dg orang lain atau yang lain.
Kita biasanya memang butuh uang dalam jumlah minimal tertentu untuk merasa aman. Bila kita miliki kurang dari yang kita butuhkan, kita akan mikir tentang uang hampir setiap saat. Sementara bila kita telah berkecukupan, kita bisa lebih lega-an dan jadi bisa mikir perihal yang lain.
Namun jika kita ‘kurang beruntung’, kecukupan finansial itu malah membuat awareness dan penghargaan pada uang jadi berkurang. Seorang remaja yang hidup makmur/berkecukupan dg biaya dari orang tuanya dan bujangan makmur (sudah bekerja) tapi belum menikah biasanya mengalami masalah ini; awareness yang kurang thd uang. Uang mereka biasanya habis untuk urusan2 yang ngga penting dan tak banyak berikan value kemanfaatan. Di akhir bulan mereka biasanya sering bertanya2, “Pada ke mana aja uangku ya?”. Masih belum banyak yang sudah membedakan antara “kebutuhan” dan “keinginan”.
Kenapa sih orang2 yang sudah menikah cenderung lebih cepat perolehan finansialnya? Karena tingkat awareness dan penghargaan mereka thd uang tinggi. Seorang suami terus berpikir tentang bagaimana bisa mendapatkan uang. Dengannya, dia akan berpotensi menarik lebih banyak peluang untuk mendapatkan dan menyimpan uang.
Prinsip untuk penciptaan uang tu sebenernya kan sederhana
All wealth comes about as the result of increasing value in some way.
Ciptakan value di setiap apa yang kita lakukan. Kemampuan kita untuk menciptakan dan menambah value di kerjaan kita, perusahaan dan customer kita adalah kunci untuk aliran finansial. Semakin tinggi value yang bisa kita hasilkan, semakin valuable juga kita menjadi. Dengannya, perolehan finansial kita pun akan meningkat. Jika peningkatan value tidak menjadikan perolehan finansial Anda meningkat, maka bisa jadi Anda bekerja di tempat yang salah. Kecuali tentu saja, Anda bekerja di perusahaan sosial.
Tapi intinya, dlm lingkup profesional, kemampuan kita untuk mendapatkan kunci pengetahuan, gagasan, insight dan skill yang kita butuhkan dan lalu mengaplikasikan semua itu untuk tingkatkan kualitas kerja atau orang lain, pada akhirnya akan menentukan reward finansial yang bisa kita nikmati. Atau dalam konteks yang amat mendasar, itu semua akan meningkatkan value kita di hadapan sang Pencipta.
What must I absolutely excellent at doing in order to earn the kind of money that I will need to achieve my goals?
Jawaban terbagus yang kita dapat, kita harus bersedia membayar harganya, dan konsisten dg effort yang dilakukan. Secara umum, kita juga harus bersedia untuk menempuh perjalanan yang dibutuhkan untuk menjadikan diri berkapasitas yang memadai utk bisa dapatkan berapapun uang yang kita targetkan.
Bicara ttg kesediaan utk membayar harga memang gampang. Tapi utk bener2 mengalaminya, kita butuh alasan yang bener2 bersikap emosional dan memaksa. Seorang suami yang gigih mencari nafkah bagi istri (dan mungkin anak), terdorong oleh rasa tanggung jawab, dan bahkan rasa malu bila tak dapat menjalankan perannya dg baik. Kalo saya, skr ni lagi gigih mencukupkan tabungan tuk scr mandiri biayai pernikahan (yang sayang sekali, belum jelas tanggalnya kapan; doakan ya π ).
Anda sendiri pun juga sama; Anda juga harus miliki motif/alasan yang sifatnya emosional dan memaksa. Dan tentu Anda juga perlu punya penghargaan yang sepantasnya pada uang. Cermati ke mana perginya semua uang Anda. Karena kita tahu sama2, biasanya hanya satu, dua atau tiga saja sumber keuangan kita, tapi ada puluhan cara dan gaya untuk menghabiskannya :mrrgreen:
Semoga harta yang Anda dan saya miliki menjadi harta yang barokah. Amin π
Amin, … masalahnya kadang menjadi suatu hal yang kabur pada saat kita menentukan sebuah motif/ alasan yang bersifat emosional dan memaksa.
berarti kalo mas guntar sudah sempat posting nih artikel, berarti mas guntar sudah tidak dalam state “Ndak-bisa-berpikir-lain-selain-uang”. Dengan kata lain tabunganya sudah diatas tresshold. Dan ujung kesimpulanya, mas guntar sudah siap membiayai pernikahanya secara mandiri. Alhamdulillah…jangan lupa undanganya mas π
MasGun, tulisan menarik..
Btw sampeyan kapan bagi2 undangan? π
Khan awaraness’nya udah tinggi. Udah pantes jadi nahkoda rumahtangga.. π
seorang student yg gigih mencari nafkah demi meringankan beban orang tua, terdorong rasa tanggung jawab dan bakal mendelik2 ketika gajinya dipotong insurance dan kawan2.., hehe
(ini smileynya udah bener belom yak?)
kadang2, sempet kepikir juga, knp org yg ngirit justru mesti susah payah sedangkan yg kurang ngirit baik2 saja? – mungkin karena org yg ngirit lebih bisa bertahan di saat2 susah dan (tanpa sadar) selalu memilih jalan2 yg lebih butuh kengiritan *halah.., menghibur diri sendiri ituh..
dan selamat taun baru!! (meski telat banget π
Kalo ngomongin soal uang, saya selalu ingat dollar AS yang di kertasnya ada tulisan “In God We Trust”. Tapi sayang, tulisan God kalah besar sama tulisan nominal angka, jadi orang lebih tunduk itu π
“Seorang remaja yang hidup makmur/berkecukupan dg biaya dari orang tuanya dan bujangan makmur (sudah bekerja) tapi belum menikah biasanya mengalami masalah ini; awareness yang kurang thd uang. Uang mereka biasanya habis untuk urusan2 yang ngga penting dan tak banyak berikan value kemanfaatan. Di akhir bulan mereka biasanya sering bertanya2, βPada ke mana aja uangku ya?β. Masih belum banyak yang sudah membedakan antara βkebutuhanβ dan βkeinginanβ.”
Wah … Nyindir nih ya … ^_^
ndang cepet nikah om.. π Tanggalan gedhe2 tulisannya dan jelas gitu kok jadi gak jelas.. π Pokoke : “Jika mereka itu fakir, maka Allah akan kayakan mereka dengan karunia-Nya…” (QS. An Nuur (24) : ayat 32).. So, tunggu apa lagi.. π
jangan buang-buang uang percuma…
Katanya Robert Allen ada 7 essential money skills, dan ini bertingkat. Yang paling dasar memang value it, dilanjutkan dengan control it, save it, invest it, make it, shield it, dan yang terakhir share it. So, bakal ada 6 tulisan lanjutan nih dari mas Guntar sesudah tulisan ini. Can’t wait to read them.
hmmm…meningkatkan awareness thdp uang = menikah
sip deh, saran yg bagus ^_^
eniwei, konon kabarnya masyarakat kita ini adalah masyarakat konsumtif, saking konsumtifnya sampe skrng tetep saja banyak orang asing yg tergiur untuk investasi di sini, nah pertanyaannya betulkah kelebihan uang merupakan suatu penyebab kurangnya awareness seseorang thdp uang ?
hmm bisa saja…., tetapi ada satu hal yg paling esensial yg kadang kita lupa mengapa kita tidak awareness thdp uang terutama dalam keadaan kelebihan/makmur, yg paling esensial itu adalah pendidikan, ku rasa dalam pendidikan kita, kita tidak diajarkan untuk bermental aware thdp money, kita tidak diajarkan untuk membentuk benteng pertahanan thdp IKLAN…di dalam keluarga,belum lagi di keluarga seringkali orangtua memanjakan anak2nya, sehingga anak menganggap bahwa mudah sekali mendapatkan uang, padahal sebaliknya di kehidupan nyata rezeki mesti dijemput dengan kerja keras
uang = nafsu, nafsu akan berguna bila bisa ditundukan/dikontrol, jadi bisakah kita bisa mengontrol hal tsb ?
fuuuuuuuuuuuuuuh, jadi pengen beli Nintendo WII euy (loh)
Hehe.. saya pernah mengalami hal itu. Di surabaya, saya sudah bisa mengatasinya, tapi ketika di jakarta, dimana banyak sekali tempat untuk menghabiskan uang, bulan pertama di sini sungguh awut-awutan. kemampuan memanage uang di surabaya tak ada artinya jika dipakai di jakarta.
anyway, setuju buat artikel ini. sebesar apapun pemasukan, jika tak pandai mengaturnya, tetap saja terasa kurang. ketika pemasukan bertambah, keinginan lambat laun akan menjadi sebuah kebutuhan π
Kalo pendapat saya bukan awareness pada uang itu yg harus ditingkatkan tetapi lebih pada kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri utk tdk membelanjakan uangnya pada apa yg diinginkan tetapi pada apa yg diperlukan.I know it’s easy said than done tetapi it needs trying,perlu melakukan analisa kebutuhan.Sedangkan bagaimana seseorang itu memberikan value terhadap uang tidak bergantung berapa banyak uang yg dimiliki namun hal itu berbanding lurus dg bagaimana orang tsb memberikan value terhadap kehidupan,dg kata lain one’s way of life will determine whether somebody will be moneywise or not. Saya jg dak sepenuhnya setuju pd statement’kita butuh alasan yg bersikap emosional dan memaksa……….’,wah kalo itu yg dilakukan bisa2 stress melulu hidup ini,sepertinya akan lebih indah hidup ini kalo dlm melakukan sesuatu/pekerjaan dilakukan dg sincere.
Yth Bu Nurul
klo bagi saya, aware itu tetep adl kemampuan mendasar. Sepakat dg mas Kreshna yg membahasakannya sbg Value it. Dan justru itulah bagaimana seseorang memberikan penghargaan dan pemaknaan pada kehidupan lantas berpengaruh pada tingkat awareness dan value yg dia berikan pada uang.
Lalu tentang alasan yg bersikap emosional dan memaksa, itu sebenernya adl terjemahan dari bahasa inggris : Compelling. Yg dimaksud dg “memaksa” di sana sbenernya tidak lantas terasosiasi dg emosi negatif. My fault, saya aja yg kurang bagus menerjemahkannya π
Postingan yang bagus…
Memang, banyak sekali kasus gara-gara uang, hubungan saudara ataupun teman bisa jd rusak gara-gara uang. Uang penting, tapi kita tahu, dia bukan segalanya. Orientasi yang salah tentang uang mungkin menjadi alasan utama. Karena, yang justru terpenting adalah hubungan baik kita dengan saudara, tetangga, teman maupun kerabat, karena hub yg baik ini akan lebih mudah memperlancar segala bentuk rizki yang kita dapat (termasuk juga uang). Jadi dalam tataran spiritual, yang terpenting adalah cara kita mensikapinya. Berorientasi pada humannya (lebih menjadikan diri kita valuable bagi orang lain). Uang hanya sekedar efek dari semua itu.
uang…. lagi lagi uang…
i love money ,
memang benar sekali bahwasannya kita harus punya satu hal memaksa kita untuk menghargai rejeki yang di berikan Tuhan pada kita entah berupa uang kesehatan kebahagiaan dan lain sebagainya. Terlebih lagi jika kita telah dewasa sdh harus komit dengan kehidupan yang nantinya akan terlepas dari yang namanya ortu intinya tanggung jawab dengan kita sendiri tapi tidak mengabaikan yang lain. Dan memang uang adalah masalah paling krusikal untuk dihargai dan dimaknai artinya. Uang bukan segala-galanya tapi segala-galanya butuh uang ingat itu biar kita juga nggak keblinger. Apapun itu yang diberikan Tuhan Kita harus hargai dan syukuri.
Ono Karsono:
Betul, sepakat. Hubungan baik dg orang lain jangan sampe dirusak oleh uang.
Anita Dewi:
Komentar yg sip.
Uang bukan segalanya, tapi segalanya akan lebih sulit utk dijalani tanpa uang. Well said, mbak Anita Dewi π Semoga kita diberi kekuatan untuk mensyukuri apa2 yg telah Tuhan berikan pada kita.