Issue menarik dari freakonomics saya temukan dari bab 4, di mana dia membahas keterkaitan antara pelegalan aborsi & penurunan tingkat kriminalitas.
Jadi awalnya, Amerika tu penuh dengan peristiwa kriminal; pencurian, penjambretan, pembunuhan, perkosaan, sebut aja deh. Namun kemudian di awal 1990, angka itu menunjukkan penurunan tajam yang mencengangkan bahkan semua orang. Para ahli membuat analisa & studi selama bertahun-tahun tentangnya, dan mengajukan hasil analisa berikut sbg faktor2 yang mampu menekan angka kejahatan tsb;
1) Peningkatan keterhandalan/efektifitas penjara
2) Perpecahan pasar obat2an terlarang
3) Bertambah tuanya populasi (para kriminal)
4) Hukum kepemilikan senjata yang makin ketat
5) Penguatan ekonomi
6) Bertambahnya jumlah polisi
Levitt mengatakan, alasan sesungguhnya dari penurunan tingkat kriminalitas sama sekali tidak tersebut pada daftar di atas. Peningkatan ekonomi semisal, hanyalah berlaku utk tindak kejahatan yang terkait dengan incentive ekonomi; semisal pencurian (dari mobil atau isi rumah) atau penjambretan, dan bukan utk tindak kriminal kekerasan semacam penyerangan, pembunuhan, dan pemerkosaan. Dalam Freakonomics, Levitt juga memberikan penjelasan betapa kesemua faktor di atas tidak memberikan pengaruh signifikan bagi penurunan kriminalitas.
Faktor yang dia ajukan sbg faktor kuat yang bisa menurunkan tingkat kriminalitas adalah pelegalan aborsi di banyak negara bagian Amerika. Dia mengawali argumennya dengan fenomena pelarangan aborsi di Romania yang menyebabkan lahirnya anak2 dengan prestasi buruk di sekolah, kurang sukses di dunia kerja, dan terbukti cenderung menjadi para kriminal.
Siapakah sebenarnya yang paling diuntungkan oleh kebijakan aborsi? Levit sdr menjawab, adalah para wanita belum menikah, atau yang masih berumur belasan tahun, atau yang miskin, atau ketiganya sekaligus. Dan dia melanjutkan dengan pertanyaan, “Masa depan semacam apakah yang akan dimiliki oleh si anak dari orang tua semacam itu?”
Salah satu studi menunjukkan bahwa anak yang tidak diaborsi akan berpeluang sebesar 50 persen untuk hidup dalam kemiskinan; dan berpeluang 60 persen untuk dibesarkan oleh orang tua tunggal. Kemiskinan dan fenomena single-parent; inilah yang menjadi alasan terkuat bahwa seorang anak akan memiliki kehidupan kriminal di masa depan, kata Levitt.
Dalam memastikan bahwa aborsi dan tingkat kejahatan ini terkait bukan atas dasar kebetulan, Levitt mengajukan penelitian atas data kejahatan di lima negara bagian yang melegalkan aborsi. Dan dia menemukan adanya korelasi positif antara aborsi dan tingkat kejahatan.
Saat Freakonomics ditulis, terdapat setidaknya 1.5 juta aborsi di Amerika setiap tahunnya. Pemerintah memberikan pilihan pada sang ibu,”Bila merasa tidak mampu membesarkan bayi secara layak, maka dia diperbolehkan menempuh jalan aborsi”.
Byeh…
Kalau menurut saya, salah Amerika sendiri, semenjak awal, ngapain juga zina diperbolehkan?
Bagaimana menurut Anda?
[tags]FreakAborsi, Kriminalitas, freakonomics, pencurian, penjambretan, pembunuhan, perkosaan, zina[/tags]
Mau mengomentari yang ini:
“Salah satu studi menunjukkan bahwa anak yang tidak diaborsi akan berpeluang sebesar 50 persen untuk hidup dalam kemiskinan; dan berpeluang 60 persen untuk dibesarkan oleh orang tua tunggal. Kemiskinan dan fenomena single-parent; inilah yang menjadi alasan terkuat bahwa seorang anak akan memiliki kehidupan kriminal di masa depan, kata Levitt.”
Saya pernah baca di Time (moga2 gak keliru angkanya), kalau anak Amerika yang dilahirkan dari keluarga miskin punya 1% kemungkinan untuk menjadi kaya saat dewasa, sedangkan anak Amerika yang dilahirkan dari keluarga kaya punya 21% kemungkinan tetap kaya saat dewasa.
🙁
Kalau saya gak salah nangkep sih, Levitt tidak mengatakan kalau faktor-faktor yang lain itu tidak ada pengaruhnya sama sekali. Melainkan dari delapan faktor yang sering dikutip orang hanya tiga yang bisa dibuktikan benar-benar berpengaruh ke turunnya kriminalitas, dan bahwa satu faktor lainnya – yaitu aborsi – sama sekali tidak pernah dikutip di media.
Btw, menurut saya ini bukan berarti pemerintah-pemerintah perlu melegalkan aborsi untuk menurunkan kriminalitas. Lucu dong, jadi kayak Robin Hood, melakukan hal yang salah (merampok orang kaya) untuk tujuan yang baik (membantu orang miskin).
Nice book, kayaknya perlu baca neh 🙂
#2 Iya, bener. Seperti yg saya tuliskan, Levitt memang tidak pernah mengatakan kalau faktor-faktor yang lain itu tidak ada pengaruhnya sama sekali 🙂
Dan sangat sepakat, bukan berarti pemerintah perlu melegalkan aborsi. Melainkan kudu tetap melarang hubungan ‘itu’ sebelum nikah.
Saya sekali lagi sepakat dengan tulisan ini.
Cuma ada yang aneh tuh..
Mengutip kalimat, “Dan sangat sepakat, bukan berarti pemerintah perlu melegalkan aborsi. Melainkan kudu tetap melarang hubungan ‘itu’ sebelum nikah.”
seharusnya nih.. yang ada di antara tanda petik itu : ‘hubungan itu’
Makasih dan semoga kesuksesan selalu bersama langkah Anda!
#5 Nggih mbak, saya tunduk
dari kebobrokan cenderung akan melahirkan kebobrokan yang berikutnya. Apakah mau menunggu lahirnya kebaikan dari kebobrokan? nonton aja acara ‘mimpi kali yee’…. 🙂 ‘lam kenal..
butterfly effect-na sepakat..
tapi dapet konklusinya?? kayaknya terjangkit sindrom post hoc deh
btw salam kenaall ;p
#8 Post hoc ergo propter hoc ya; Fenomena kebetulan ^_^
Salam kenal juga. Its a smart blog you have there 🙂
Darn, udah beli, tapi baru sempet baca kemaren. Wekekeke.. Lucu banget Levitt ini 😀
dari sekilas apa yang saya baca sepertinya langkah yang diambil pihak Amerika dalam menyelesaikan masalah sudah baik,perlu kt sanjung langkah-langkah preventif mereka dan yang kita petik dari peristiwa itu adalah bagaimana bangsa indonesia merespon dengan bijak dan mengambil segi positifnya….bukan begitu.gema pembebasan UNTIRTA SERANG BANTEN
Buat saya, sekarang ga perlu lagi aborsi dilarang! sebagai perempuan kita berhak ngatur diri kita sendiri. Ok lah nilai agama apapun melarang aborsi ini, tapi coba deh..man..liat faktanya sekarang..berapa banyak perempuan yang diperkosa lalu hamil?Ngebayangin pelakunya aja udah muak, apalagi dengan adanya janin yang harus dikandung selama 9 bulan?!! Emang, anak ga salah, bayi itu tidak berdosa, tapi sebagai orang tua kita justru harus prihatin, kalo tuh anak nantinya sengsara krn ga ada bapaknya..apalagi dalam kasus incest, apa si korban ga terluka? Logis deh! Kita harus tetap berpijak pada tanah, artinya larangan aborsi udah ga relevan lagi untuk jaman sekarang ini..Mau nambah lagi anak-anak terlantar di indonesia karena ditinggal ibunya/ortu yang belum siap buat merawatnya? Kenapa angka kematian ibu akibat aborsi semakin meningkat?Itu karena aborsi di-illegalkan! Karena takut, si calon ibu lari kedukun yang minim pengetahuan medisnya, walhasil pendarahan. Mo lari kedokter buat aborsi? Bakal ditolak ato kalo dokternya mau pun pasti jutaan..!kita harus berpikir realistis, saatnya kita memikirkan kesehatan reproduksi kita sebagai perempuan dan aborsi bukan lagi harga mati untuk tidak ditaati. Saya bukannya ngajarin untuk melawan hukum, tidak, itu kembali pada penilaian kalian semua.
Hidup kaum perempuan yang bisa menentukan sendiri pilihannya!!
@topik
Hmm.. nice article.. emang klo kesalahan gak dibenahin dari akarnya bakalan kebentur belakangan
@selvi#13
Maaf klo lancang, sejauh yg saya tahu, dalam Islam, satu kondisi aborsi itu diperbolehkan, klo diperkosa (sekali lagi maaf klo saya salah).
Dan menurut saya, kebebasan kaum perempuan yang anda maksud itu bukanlah kebebasan, bahkan kaum perempuan akan makin tidak dihargai dan tidak dapat menghargai dirinya sendiri, dalam artian akan timbul pemikiran, “halah, ntar juga bisa diaborsi”. Dan pergaulan bebas bakal makin merajalela.
Berfikir realistis? maaf, klo bicara masalah kenyataan, kenyataannya immorality dinegara kita ini sudah sedemikian parahnya, meski gak semuanya dan tanpa bermaksud melakukan generalisasi. Apa mau tambah dirusak dengan melegalkan aborsi? yang jelas-jelas dampak jangka panjangnya bakalan RUSAK..
CMIIW, pure personal opinion, no offense yah ^^
kalo menurut anda apa saja dampak positif dari aborsi tersebut selain yg diceritakan dalam buku tersebut…!!???