Olahraga tyt berdampak lebih dari sekedar mbentuk otot dan mbantu cegah penyakit jantung. Sains terbaru tunjukkan bahwa olahraga juga mendongkrak kerja otak. Wahai workaholic dan pegiat kerja startup-business, ternyata olahraga bukan cuman bikin kita lebih berstamina, tapi juga bikin otak lebih gemilang.
Konsep “Mind-Body connection” terbukti benar. Hingga akhirnya berolahraga tu nyatanya ndak kalah penting dari aktivitas belajar itu sendiri. Pada umumnya peneliti mengatakan bhw olahraga tu baik untuk mbantu jantung memompa lebih banyak darah ke otak. Shg klo suplainya lebih banyak, artinya volume oksigen juga jadi lebih banyak, sehingga sel-sel otak pun jadi lebih sehat.
Nah, ada penelitian menarik dari universitas Illonois. Di sana, subyek penelitian diukur body mass indexnya, dan lalu dilakukan uji fisik seperti push-up, sit-up dan lari-lari ringan. Setelah itu, mereka ditest kemampuan linguistik dan matematiknya. Hasilnya, mereka yang tubuhnya lebih fit adalah mereka2 yang otaknya juga lebih fit. Hal ini juga terbukti benar bahkan ketika faktor sosioekonomi juga turut dipertimbangkan.
Pada penelitian lain, telah dibuktikan bahwa sel syaraf di otak bisa ditumbuhkan kembali (misal krn rusak akibat stress dan kerja berat) hanya dg mengkondisikan subyek penelitian dalam program olahraga selama tiga bulan. Lalu diperkuat juga dg penelitian yang membuktikan bhw berolahraga secara benar dan teratur bisa membuat sel2 syaraf terhubung secara erat satu sama lain, yang mana itu mbikin larinya otak lebih kenceng dan efisien. Mantab! π
Olahraga bisa mbikin kita lebih pinter. Asyik Kan π
Ada chemical yang disebut Brain-Derived Neurotrophic Factor, atau BDNF. Penguasaan knowledge dan skill baru terjadi ketika syaraf otak kita mencabangkan dirinya dan berkomunikasi dg syaraf lain membentuk jalinan baru. BDNF memungkinkan proses itu terjadi. BDNF yang berjumlah cukup meningkatkan kapasitas knowledge kita. Sementara itu, kekurangan BDNF mbikin seseorang jadi susah untuk membentuk ingatan baru maupun memanggil yang lama.
Nah, tapi sekedar tau aja belum cukup. Kebanyakan dari kita udah tau kalo olahraga teratur tu bisa mbantu mbetulin mood, mengurangi rasa cemas, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan ketahanan dalam menghadapi stress dan bahkan meningkatkan self-esteem. Olahraga juga bisa mbantu sel-sel otak untuk pulih kembali akibat kecelakaan yg mengenai kepala misal, stres dan juga depresi. Tapi apa lantas kita jadi giat berolahraga?
Ndak kan ya. Dasar Bandel
Saya sendiri bukan tipe olahragawan. Meskipun saya suka badminton, tapi permainan saya kacauw. Basket juga gitu, sukanya main oper begitu dapet bola. Main bola sdr, sukanya nemenin kiper ngobrol, dan menggasak bola beserta pemainnya ala karate . Volley, pinternya main Pikachu Volley Ball. Bukan Cuma ndak pinter olahraga, tapi juga males.
Di Universitas Collorado, peneliti telah mengembangkan model perilaku berolahraga. Mereka membuat asumsi yg cukup beralasan bhw gen itu mempengaruhi baik respon psikologis pada olahraga (misal detak jantung dan temperatur tubuh) maupun pengalaman subyektif atasnya (perubahan mood atau seberapa kita merasa lelah ktk melakukannya). Dari situ disimpulkan bahwa tingkat perbaikan mood dan persepsi atas berpayah2 dlm olahraga tergantung ama gen.
Saya nggak suka ama haisl temuan ini. Merasa jadi korban. Tapi untungnya hal ini bisa disiasati.
Butuh waktu antara 21 hingga 70 hari bagi kita untuk membentuk kebiasaan baru. Di saat itu, kita memutus pola syaraf yang menunjang males2an klo berolahraga dan menggantinya dg koneksi syaraf yang baru. So, jika kita tetap bertahan dg program olahraga kita selama paling tidak dua bulan aja, akan jadi lebih mudah bagi kita untuk terus melanjutkan. Hingga kemudian berolahraga jadi kebiasaan yang wajib serta menyenangkan untuk dijalani. Beneran π
Jenis olahraganya juga terserah – aerobic exercise, strenght training atau kombinasi keduanya sama2 efektif. Mau jalan santai selama tiga puluh menit sebagai awalan, pake tangga alih2 elevator, markir kendaraan di tempat yang jauh, lumayan lah sbg awalan. Habis gitu baru fitness dan olahraga seperti badminton, sepak bola atau yg lain scr rutin.
Klo bagi saya, pertama kita kudu pasang sikap realistis. Artinya, bahkan sebelum memulai, terima aja klo ini emg kerja berat. Dan realistis jugalah klo olahraganya tu ndak bisa tiap hari. Katakanlah 3 – 4 kali seminggu udah bagus. Habis gitu, realistis untuk tidak mengharap hasil terlalu cepat. Butuh paling nggak satu – dua bulan jalani kebiasaan hingga kita bisa rasakan hasil olahraga itu scr optimal.
Lalu kita tentukan target dan tenggat waktunya. Targetnya misal peningkatan performa dan stamina kerja, mbikin tambah pinter atau yang lain. Itu emg perihal yang susah diukur scr kuantitatif, tapi kita bisa banget kok merasakannya. Sementara yang gampang untuk dikuantitatifkan misal ya ukuran lingkar pinggang, berat badan atau diameter lengan atas. Apapun, yang penting tu bukan sekedar targetnya.
“Any goal casually set and lightly taken is freely abandoned at the first obstacle.”
–Zig Ziglar
Yang penting tu motifnya; alasan yang melatarbelakangi kenapa kita berolahraga. Seberapa kuat dan dalemnya alasan kita. Klo udah olahraga dan stamina jadi kuat serta tambah pinter, so? Biar performa di kantor tambah dahsyat, durasi jam produktif dan konsentrasi lebih tinggi. Peluang promosi & peningkatan kesejahteraan makin terbuka. Buat apa mbesarin bisep, ngecilin perut dan mbentuk six pack? Mo dpamerin? Atau mau mbikin istri terpukau dan lebih jatuh cinta π
ayo lari lari, renang, volley, hit and kick, jogging, ngoding….. upsss
Masak si ada hubungannya olahraga ma pinter?
Ada juga abis olahraga tuh capeeek deh π
artikel yang menarik mas, boleh saya kutip kan? … matur nuwon, tetep semangat bro… π
mas, tulisan “Butuh waktu antara 21 hingga 70 hari bagi kita untuk membentuk kebiasaan baru” masa bener sih? rasanya d’g’slama itu deh.. yang penting keinginan kuat, paling lama semingguan udah jd biasa.
masa’ sic’ de’? seminggu jadi kebiasaan satu hari, trus abis itu ilang lagi ….. kukukukukukkkkk
pantesan otak-ku makin lama makin tumpul aje.
Rupanya karena sekarang sudah jalan olah raga !!
Makasih banyak Mas atas pencerahannya.
Dea’, jika kita punya keinginan kuat yg tingkatannya terus tinggi, maka kita emg bisa terus konsisten dg kebiasaan baru. Seminggu pun jadi. Tapi perlu kita pahami bhw kebiasaan ini terkait dg neurologis, we are wired dg kebiasaan2 kita. Yg namanya kebiasaan itu adl ketika kita ndak perlu berpikir dan bersikap sengaja untuk melakukannya.
Sehingga 21-70 hari itu adl waktu yg dibutuhkan untuk memodifikasi neurologis kita -koneksi antar syaraf dlm diri kita- dari satu pola kebiasaan ke pola kebiasaan lain. Hasil akhirnya, kita bahkan tidak butuh keinginan kuat utk mempertahankan kebiasaan yg udah wired itu. Krn kita bahkan akan merasa gak nyaman ketika ndak melakukannya.
So, sekedar merepetisi, 21-70 hari itu adl waktu yg dibutuhkan utk mbikin kita bisa bertindak tanpa butuh keinginan kuat lagi (yg mana tidak semua orang bisa mempertahankannya) π
kebiasaan baru yang harus di bentuk;
1. Makan enak tiap gajian
2. Tidur nyenyak
3. ngoding
4. swimming tiap pekan
5. hard thinking
6. walking hard
7. jogging, minimal tiap dua hari sekali
8. running, seminggu sekali
9. smiling to everything
10. writing and reading every day
and so long….
oh iya mas, kalo ngilangin kebiasaan buruk yang sudah melekat selama hampir 10 tahun gimana????
saya lebih tertarik sama Gambar kucingnya yang pake Gloves…
hehe5005x…
selain pecinta olah raga, saya juga pecinta Kucing Lho…
hmm, ternyata benar ini Mas Guntar, yang dulu Pemandu saya, juga teman di Frenster…
met ketemu Lagi Kak!(saya manggil gini cZ terbiasa di Pramuka…)
kip fite!
Gagal membentuk kebiasaan lari setiap minggu.
Hiks….
Kalah sama ngantuk.
Saya bener2 perlu dijewer, ndak pernah bertandang bahkan ke rumah sendiri
Untuk ngilangin kebiasaan buruk yang melekat hampir 10 tahun; sebenernya bagus klo ada konteksnya. By default, butuh waktu yang cukup lama utk mengubah kebiasaan yang udah lama terbentuk. Spt utk ngubah jam tidur kita, butuh kurang lebih dari setahun, cenderung lebih. Tapi klo dari pengalaman, kebiasaan buruk tu bisa berubah cepat klo kita bener2 punya pengalaman yang bener2 emosional. Entah kapok sekapok kapoknya, atau antusias segarang garangnya. Buat ikrar yang itu diumumkan ke seluruh dunia, biar bertambah keterpaksaan untuk berubah.
Kebiasaan buruk itu mudah dibentuk, tapi ndak nyaman utk dijalani, cepat atau lambat. Sementara kebiasaan baik itu relatif susah untuk dibentuk, tapi bener2 bisa mendatangkan syukur ketika dijalani.
olahraga memang kebutuhan
wew!nice artikell!!tp jadi ngantuk sehabis baca ini om π
I don\’t normally leave comments! But what you said here makes one think! Would you mind if I placed a link back from my blog?i