Melanjutkan tulisan tentang kiat membangun jejaring, berikut adalah bagian 2 dari buku Never Eat Alone yang membahas kunci-kunci untuk membangun jejaring yang sehat dan beretika.
Begitu Anda sudah tegaskan dengan siapa sih Anda hendak bertemu, maka langkah pertama adalah mengerjakan PR Anda. Ketahuilah (secara kasar saja) siapa sih orang itu, apa ketertarikan mereka, kerjanya apa, dan terutama apa-apa saja yang Anda punya kesamaan dengannya. Sang penulis bahkan sampai memberi masukan untuk membuat semacam biodata singkata dari setiap orang yang hendak Anda temui di pertemuan tertentu. Dengan begitu, Anda akan punya bahan untuk memecah kekakuan dan juga berpotensi besar untuk bisa memuji orang lain dengan tepat serta bicara yang nyambung dengan mereka.
Begitu sudah berkenalan dengan seseorang, maka sungguhlah penting bagi Anda untuk mendapatkan informasi contact mereka. Sang penulis merekomendasikan kita untuk memulai dengan seluruh orang di layer pertama jejaring kita, lalu dari situ barulah kita tambahkan orang-orang yang sekiranya bisa mendekatkan kita ke arah goal pribadi. Amat disarankan untuk membangun relasi dengan mereka yang dekat dengan media, karena dari situlah biasanya peluang atau jejaring bermutu bisa didapat. Maka kemudian buatlah janji untuk menemui mereka.
Cold call adalah istilah yang artinya menelpon orang yang baik Anda maupun yang ditelpon sama-sama belum saling kenal. Dan kita tahu betapa apa yang disebut cold call ini bisa sangat menjengkelkan. Tapi jangan2 suatu saat, terkadang Anda perlu melakukannya. Maka di buku ini Ferrazzi memberikan dua buah rekomendasi untuk membuat aktivitas cold call ini bisa jadi lebih lancar.
Inti dari bab ini begitu sederhana: berusahalah sekeras mungkin untuk bisa jadi teman dan raih dukungan dari asisten administratif. Jangan sekalipun pernah meremehkan peran dari asisten administratif, jangan pernah juga mempersukar urusannya. Rasakan saja sendiri dampaknya; dia bisa membantu Anda menyederhanakan urusan birokratif yang membosankan.
Gagasannya di sini adalah makan merupakan waktu yang bagus untuk membangun hubungan dengan orang lain. Maka jika Anda makannya sendirian, itu artinya sama saja dengan melewatkan kesempatan untuk menjalin hubungan. Sang penulis malah kemudian menyarankan kita untuk mengundang secara bergantian teman-teman untuk makan bersama kita, plus juga mereka boleh mengajak teman-teman mereka. Dan di situlah biasa orang-orang potensial bermunculan.
Bila Anda ingin membangun hubungan yang kuat dengan seseorang, maka cobalah berbagi kepada mereka akan apa-apa yang Anda punya ghiroh atau semangat tentangnya. Ini bisa apa saja: tentang olahraga, politik, bisnis, apapun itu.
Ferrazzi sepertinya menganggap ini sebagai bagian paling penting dari bukunya. Karenanya, saya pun ingin berikan cetak tebal di poin yang satu ini: when you make a connection, follow it up, kalau sudah membuat koneksi, lakukan follow up! Entah bentuknya SMS atau email, Anda perlu melakukan follow up terhadap koneksi yang Anda anggap penting.
Ini adalah bab tentang bagaimana cara memanfaatkan temu ramai.
Di sini penulis meminjam konsep dari buku The Tipping Point, yakni connectors: orang2 yang punya jejaring pribadi yang besar dan luas. Ini adalah orang-orang yang pastinya bagus untuk dijadikan relasi. Tapi bagaimana cara menemukannya? Penulis menyarankan beberapa grup untuk dicek: headhunter, siapapun yang dekat dengan kekuasaan politik, orang-orang dari public relation, dan jurnalis. Itu semua sebagai awalan.
Cara terbesar untuk mengembangkan jejaring Anda, menurut bab ini, adalah dengan menggabungkan jejaring/daftar contact Anda dengan orang lain. Tawarkan orang lain untuk berbagi daftar relasi mereka, khususnya yang dari kalangan yang Anda belum kenal dengan baik.
Bab ini penuh dengan kiat bagaimana cara membangun hubungan dengan orang lain: Melatih senyum, menghindari lengan yang terlipat, rileks, mencondongkan tubuh, bersalaman, dan beragam kiat seperti yang bisa ditemui di How to Win Friends and Influence People.
Leave a Reply