Mengambil kendali atas kebahagiaan diri

Percaya atau tidak, saya melihat masih banyak orang yang merancang dirinya untuk lebih gampang merasa susah ketimbang bahagia.

Hal ini terkait dengan aturan yang kita bikin sendiri tentang bilamanakah kita merasa bahagia. Misal gini, saya seneng ndengerin musik instrumen. Maka aturan kita adalah: saya akan bahagia klo ndengerin musik instrumen. Perihal yang sama berlaku untuk -misal- makan mie, tamasya ke gunung, pergi ke mall, nonton film kartun dsb.


Nah, sekarang perihalnya adalah pada apakah kebahagiaan itu dalam kendali kita apa nggak. Saya kasih contoh aja biar gampang. Kalo kita baru ngerasa bahagia bila kita dilahirkan sebagai bule atau keturunan bangsawan majapahit, atau bahagia hanya bila kita disukai & diidolakan oleh seluruh temen2 di sekolah, atau bahagia bila kita dikagumi karena motor atau handphone baru kita, maka kita meletakkan kebahagiaan kita pada perihal yang berada di luar kendali kita. Dan itu merepotkan, sebab di sana kita ndak punya andil yang cukup untuk menjadikannya berjalan ateu terjadi sesuai keinginan kita.

Dalam beberapa kasus, menurut saya hal ini wajar2 saja sih. Misal kita baru bahagia bila Indonesia ndak terkena musibah, bila keadilan sudah ditegakkan, atau sekedar bila Brazil jadi juara piala dunia. Yang penting di sini adalah proporsinya.

Klo pengen lebih sering merasa bahagia, saya pikir kita harus punya lebih banyak pemicu kebahagian yang berada dalam rentang kendali kita. Klo lagi bete, jangan punya aturan yang aneh2, jadikan mengingat Sang Maha Agung sebagai pemicu merasa bahagia, ndak butuh dan ndak tergantung sapa. Perihal yg sama misal, jadikan baca buku, olahraga, menulis di Blog utk berbagi :-)sebagai pemicu untuk merasa bahagia.

Intinya, dalam proporsi yang tepat, jangan menjadikan kebahagiaan kita tergantung oleh orang lain. Repot sendiri nanti klo kayak gitu. Beneran.

banner ad

3 Responses to “Mengambil kendali atas kebahagiaan diri”

  1. wardhani says:

    Intinya, dalam proporsi yang tepat, jangan menjadikan kebahagiaan kita tergantung oleh orang lain. Repot sendiri nanti klo kayak gitu. Beneran.


    sedikit banyak sekali lagi saya percaya dengan tulisan Anda.
    Tetapi, ada sebuah kasus dari seorang rekan saya semasa kuliah, tanpa sadar menggantungkan kebahagiannya pada orang lain.

    Saya coba tanya mengapa bisa begitu…

    Datar saja ia menjawab karena ia menyayanginya.

    Terakhir saya terima kabar, mereka putus.
    nah lho….

    tapi saya percaya itu hanya satu kasus…
    ====

  2. kebahagiaan itu kita miliki sendiri , so kebahagiaan itu tidak bergantung kepada orang lain, namun dari diri kita sendiri…thx 4 share

    Pasang iklan baris tanpa daftars last blog post..JUaL MoBiL SEXY

  3. ren says:

    kebahagiaan adalah bentuk pencapaian kepuasan jiwa atas apa yang telah dilakukan dan apa yang telah diperoleh. dan seyogyanya apa yang dilakukan dan diperoleh itu adalah bersumber pada fitrah diri masing-masing, bukan bersumber pada pandangan kita melihat orang lain.

Leave a Reply