Ramadhan biasanya dijadikan momen utk melenyapkan aspek2 negatif dari dalam diri. Ragam perihal2 negatif ini sdr tyt lebih dari sekedar sifat2 yang udah jelas buruk dan dilarang oleh agama. Termasuk juga di sini adl kebiasaan2 yang scr samar bisa mendatangkan emosi negatif hingga citra diri negatif. Ini bukan yg terkait dg kebiasaan2 yg merugikan orang lain, melainkan diri sendiri.
Negative Word Expression
Ramadhan ini kita ngelatih diri biar ndak gampang marah kan. Gimana? Salah satu cara efektif adl dengan memilih dg cermat kata2 yang kita gunakan utk mengekspresikan emosi -semisal marah- dan lalu temukan kata alternatif yang bisa mbikin kita berada dlm suasana yg lebih kondusif.
Contoh; alih2 bilang. “Jangk***, muangkel banget aku”, maka bilang aja,”Juambu monyet, gringgingen aku” atau “Bayem, semriwing banget aku”. Coba deh rasakan sendiri pengaruhnya. Cara ini efektif utk menurunkan intensitas emosi dan bahkan malah membuat geli, jika kita pintar2 memilih kata 🙂
Setiap kata membawa kita pada asosiasi -entah visual atau perasaan- tertentu. Memilih dg cermat kata2 yang kita gunakan utk merepresentasikan emosi amatlah membantu kita dlm menempatkan diri dalam sikap yg lebih bijak.
Negative Mind Reading
Kadang kita sok teu ama apa2 yang dipikirkan orang lain atas diri kita. Pokoknya mikir macem2 deh, “Dia marah paling ama aku”, “Dia nggak suka paling ma aku”, “Duh, pasti dia nggak suka ma proposalku” atau apalah yang lain. Iya klo kita dah punya kemampuan blink yang handal (yang mana itu butuh latihan & pengalaman). Tapi gawatnya klo kebanyakan itu sekedar asumsi, dan kenegatifan asumsi itu bisa mempengaruhi perilaku dan performa tindakan kita. Sama seperti untuk kebiasaan negatif di bawah ini, yang kita dapatkan biasanya adalah self fullfiling prophecy
Negative Labelling
Labeling adalah memberikan label kontraproduktif pada diri sendiri (dan orang lain). Klo nyebut diri sendiri dg si gundul, si bau-badan, si ketombean sih masih ndak pati berbahaya (itu jujur kan :mrgreen:). Yang bahaya tu klo nyebut diri dg si-pikiran-lemot, si-stamina-siput, si-jorok, si-dodol, atau bahkan si-alan.
Pikiran bawah sadar kita akan berusaha konsisten dg label2 yang kita kenakan pada diri sendiri. Klo kita dah kadung sebut diri dg si-pikiran-lemot, diri ini malah akan merasa bersalah klo pada saat tertentu tampil cerdas & gemilang. Hal ini berlaku utk semua model sebutan.
Klo emg kita lagi bego, adalah lebih baik klo kita bilang “Tindakanku kemaren bego” ketimbang “Aku ini bego”. Yang bego tu tindakan kita, bukan orangnya.
Yang saya anggap nyambung dg menilai diri scr negatif adl Penilaian Bablas/Berlebihan. Hal ini biasanya dilakukan dg melakukan hiperbola scr mutlak dalam mengevaluasi diri. Contohnya klo spt ini lho;
Dalam kenyataannya, jarang sekali ada hal2 yang sifatnya always atau never. Ketika kita gunakan kata2 pemutlakan gitu, biasanya kita salah. Coba aja deh dicermati.
Penelitian menyebutkan bahwa kita berbicara kpd diri sendiri sebanyak 50.000 kali setiap harinya. Kebanyakan self-talk itu adl tentang diri sendiri. Dari dari penelitian yang lain dari para psikolog, dikatakan paling tidak 80% dari self-talk itu bersifat negatif.
You are today where your thoughts have brought you; you will be tomorrow where your thought take you.
Sehingga adl PR masing2 pribadi kita utk handle this issue with care.
Kunci dalam menangani negative mindset adalah dg menyadari bahwa kitalah yang berkuasa dlm mendengarkan dan menyepakati segala bentuk buah pikiran kita. Hanya karena kita mendengar dan memikirkannya, bukan berarti itu benar.
Don’t believe everything you hear – even in your own mind.
Negative mindset dan ucapan, terkadang justru menjadi kenyataan, sangat tipis batasnya antara hanya sekadar mindset/ucapan dengan doa (terselubung).
Sebuah contoh, seorang ibu menghardik anaknya “Bego nih anak!”. Artinya, sadar atau tidak, langsung atau tidak, si ibu seperti mendoakan anaknya bego. 🙁
untung nya dari dulu aku orang selalu berpikir positif
kata orang ucapan itu doa…
pikiran itu cita2…
kalau mau jujur…
hal yang paling sulit ya berpikir positif….
temenku lulu…bilang gini..
“makan dunk..ntar sakit…”
kenapa bukan …”makan dunk…biar sehat”
bukannya itu doa?
manusia cenderung memikirkan yang negatif bukan?
Mode Filtering Outgoing Speech: ON
Mode Disable Outgoing Speech Filter: UNAVAILABLE
I wish I can do this all the time..
Hedi:
Statemen yang dalem banget buat orang tua. Hardikan buat anak memang seolah2 akan menjadi sebuah pinta.
Aribowo:
Klo saya dari dulu lebih gampang mikir pesimis. Ini sebenernya masih :roll:. Dan ternyata saya temukan berpikir pesimis bisa bawa untung juga, utk bikin kita prepare for the worst dan tingkatkan keseriusan dalam berupaya.
Rere:
“Makan dunk…biar sehat” Iya ya, saya malah gak kepikiran 😛
Manusia cenderung mikir yang negatif… bener. Tapi perlu kita cermati juga, klo kita bilang “Tindakan saya ini jangan2 terlihat bodoh bagi orang lain” dan jika tyt emg nyatanya gitu, berarti ndak ada masalah dengan pemikiran ini. Krn ada juga orang2 yang ngakunya berpikir positif, tp tyt mereka sekedar membohongi diri sendiri.
Dalam rentang tertentu, berpikir negatif sebenernya bisa mbantu kita utk jadi lebih baik dengan pengkritisan yang proporsional pada diri sendiri.
Arief Fajar:
Emg ga gampang 🙂
Jangan lupa utk hidupkan Filtering Inbound Message 😛
“Don’t believe everything you hear – even in your own mind.”
Kalo saya bilang saya keren(tm), gimanah? 😀 *ditimpuks*
salam kenal … semoga kita bisa optimal dalam bulan yang penuh berkah ini … amien
ingin tahu gimana jadinya otak kita kalo terus berikiran negatif, coba aja masukan segenggam lumpur kedalam mesin mobil kita setiap hari, seperti itulah jadinya ntar tubuh dan pikiran kita
Papi keren:
Klo ada suara yg bilang sampean keren..mm…ya jangan langsung dipercaya; jangan2 itu bo’ong
Zuki:
Salam kenal juga. Posting2 motivasi sampean bagus deh 🙂
Aribowo:
Analogi yg amat bagus & jelas sekali, mas Ari. Serem juga mbayangin klo mesin mobil dikasi lumpur 🙄
Wah.. seru juga isinya.. ada yg bikin senyum dan ada juga buat renungan… Semoga Puasa kita mendapat berkah dan rachmat-Nya..
Salam kenal…
foto dua saudara diatas mengingatkan saya di masa2 SMU, kakak saya pulang dengan tulisan di atas kedua makhluk lucu itu, dimas, rile :(( kejammmmmm
hehe… cong eh mulut orang surabaya emang gampang bocor 😀
Dewi:
Terlepas dari isi posting, ketika sdg serius lakukan perenungan, senyuman itu penting. Dan cara efektif utk tersenyum adl dg pintar2 bersyukur 🙂
Rile:
Wah… itu ternyata Rile ya. Pantesan, kok sptnya pernah kenal gitu. Ups.. jahat
Fahmi:
)
HUSH..!! Jangan suka mendakwa gitu ah. Ntar ada orang Surabaya yg misuhi sampean lho (krn mulutnya yg gampang bocor. Lho