Memulai Bisnis dg Hobi

Kemarin baru saja saya mengelola Technopreneur Workshop dg peserta adik2 saya dari T.Informatika ITS. Amat menarik; tidak satu pun dari peserta membuat gagasan bisnis yang terkait dg software. Gagasan mereka berkisar mulai dari pet’s salon, kerajinan tangan, transportasi umum alternatif sampai butik pakaian tradisional.

Trus yang kayak gitu itu apa lantas boleh dibilang pengkhianat? :mrgreen: ya ndak laah. Yang penting kan kita bisa jadi insan yang bawa kemanfaatan bagi masyarakat, ndak nganggur dan merasa tertekan dalam status itu.
bisnis pakaian hewan kelinci
Bisnis Pets’ Boutique. Anda tertarik? πŸ˜›


Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia sudah mencapai 45,2 juta. Dari jumlah tersebut, sekitar 2.650.000 orang adalah penganggur terdidik lulusan perguruan tinggi. Data lain mengatakan bahwa dari jumlah penganggur terbuka, 65,71% adalah penganggur yang berpendidikan. So, ndak masalah klo lulusan teknik kimia jualan bakmi, dan lulusan informatika buka butik. Yang penting dia kerja, atau yg sebenernya ingin saya sampaikan, yang penting dia menikmati kerjaannya.

Karena sekali memulai bisnis, kita pasti akan mengalokasikan waktu sekian bulan di sana. Lantas jika sukses, kita akan alokasikan sekian tahun untuknya. Jadi bener2 kudu dipikirin: “Bisnis apa sih yang bisa kujalani dengan enjoy sepanjang hari, setiap harinya, hingga beberapa tahun ke depan?”

Klo mau gampang, kita bisa memulainya dari hobi. Dan harus bener2 bisa menerima konsekuensi yang didapat dari membisniskan hobi. Klo sekedar hobi, kita kan melakukannya hanya ketika sedang menginginkannya. Tapi klo pas lagi ndak pengen, ndak ada konsekuensi buruk yang terjadi. Beda banget klo hobi itu dibisniskan; di sana ada risiko, ada pelanggan dan rekanan yang kudu dirawat. Ndak peduli lagi mood apa enggak, kita kudu kerja & deliver.

Lha untuk yang sudah hobi sekalipun aja lho, kita juga kudu mempertimbangkan program penjualan, advertising, pembelian dan juga akunting. Termasuk juga pertimbangan modal dan cashflow. Akan ada sekian banyak waktu yang harus dijalani untuk pekerjaan2 yang barangkali blas bukan hobi kita. Klo udah gitu, apa jadinya klo tyt tidak ada satu pun dari aktivitas entrepreneur adl bagian dari hobi. Pasti bakal Cappe dee… πŸ™„

A hobby is an activity that is carried on for personal pleasure or recreation. It is not an activity
entered into with the intention of making a profit.

Gagasan bisnis kita sebaiknya memang dibangun dari hobi & kesukaan kita. Tapi kudu bener2 dicatet: Ini bukan sekedar menjalankan hobi. Yang namanya bisnis tu harus menghasilkan profit. Klo aktivitas kesenangan Anda hanya menghabiskan uang dan dalam forecast-nya tidak berpotensi mendatangkan uang dg nilai yg melampaui biaya yang dikeluarkan untuknya, maka itu emang bener2 sekedar hobi.

Nah, klo dasarnya udah hobi, biasanya para enterpreneur startup ndak pake mbikin cost-benefit analysis segala, ndak pake mbikin hitung-hitungan “rumit” di Excel dan menjalani apa-apa yang dibilang oleh hasil analisa finansial di sana. Dengan pendekatan intuitif atas dorongan hobi, kita memang sudah bisa memulai sebuah bisnis.

Atau pake cara yang lebih ilmiah juga boleh:

  1. Mulai dengan menanyakan ke diri sendiri, kompetensi apa yang sudah dimiliki
  2. Matchingkan kompetensi itu dengan kebutuhan pasar dan peluang industri di masyarakat
  3. Baca koran dan majalah bisnis, ngobrol dengan orang2 berawawasan untuk meriset peluang2 bisnis
  4. Baca trend yang sedang naik daun, kebutuhan2 pasar yang belum terpenuhi, niche2 yang terabaikan, dan cari peluang2 untuk meningkatkan nilai produk dan layanan yang telah ada
  5. Periksa setiap peluang berdasarkan kemudahan untuk masuk. Maksudnya berapa duit, waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk mengasuh sang bisnis hingga cukup matang untuk menantang kompetitor yang biasanya telah ada.

Gimana, ribet ta? :mrgreen:

Check this out, then. Sekedar untuk ngasih gambaran gimana hobi bisa jadi bisnis.

Suka mancing? Gimana klo bikin pemandu pancing aja. Mbantuin orang2 nemukan tempat dan titik mancing yang sip dan mbantuin supaya ember ikannya penuh. Soalnya nyebelin banget klo kita udah nongkrong lama2 tapi ndak dapet apa2. Jadi konsultan pancing lumayan tuh; ngasih edukasi ttg kelengkapan2 pancing, apa2 aja equipment yang mantap, sampai ngajarin mancing dan masak hasil pancingan!

memancing ikan paus
Gimana nggak seneng dapet ikan pancingan segede ini :mrgreen:

Suka barang antik? Indonesia punya lumayan banyak barang antik kan, kita tahu sendiri; mulai keris, keramik sampe batu-batuan hias. Klo ndak punya, Anda bisa cari, beli dan jual lagi lewat lelang. Tapi ya gitu, klo emang barangnya amat langka, belinya juga mahal. Atau malah mbikin sendiri, trus langsung buka toko di ebay.

Suka ama mobil? Mending jangan cuma ngoleksi gambar atau jago modifikasi di Need For Speed doang. Masih banyak orang2 yang belum bisa mbikin modifikasi mobil yang match dan keren. Sementara mereka ndak mau repot2 dan berlama2 ngurusin modifikasi. Pengennya langsung jadi. So? Jadi aja reseller mobil (dan motor) modifikasi.

Suka ngoding?
Mbikin aja shareware, daftarkan di download.com. Statistiknya, emang cuma sekitar 10 % aja dari orang yang mendownload shareware akan bener2 membelinya. Tapi coba kita lihat lagi angkanya. Klo yang download ada 10 ribu, dan 1000 di antara mereka mau keluar uang $ 29,95, hitung aja deh berapa rupiah yang akan Anda dapat.

Suka koleksi prangko, mata uang kuno, serangga atau yang lain, tapi bingung gimana cara menguangkan hobi itu dan cari modal? Well, minimal lah, mbikin aja layanan mbikin katalog untuk para hobbyist itu. Troublesome? Maybe. Tapi katanya hobi, dapet duit lagi :mrgreen:

kucing-jualan-ice-cream
Sederhana; pokoknya mulai aja dari hobi Anda.

Ndak usah mikir rumit2. Hobi Anda apa sih? πŸ˜›

Next: Kenapa Berbisnis Atas Dasar Hobi Tidak Sebegitu Mudahnya?

Nah, setelah hobi ditemukan, maka berikutnya adalah harus tahu bagaimana cara mendapatkan modal dari para investor.

banner ad

41 Responses to “Memulai Bisnis dg Hobi”

  1. Kalo hobi makan gimana? Hehehe… Memang bener, memulai dengan hobi adalah ide bisnis yang bagus. Soalnya minimal kan kita sudah punya passion di bidang itu.

    Btw, hobi makan ini kalo di luar negeri bisa jadi juru cicip profesional, ada disinggung di buku The Tipping Point.

  2. Hedi says:

    Pemilik kantor saya hobi banget sama sepakbola dan akhirnya bikin usaha yang berhubungan dengan itu. Kalo istilah dia, hobi tapi dibayar.

    Jadi, salah satu jalan buat berbisnis memang bagusnya lewat hobi. Kalau sudah hobi, biasanya jadi serius dan akhirnya berguna buat bisnisnya.

  3. Lita says:

    Pertama, membaca. Kedua, menulis. Nah, udah pas banget kan tuh sama yang dilakuin sekarang? Hehehe…
    Sementara hobi ketiga, keempat dan kelima (menggambar, berenang/main air, dan tidur) bisa dipuaskan bareng anak-anak :mrgreen:

  4. Eep says:

    Menjalankan bisnis dengan kecintaan itu sangat menyenangkan…, salah satunya ya dari hobby…

  5. haikal says:

    klo hobinya blogwalking gmn ya……….

  6. Guntar says:

    Donald:
    Beneran deh, jadi pencicip itu emg enak. Tapi ya gitu, klo riilnya bener2 cuman boleh mencicipi, ndak boleh makan sampe puas, akan jadi siksaan juga πŸ™„ Yang jelas, juru cicip profesional saya kira bukan cuman skedar punya kemampuan utk bilang “Mak Nyus” doang yah πŸ˜›

    Hedi:
    Ibaratnya gini:
    “Cari satu hobi yang paling kamu sukai, habis gitu, cari orang2 yang bersedia membayar kamu untuk menjalani hobi itu” 😎

    Lita:
    Dari hobi yang kedua, berarti hobinya adl berbagi. Dan alangkah luar biasanya klo kita emang dibayar justru menjalani hobi kita. Tapi emg susah klo punya hobi tidur terus dibayar πŸ™„ :mrgreen:

    Eep:
    Benar sekali, Bang Eep. Apa2 yang kita cinta sebenernya belum tentu jadi bisnis yang bagus. Tapi mencintai apa2 yang kita kerjakan sudah pasti jadi modal untuk sukses. Dg izin Sang Maha Perkasa πŸ˜›

    Haikal:
    Blogwalking bisa jadi uang lho. Coba aja kumpulkan hikmah dari hasil jalan2 di blogosphere, lalu jadikan itu buku, jadikan itu resource utk ngasih training πŸ˜‰

  7. bank al says:

    kalau hobby-nya bobok gimana Om ?

  8. perantara says:

    ane suka foto mancing ikan paus nyee.. hehehe pinjem yak buat avatar YM heheh

  9. Putri says:

    kalau hobinya bobok (mungkin) bisa jadi konsultan orang-orang yang susah bobok. ^_^ seperti di salah satu serialnya Doraemon, dimana Nobita jadi Pakar Tidur … ^_^ Ngaco …

  10. Seger Hasani says:

    “Amat menarik; tidak satu pun dari peserta membuat gagasan bisnis yang terkait dg software… ” saya mengutip kalimat ini karena menurut saya hal ini penting. Mengapa para mahasiswa Teknik Informatika yang mestinya belajar dan menekuni IT malah nggak melirik bisnis IT?

    Saya tidak melihat ini dari segi penghianatan atau tidak. Namun, menurut saya ini tanda kegagalan pendidikan khususnya di kampus. Dimana, para mahasiswa tidak memiliki wawasan bisnis justru di bidang yang digelutinya. Mereka tidak memiliki sense of belonging, bagaimana mengembangkan IT menjadi sesuatu yang menarik atau kalo memang jadi hobby, mengapa tidak memiliki hobby di bidang IT?

    Jika yang menjadi ujung tombak perkembangan IT sendiri tidak memiliki semangat mengembangkan bisnis IT? Lalu beban tanggung jawab siapa? Lulusan Teknik Kimia? Atau Ekonomi atau justru sastra?

    Ini akan menjadi bumerang bagi bangsa kita sendiri, jika kita meninggalkan bidang kita sendiri. Bumerang tersebut adalah produk atau jasa yang dihasilkan bangsa kita nanti tidak akan memiliki nilai daya saing. Karena yang mestinya berjuang di bidangnya malah tidak memiliki hobby untuk menekuninya atau dijadikan dasar bisnis.

    Mari kita cintai produk dalam negri, juga keahlian kita sendiri.

  11. nakula says:

    Menarik, memulai bisnis dengan hobi. Selain nyaman dan menyenangkan, semangat untuk menjalankan bisnis kemungkinan tetap terjaga.

    Tetapi, permasalahan mungkin timbul ketika akan menjual barang.
    Contoh : orang yang hobi mengoleksi barang antik, ketika ada orang yang mau membeli barang tsb dengan harga yang tinggi sekalipun, biasanya nggak akan dijual .

    Mungkin permasalahaannya bukan pada hobi saja, tetapi bagaimana kemampuan orang tsb memanajemen dan melihat peluang.

    Teman saya sukses bisnis daur ulang sampah, meskipun ia benci sampah karena disamping rumahnya sering dijadikan tempat pembuangan sampah oleh penduduk setempat. tapi ia memandangnya sebagai peluang dan dengan manajemen yang bagus, ia bisa sukses.

    So …. ?

  12. gudangku says:

    setuju Pak..soale saya juga memulai bisnis dari Hobi, dan hasilnya serba menyenangkan..hehehe..

  13. Guntar says:

    Amat menarik sekali, mas Seger πŸ™‚

    Banyak memang mahasiswa yang belum memiliki wawasan bisnis dari bidang yang digeluti. Dan amat disayangkan bhw kewirausahaan memang tidak diajarkan scr kontekstual di kampus. Di kampus, kebanyakan riset2 ilmiah, penugasan2 hingga judul skripsi lebih diarahakn untuk intellectual atau academic exercise. Artinya, amat sedikit (mo bilang ngga ada ya gimana gitu) karya2 yang bener2 relevan dg kbutuhan masyarakat atau dibangun dg paradigma bisnis.

    Di kampus, mahasiswa juga seperti terkotak2 dg bidang keilmuannya. Spt informatika, sudah pasti tidak bisa berdiri sendiri. Dalam menunjukkan kedigdayaannya, informatika harus dipertemukan dengan berbagai ragam keilmuan, bahkan ‘sekedar’ untuk memastikan solusi ybs bener2 menyelesaikan persoalan dan lalu memastikannya terjual. Akhirnya byk anak informatika yang berpikir mereka skdr programmer, bukan technopreneur.

    Terima kasih krn sudah berbagi, mas Seger πŸ˜›

  14. Guntar says:

    Mas Nakula,
    Memang seseorang yang berhobi tidak lantas punya kemampuan untuk melihat peluang, memasarkan hingga mengelola bisnisnya. Bener sampean, Mas Nakula: hobi itu sekedar awalan. Hobi yang tidak dibarengi dg kompetensi tentu saja akan berakhir berantakan πŸ™‚

    Oiya, Bank Al, tentang klo seseorang punya hobi tidur.
    Spt komen saya thd bang E’ep; Ketika kita punya hobi, ndak lantas itu bisa jadi bisnis yg bagus. Krn kita juga harus meletakkan hobi kita dalam paradigma kewirausahaan. Tapi yang sudah pasti valid adl, menjadikan apa2 yang sdg dibisniskan sbg sebuah hobi πŸ˜›

  15. rinne says:

    mengutip kalimat mas guntar :
    “Dan amat disayangkan bhw kewirausahaan memang tidak diajarkan scr kontekstual di kampus. Di kampus, kebanyakan riset2 ilmiah, penugasan2 hingga judul skripsi lebih diarahakn untuk intellectual atau academic exercise. Artinya, amat sedikit (mo bilang ngga ada ya gimana gitu) karya2 yang bener2 relevan dg kbutuhan masyarakat atau dibangun dg paradigma bisnis.”

    menurut saya, jika memang program studi yang diambil adalah S1, maka kampus tidak bisa disalahkan karena lebih mengarahakn untuk intellectual atau academic exercise. setau saya S1 memang diarakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. amat disayangkan jika ilmu yang telah mereka pelajari selama 4 tahun, yang mestinya bisa lebih digali dan dikembangkan tapi ternyata sama sekali tidak terpakai. malah mereka ambil profesi lain yang sebenernya bisa di geluti bahkan oleh lulusan SMA. kalo tujuannya adalah aplikasi bisnis, knapa nggak ambil D1 ato D3 yang memang diarahkan untuk bekerja, bisnis,dll… mereka tidak kalah dengan lulusan S1 dalam hal pekerjaan. jadi mungkin sebaiknya siswa SMA, memikirkan baik2 kemana tujuannya sebelum masuk kuliah.. jangan sampe salah jurusan. kan jadi mubadzir =)

  16. Guntar says:

    Sdr Rinne, klo saya pikir, baik S1 atau Diploma sama saja; pembekalan ilmu bisnis kontekstualnya amat minim dan tidak mencukupi πŸ™„ Saya memilih untuk sepakat dg gagasan cemerlang dari pak Daniel Rosyid, ketua Dewan Pendidikan Jatim dalam salah satu tulisan beliau. Kampus hendaknya punya dua arahan jalur pendidikan: entrepreneur dan professional (termasuk dosen dan ilmuwan/peneliti).

    Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia sudah mencapai 45,2 juta. Dari jumlah tersebut, sekitar 2.650.000 orang penganggur terdidik lulusan perguruan tinggi. Mengapa bisa demikian? Karena kita punya banyak orang pintar, tapi kurang bisa berbisnis.

    Terima kasih sudah berbagi, sdr Rinne. Saya berharap Ubaya bisa menjadi contoh bagi kampus2 yg lain πŸ™‚

  17. fahmi says:

    Salam mas Gun,
    wah ini pertama kali saya nulis di sini.

    Sekedar sharing, ternyata orang zaman ekonomi “berburu dan mengumpulkan” dahulu kala, tidak perbedaan kerja dan hobi -mungkin karena dulu belum kenal istilah hobi ya πŸ™‚ hobi/kerja adalah berburu binatang, dan hasilnya dinikmati bersama keluarga besar mereka. mereka hanya “kerja” tidak lebih dari 3 jam sehari.

    Zaman kita sekarang sangat sulit menemukan atau menerapkan kerja bagian dari hobi. Tantangannya adalah bagaimana kerja kita bagian dari hobi atau mudahnya menjadikan kerja kita saat ini menjadi hobi. Trims mas.

  18. Seger Hasani says:

    Dalam menunjukkan kedigdayaannya, informatika harus dipertemukan dengan berbagai ragam keilmuan, bahkan ’sekedar’ untuk memastikan solusi ybs bener2 menyelesaikan persoalan dan lalu memastikannya terjual. Akhirnya byk anak informatika yang berpikir mereka skdr programmer, bukan technopreneur.

    Setuju sekali…. pas sekali dengan pemikiran saya.

    Akan tetapi sekedar pemikiran tidak bisa menyelesaikan masalah. Untuk itu saya dan bbrp temen saat ini sdh merintis kelompok studi anak negeri. Di kelompok studi ini kita akan mencoba membentuk kelompok belajar lintas bidang. Dan disini tidak ada strata antara mahasiswa, dosen, atau praktisi. Jurusan IT maupun non IT.

    Saya mengundang teman-teman yang memiliki visi yang sama untuk bergabung. Akan tetapi rilis web resmi kami publish tanggal 17 Agustus, jadi saat ini mohon bersabar dulu.

  19. andi bagus says:

    wah cempluk ikut loh techopreneur, tapi hari kedua gak ikut..karena temen2 2005 ikut lomba kotex dan masuk 5 besar, jadi angkatan 2005 kebanyakan jadi suporter lomba..

    salam perjuangan,

    cempluk

  20. dika says:

    good idea here πŸ˜‰

    kapan2 klo ada workshop gitu lagi, boleh kabar2 dunks! atw boleh gak minta materi workshop-nya? *sedang belajar menjadi wiraswasta, hehe, makasi banyaks! πŸ˜€

  21. benbego says:

    kok ngga diupdate lagi sih mas nakula? tambah infonya donk! πŸ˜€

  22. ghosty says:

    wah mas, artikelmu bagus banget. akhirnya aku menemukanmu setelah sekian lama kita ga kontak-2 lagi.
    sukses terus ya mas. semoga Allah memberimu kesehatan, biar bisa menginspirasi lebih banyak lagi orang-2 di dunia ini.

  23. key says:

    helo…lovepets”
    adakah no yang bisa kami kontak untuk mnegetahui lebih jauh tentang hasil kerajinan tangan berupa pakaian kelinci? saya sangat mengharapkan informasinya. Mada,Mahasiswa,Pedagang Kaki Lima Kelinci,Jogjakarta- Hp:085292969666-08170837183.trims

  24. riza says:

    Artikel menarik :-?Meski hobi bisa jadi lahan bisnis, tapi bukannya pasar juga harus diperhatikan? Btw kalau hobi membaca, menulis, menggambar & ngoding (dikit) maka bisnis yang cocok apa pak? cara memasarkannya gimana? sekalian pasarnya dimana atau cari pasarnya gimana? thx b4Saya juga penyanyang binatang tapi ogah ah kalo buka petshop. ga tegaan seh :p

    riza’s last blog post..Komentarku buat Si Pus

  25. sagung says:

    β€œAmat menarik; tidak satu pun dari peserta membuat gagasan bisnis yang
    terkait dg software… ” saya mengutip kalimat ini karena menurut saya
    hal ini penting. Mengapa para mahasiswa Teknik Informatika yang
    mestinya belajar dan menekuni IT malah nggak melirik bisnis IT?Selain memulai bisnis dengan hobi, kuliah juga “lebih enak” kalo dimulai dari hobi.Kalo kuliah dari hobi, mungkin setelah lulus bisa gelut di bisnis dari hobi yang pernah ditekuni di kuliah hobi.Jadi mbulet, tapi enak.

    sagung’s last blog post..Prologue Gets an Update

  26. sagung says:

    Wah postingannya jadi berantakan. Maaf

    sagung’s last blog post..Prologue Gets an Update

  27. syarifah says:

    masa bisa pancing ketek dapat yang raksasa ah….. namak ni boong nya….

  28. Dibyo says:

    Yang perlu disegerakan adalah memunculkan keberanian ini yang sampai saat ini diriku belum mucul bisnis apa saja

  29. dahlia says:

    Bgmana kalau sudah dimulai dengan hobi tapi pada akhirnya agak macet krn terhadang rutinitas lain yang lebih mendapat prioritas?

  30. Dahlia:
    Teruskan saja. Klo Anda bisa konsisten terus melatih kompetensi hobi hingga kemudian bisa mengubahnya dari skedar aktivitas yg menyenangkan diri menjadi bentuk2 yg membuat orang lain senang atau terbantu, maka dg segera dia akan mjd aktivitas yg lebih patut mendapatkan prioritas πŸ™‚

  31. fauzy aziz says:

    salam sukses pa,. sedikit dari saya yang paling penting bukan membisniskan hobi, tapi menghobikan bisnis. karena ketika orang bertanya ke saya tentang apa kerjaan saya., saya pasti bilang traveling dan golf tapi kalau tanya hobi, saya bilang “BISNIS”.

  32. tonggo says:

    saya ingin mengutip tulisan Anda, dan akan menyebutkan sumbernya, bolehkah. saya minta ijin, ya..

  33. naufal dissa says:

    saya tertarik dengan ide menjadi Kosultan Mancing ne karena daerah kami kepulauan n belum ada yang manfaatin secara profesional. Keliatannya prospeknya indah banget, apalagi sambil nemenin client mancing kita juga nebeng sekalian ;p. Thanks ya idenya

  34. sima says:

    Gagasan dan ide-idenya sungguh cemerlang, kelihatannya rasio perbandingan antara masyarakat pencari kerja < dari pengembangan hobi  untuk mendapatkan penghasilan tambahan disebabkan sempitnya lapangan pekerjaan dan kebutuhan yang makin meningkat.

    simas last blog post..Rumah Termahal di Dunia

  35. Agung says:

    Ya boleh2 aja dari hobi ini malah bagus contohnya banyak di Meruya Jakarta Barat, hobi tanaman hias, kumpulin banyak2 yg disuka, lalu ada yang nawar, keterusan, ya udah jadi deh kita bisnis tanaman hias ya khan ….

  36. Rina says:

    Ass wr wb…
    sebelumnya..Rina & kel mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H…Mohon maaf lahir dan batin…
    Artikelnya menarik sekali..palagi pas buat Rina yang lagi mikir mau bikin bisnis dari hb rina..
    Tapi kadang2…Rina terbentur ma moody kita yang masih labil…Mau naya neh mas..gimana caranya supaya kita bisa terus bisa mempertahankan moody kita stabil…or always grow…
    juga mo nanya neh,..rina khan termasuk manusia gaptek it neh..bisa naya gimana caranya bikin website..dengan basis dot com aja..
    Karena Rina kayaknya pengen bikin bisnis online aja..biar bisa lebih leluasa…
    syukron…

  37. Rina: Untuk mengatasi mood yg labil, maka kita sebaiknya ndak berbisnis sendirian. Harus ada temen, dan bahkan klo perlu juga rival. Kala kita lagi down, ada temen yg bisa ngangkat (memotivasi, memaksa, marah2in). Pun yg juga tak kalah penting, kita harus punya alasan yg benar2 menghunjam ke perasaan. Makin banyak dan makin heboh alasannya makin baik.

    Tentang bisnis online dan dot com, silahkan hubungi via japri ya di guntar@www.akhmadguntar.com πŸ™‚

  38. wawan says:

    klo hobinya sama dg hobynya Mas Amrozy gimana Pak?just kidding..

  39. Wid says:

    apapun jenis pekerjaannya kalau dimulai dari hobi rasanya ueeenak kaya terbang tinggi di angkasa,  apalagi bisnis.

  40. Saya sangat setuju dengan pendapat Anda.
    Walau bermodal tool gratisan, upaya kita mestilah makin ditingkatkan.

Trackbacks/Pingbacks

  1. AkhmadGuntar dot com » Blog Archive » Migrasi Post dari BintangTauladanβ„’ - [...] Memulai Bisnis dg Hobi Post yg bicara ttg darimana kita sebaiknya memulai bisnis kita. Gagasan bisnis kita sebaiknya memang…
  2. Memulai Bisnis dg Hobi « Bintang Tauladan ! - [...] Memulai Bisnis dg Hobi [...]
  3. Menemukan -Bukan Membuat- Pilihan Karir | AkhmadGuntar dot com - [...] Ketika kita memang bermaksud mengikuti kecenderungan diri, maka itu pun bukan siksaan. Karena justru ketika kita memilih untuk menjadi…
  4. Kenapa Berbisnis Atas Dasar Hobi Tidak Sebegitu Mudahnya? | AkhmadGuntar dot com - [...] Yes, no doubt about it. Tapi kenapa kok ndak sebegitu gampangnya orang2 berprofesi/berbisnis sesuai dg hobi? [...]
  5. 6 Pelajaran dan Pencerahan Karir ala Manga | www.akhmadguntar.com - [...] Buku ini diperuntukkan bagi mereka yg berusia di kisaran 20-an, termasuk juga siswa SMA. Konteks dari cerita ini adl…
  6. Karir itu bukan diciptakan, melainkan dicari untuk ditemukan | Edunimasi - [...] Ketika kita memang bermaksud mengikuti kecenderungan diri, maka itu pun bukan siksaan. Karena justru ketika kita memilih untuk menjadi…

Leave a Reply