Meminimalkan Dampak Negatif Pornografi; yang Penting Motifnya Sepakat, kan? ^_^

Meminimalkan Dampak Negatif Pornografi; yang Penting Motifnya Sepakat, kan? ^_^Berawal dari diskusi dengan istri, saya jadi ngasih posting di ruang komen Mas Kamal. Tapi ternyata ada lebih banyak hal yang ingin saya sampaikan.

Rame banget memang pembahasan di blogosphere Indonesia. Tokoh penting semacam Pak Budi Rahardjo termasuk yang tidak bersepakat dg strategi pemerintah yg satu ini. Tapi saya amat senang beliau bukan lagi sekedar beropini atas ketidaksepakatan beliau, namun telah melakukan tindakan nyata untuk menyikapi pornografi ini dg menciptakan & mengajak orang2 utk turut menghasilkan content positif. Namun sayang sekali banyak teman2 yang masih melupakan gambaran besar dari issue ini.

Dari sejak pembahasan pornografi, banyak sekali yang mengklaim pornografi ini sebagai issue yang relatif dan subyektif.

Cuplikan dari komen di blog pak Budi Rahardjo:
“Payudara dara Irian dan Bali atau Badui menantang tanpa halangan itu forno?? Orang Badui dan Bali atau Papua bersikap biasa jadi tidak forno. Orang diluar itu bersikap luar biasa jadilah forno dan forno.”

Coba deh kita sekarang lihat apa arti pornografi menurut kamus besar bahasa Indonesia.

Pornografi:
1. Penggambaran tingkah laku secara erotis dg lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi;
2. Bahan bacaan yg dg sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi.

โ€ฆ. dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi.

Apakah pornografi mbikin kecanduan? ๐Ÿ™„

Dari CBS news, dalam setiap waktu terdapat hingga 30.000 orang yang menikmati pornografi di internet. Dari seluruh yg melihat pornografi, empat juga orang mengaku bahwa mereka kecanduan. Stimulasi seksual dari menonton pornografi memang melepaskan dopamine, yg menciptakan semacam dopamine “high” yg bisa menjadikan kecanduan. Tapi perlu saya juga sampaikan fakta lain; bahwa mayoritas (entah berapa, ndak disebut) penikmat pornografi pada akhirnya malah berkurang. Alih2 terobsesi dengannya, mereka malah menjadi bosan.

So, opsinya: kita mau ambil risiko anak2 kita jadi kecanduan, atau membiarkan, membebaskan dan berharap pd akhirnya mereka mjd bosan dengannya? ๐Ÿ™„

Banyak responden pria yang sepakat bahwa material pornografi justru membuat mereka terhindar dari perilaku kriminal seksual. Gimana2, yg namanya hasrat seksual itu harus terlampiaskan, klo gitu ndak bisa mikir. Lagian, klo dilampiaskan ke pasangan sendiri (teman, pacar; yg nantinya akan dinikahi?), toh ndak ada yg rugi se?

Pengakuan salah seorang komentator di blog pak Budi Rahardjo:
“saya, 16 thn WNI dan asli Indonesia. Saya sering tuhh buka situs2 porno. Saya malah udah cobak gitu2an sama pacar saya tentu saja saya sekarang dahh menikah(hamil bro). Gag ada yang rugi khan?”

Gimana, mau ambil risiko ta? ๐Ÿ˜›

Polisi detektif Michigan Darrel Pope mengungkap fakta; dari 38.000 kejahatan seksual di Michigan (1956-1979), 41% darinya terjadi dengan material pornografi ditonton pas sebelum kejahatan itu dilakukan. Psikoterapi David Scott menemukan bahwa “separuh dari pemerkosa menggunakan pornografi untuk membuat mereka terangsang tepat sebelum mereka mencari korbannya”.

Adalah mereka yg memiliki konsep diri positif, yg memiliki orang tua yg tak enggan utk berdiskusi tentang issue seks, dan yang memiliki integritas terhadap ajaran agamanya lah yg tidak bermasalah dg bombardir pornografi. Dan alangkah indahnya jika seluruh para remaja dan keluarga di Indonesia bisa seperti itu.

Tyt tidak bisa memang kita menganggap bhw masyarakat kita sudah terdidik dan memiliki rasa MALU yg cukup. Para remaja kita tidak semuanya cukup beruntung bisa dibesarkan di lingkungan yg mendukung perilaku2 santun, baik dan bermoral.

Oleh rekan Alif :
Saya pernah mengalami, lagi maen ke warnet teman, ada anak SMP Masturbasi di warnet sampai muncrat ke layar monitor, gara gara liat bokep. Kemudian anaknya, kami antar dan laporin ke orang tuanya. Dan kata bapaknya, warnet yang salah, kok membiarkan ada content tersebut di warnet.

Ada juga lontaran “Moralitas harus dibina, bukan dipaksakan.”, โ€œYang penting adalah kesadaran dari dalamโ€, โ€œSensor paling pertama itu datang dari diriโ€.

Sensor yg terpenting itu datang dari diri, betul sekali. Tapi tyt tidak semua dari kita cukup beruntung dibesarkan di lingkungan yang kondusif. Banyak sekali para pelajar kita yg belum punya kompetensi itu dan dg serta merta scr rutin memperturutkan hasrat penasaran & lust mereka. Lho? knp kok bicara ttg pelajar sih? Lha iya, bukankah menkominfo memberlakukan kebijakan ini krn beliau bermaksud hendak memfasilitasi sekolah2 dg internet gratis/amat murah.

Kontrol dari dalam diri jelas yg paling penting. Tapi tyt kita tidak bisa mengasumsikan bahwa seluruh orang berusia cukup (tua selalu berarti dewasa? ๐Ÿ™„ ) berkemampuan untuk mengontrol dirinya. Pembinaan moralitas masyarakat memang penting, tapi selama itu masih belum berjalan, maka baiknya memang pemerintah melakukan apa2 yg mereka bisa.

Dari seorang komentator blogger bernama Niko;
“Ketika itu ada seorang bapak yg mengantarkan anaknya ke warnet utk main disana. Lalu bapak itu bilang ke operator yg jaga: โ€œMbak tolong anak ku diajari cara cari gambar-gambar seronok.โ€ Anaknya cowok kira-2 umur 12 th.”

Bukan hanya bagi anak muda sebenarnya. Pornografi juga bawa dampak buruk bagi mereka yg sudah menikah. Pada pertemuan Academy of Matrimonial Lawyers (pengacara yg khusus menangani masalah perceraian) pada 2003 di Amerika, mayoritas pengacara mengatakan bahwa pornografi di internet miliki peran signifikan dalam perceraian.”Semakin saya melihat pornografi, semakin jauh jarak antara saya dan istri. Ada perasaan bersalah karena saya bersikap membanding2kan bintang porno yg sedemikian blak2an dan ekspresif tentang seks, yg berkebalikan dg istri saya” Demikian pengakuan seorang client pada psikolognya. Sang istri tentu bakal kelabakan juga klo diminta bersaing dg model yg seksi krn permak dan operasi :mrgreen:

Berikut adl implikasi yg dimungkinkan dari pornografi bagi pasangan yg sudah menikah (berbagai referensi silahkan lihat di bagian akhir tulisan):

  1. Meningkatnya ketidakpuasan pernikahan, dan juga risiko utk berpisah dan bercerai
  2. Menurunnya kepuasan seksual dan keintiman dalam pernikahan
  3. Meningkatnya potensi perselingkuhan
  4. Makin bertambahnya hasrat utk menikmati pornografi yg lebih seru
  5. Devaluasi nilai monogami, pernikahan dan pengasuhan pada anak
  6. Meningkatnya jumlah orang yg berkutat dg penanganan kecanduan perilaku seksual

Silahkan bayangkan dampak dari efek di atas bagi anak dan remaja.

Bagi anak atau remaja yang secara langsung ter-exposed pada content pornografi, maka berikut adalah efek yg terdokumentasi:

  1. Respon emosional yg bersifat traumatis dan negatif dalam durasi yg cukup lama
  2. Hubungan-intim-pertama yang terjadi lebih cepat, risiko terjangkit dan menyebarnya penyakit menular pun terjadi lebih cepat
  3. Munculnya keyakinan bahwa kepuasan seksual bisa dicapai tanpa perlu memiliki perasaan cinta, sehingga seks menjadi komodisasi dan manusia terpandang sebagai obyek.
  4. Dengan teranggapnya manusia (perempuan dan anak2) sbg obyek, maka semakin besar risiko terjadinya pelecehan dan kejahatan pada perempuan dan sesama anak2/remaja. Diawali dg fantasi dan lamunan mesum.
  5. Munculnya keyakinan bahwa pernikahan formal dan memiliki keluarga bukanlah pilihan yang menarik
  6. Meningkatnya risiko munculnya perilaku seksual yg kompulsif dan perilaku adiktif
  7. Meningkatnya risiko exposure pada informasi tak benar terkait seksualitas manusia jauh sebelum sang anak telah cukup umur dan matang, sehingga dia belum bisa mengkontekstualkan informasi tsb sebagaimana mestinya orang dewasa melakukan.
  8. Exposure yg terus menerus pada content seks yg eksplisit menjadikan ybs mjd kurang sensitif, dalam artian ybs akan menjadi lebih bersikap terbuka, toleran, dan menerima beragam perilaku2 seksual. Apa yg tabu menjadi biasa.

Programnya menkominfo ini memang mahal, dan juga lama. Tapi sungguh makan ati dan jauh lebih mahal harga yg harus dibayar nanti jika generasi muda kita lebih asyik menikmati pornografi alih2 meningkatkan kompetensi diri. Mending kita sekarang pusing2 mikirin gimana strategi atau program yang tepat, ketimbang pusing2 gimana mbikin anak2/remaja yang trauma karena diperkosa mjd terpulihkan secara emosional dan konsep diri.

Silahkan lanjut ke halaman 2

banner ad

23 Responses to “Meminimalkan Dampak Negatif Pornografi; yang Penting Motifnya Sepakat, kan? ^_^”

  1. mpokb says:

    telanjur jadi industri, pak. pasarnya juga luas. seperti rokok saja, karena punya dampak buruk lantas dilarang, tapi konon mendatangkan pajak besar dan melibatkan banyak tenaga kerja. akhirnya setengah hati melarangnya..

  2. meister says:

    sering mengakses situs porno adalah bukti ketidakberdayaan , menikmati sesautu yang berbau porno adalah sebuah proses onani (baca:memuaskan diri sendiri) yang dilandasi ketidakpercayadiri-an atas sesuatu yang dimilikinya.pembenaran apapun boleh dilakukan, tetapi tetap, bagi saya menikmati sesuatu yang berbau porno adalah gejala awal disfungsi seksual.

  3. aRuL says:

    wah betul2 salut mas, tulisan yang punya daya pikat yang menyadarkan orang pornografi sesungguhnya.saya tidak habis fikir kenapa banyak yang menolak, padahal udah jelas2 its bad.perlahan tapi pasti, meminimalkan kejahatan2 yang ada, it’s so real.

  4. Saya setuju porografi diberantas.
    Nah yang jadi pokok persoalan adalah siapakah yang memberantas? bagaimana caranya? sepihak atau partsisipati? Kolektif atau fasis melalui kekuasaan negara?
    Dampak negatif pornografi kan sudah ada sejak dulu, sejak seksualitas tidak dianggap sebagai sesuatu yang manusiawi di Indonesia. Karena alasan tradisi, moral, agama, etika, dll, generasi Indonesia (ambil contoh) 70an-80an-90an tidak pernah mendapatkan pendidikan tentang seksualitas. Baik ditingkat yang paling kecil, keluarga, maupun di lembaga masyarakat semisal sekolah. Nah karena informasi yang disumbat tersebut, jadilah salah jalan dalam mengakses seksualitas, kemudian berubah menjadi pasar pornografi. Mucullah kekerasan seksual dalam berpacaran, berkeluarga- antar pasangan, hingga pada tingkat masyarakat (pemerkosaan, pedofil, pelecehan ditempat publik, dll).
    Nah yang menjadi soal, si pemerintah sudah superior dimuka, ‘pokoknya mau blokir’ akses informasi dalam hal ini internet, padahal kebebasan informasi adalah pilar penting untuk membangun Demokrasi sekarang (gara-gara informasi dunia maya internet-tyt faktor pendukung masyarakat untuk lebih berdaya) , nah duduk soalnya adalah, apakah kebijakan ini melibatkan publik? partisipatifkah? Demokratiskah?.
    Dalam hal ini saya tetap mendukung kebebasan informasi, nggak usah diblokir, masalahnya ada di orang-bukan medium informasi-internet. Saya percaya setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi yang dia mau, yang mau lihat dan baca dan akses yang dia perlu (mutlak).
    Kenapa tidak berpikir untuk menggadeng departemen pendidikan saja, semisal membuat kurikulum tentang pendidikan seksualitas, kesehatan reproduksi, resiko dan bahaya macam apa seksualitas bagi anak-anak dan remaja menerapkannya disekolah dan pendidikan keluarga (bukan diteror terus sama agama), kalau ketakutannya adalah masa depan anak-anak Indonesia. Saya pikir sudah saatnya kita lebih dewasa menghadapi persoalan ini.
    *Tolak kontrol Negara!, Jangan takut kebebasan informasiโ„ข*
     Trims.

  5. adit says:

    nice, tulisannya sangat mencerahkanbetul juga mayoritas dari kita sebetulnya sepakat akan dampak buruk dari pornografi

    adit’s last blog post..Thin, Solusi alternatif web server Ruby

  6. Akhmad Guntar says:

    mpokB:
    Di Amerika, posisi pornografi sudah spt rokok dan bahkan promosi besar2an susu sapi, yg tyt kurang baik baik bagi kesehatan. Kongres sudah dapet suplai yg luar biasa dari Industri. Perihal lain, Amerika bener2 menganut demokrasi sempurna di mana kebenaran ada dalam pendapat mayoritas, shg ukuran moralitas pun diukur dari preferensi mayoritas.

    Sementara di Indonesia, saya kira masalahnya belum sampai sepelik di sana. Meski kita pake demokrasi, tapi masih ada acuan moralitas dan tatakrama. Pornografi tidaklah memiliki riwayat asal yg sama dg rokok yg awalnya di’halal’kan. Syukurnya, pornografi masih dianggap sbg perihal yg tabu utk dipertontonkan scr publik, terlebih bagi anak2.

    Masih belum terlambat kok ๐Ÿ˜›

    Meister:
    ๐Ÿ™‚ (tersenyum penuh arti)

    aRul:
    Semoga kita senantiasa diberikan hidayah utk bisa berpikir benar dan juga bertindak benar ๐Ÿ˜›

  7. Akhmad Guntar says:

    Andri Cahyadi:
    Sungguh menyenangkan bila kita mengawali dari kesamaan niat (bhw pornografi perlu diberantas). Di sinilah kemudian kita banyak sumbang saran ttg cara, tahapan, dst.

    Pendidikan seks memang penting utk diberikan sejak di keluarga, saya sepakat. Termasuk juga oleh para da’i dan tokoh agama. Utk di sekolah2, saya usulkan mbikin content edukatif yg terstandarisasi. Konkritnya adl bentuk multimedia, bagus lagi klo bentuk film yg dibintangi artis2 populer. Informasi yg benar dan bijak ttg seks harus disampaikan dg cara2 yg appealing dan menggerakkan emosi & tindakan. Shg bukan hanya dept.pendidikan saja yg perlu andil, dan malah bukan cuma produsen film.

    Saya juga sepakat bahwa kebebasan informasi itu penting. Bila melihat maksud dasar dari gagasan sampean, tentu yg sampean maksud adl kebebasan informasi yg edukatif, yg membuat masyarakat mampu berdaya, yg berarti bukan content2 pornografi yg inspiratif (utk menindaklanjutinya dg tindakan) ๐Ÿ™‚

    Saya pikir kebijakan menkominfo ini akan jadi pemicu yg produktif, semisal bagi orang tua. Orang tua bs jadi akan bilang, “Wadoh, jangan pake blocking informasi, dong. Saya akan didik anak saya, wis“. Dept.Pendidikan akan bilang, “Wah, ngawur ae blocking content, ajak saya dong: biar saya bikin program edukasi seks utk remaja“. Smentara menkominfo terus mengembangkan model blocking yg bijak & efektif. Smg berbagai pihak makin tergerak utk berkontribusi berdasarkan kompetensi dan kewenangannya masing2 ๐Ÿ˜›

  8. aRuL says:

    OOT : komentar mas tentang UU ITE sebelumnya ada di posting satunya, mmm salah masuk ๐Ÿ˜€ hehe

  9. Hedi says:

    di negara maju, pornografi mungkin legal, tapi ga sembarangan, tidak hantam kromo…sebuah kasus di Inggris, orang bermain seks di pinggir jalan diancam hukuman setelah tiga kali peringatan nggak digubris…perspektif polisi adalah norma kesopanannorma itu yang kita ga punya…ga jalan, lebih parah lagi munafiknya banyak, di sini juga paradoksnya besar. kelihatannya alim, tapi bolong semua di dalamnya

    Hedi’s last blog post..Bicara Sepakbola

  10. konten p0rn0 gak mungkin akan hilang dari jagad maya. makanya, memang filternya bukan di ISP, komputer, router atau pemerintah. Filter yang paling bagus adalah pada niat masing-2 netter. kalo memang sudah niat cari gambar parno, filter sekuat apapun pasti akan jebol juga, khan?

  11. […]Pada 2 April 2008, Menteri Komunikasi dan Informatik Muhammad Nuh mengeluarkan Surat Edaran Kominfo Nomor 84/M.KOMINFO/ 04/08 yang meminta perusahaan penyelenggara jasa internet di Indonesia memblokir situs YouTube terkait pemuatan Film Fitna. Film yang dibuat Geert Wilders itu dianggap menghina Islam. Surat itu dikirimkan kepada 146 ISP (Internet Service Provider) dan 30 NAP (Network Access Provider) setelah pemerintah Indonesia gagal “menekan” Google untuk menghapus video Fitna dari situsnya[…].

  12. Akhmad Guntar says:

    Deteksi Jawa Pos 27 April 2008 membuat survei terkait pemblokiran situs pornografi. Mayoritas responden menganggap pemblokiran situs biru tidak efektif. Mengapa?

    Hmm…. alasan yg ‘bagus’. Let’s see…

    Semisal sebagian masyarakat menolak pemusnahan/pelarangan sabu2 yg mbikin orang jadi teler dan rusak scr intelektual mental. Kenapa?

    • Krn yg mbikin orang teler itu ada banyak! msh ada putau, sakaw, ecstasy, dst.
    • Krn para pecandu & pengedar pasti bisa aja temukan cara utk mendapatkan sabu2
    • Krn jumlah sabu2 amat banyak

    Hmm… ๐Ÿ™„

    Lho, kok berani2nya saya menyama2kan pornografi dg obat2an terlarang? Oh, maaf, saya rupanya mengira bhw kita sudah sependapat bhw pornografi adl masalah.

    Metodologi masih bisa terus disempurnakan. Yg penting motifnya sepakat, kan? ๐Ÿ˜›

  13. ko pu tai tu !! says:

    Sudah saatnya indonesia BERbebas dari yang namanya pornografi.  karena pada dasarnya budaya nude-isme di indonesia sudah dari dulu ada!! liat aja bali n irian ! kalo tidak dari sekarang kapan lagi ada kesempatan untuk kaum nudist indonesia untuk bangkit. Every body lov sex (BENER KAN!!). DIA SUKA NUNJUKIN AKU SUKA NGELIATIN.Dan sudah saatnya juga bagi kaum nuda indonesia berkata F*<k you sambil menghaturkan jari tengah kepada kaum tua bila mana PERLU. memang negara indonesia bukan negara liberal.  oleh  sebab itu bilah langkah kriminal yang perlu diambil, maka oke lah kita ambil.BY THE WAY!! PAPUA TIDAK AKAN PERNAH MERDEKA DAN ANDRI CAHYADI “A*J*Ng”

  14. @ ko pu tai tu

    Anda tak harus memaki saya dengan kata-kata kasar (hate speech:lihat definisi http://en.wikipedia.org/wiki/Hate_speech) untuk berbeda pendapat dengan saya. Anda boleh tidak setuju dan bebas merdeka memiliki opini tanpa harus menghasut dan berkata-kata kurang ajar.

    Sebagai individu merdeka, saya berhak dalam mengemukakan kebebasan berpendapat dan beropini.

    Mari tumbuh dan berkembang, saling menghormati pendapat, sudah saatnya Indonesia menjadi bangsa beradab. Bukan bangsa bar-bar yang selalu menggunakan kekerasan dalam segala hal.

  15. infogue says:

    terimakasih, artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:http://seni-budaya.infogue.comhttp://seni-budaya.infogue.com/meminimalkan_dampak_negatif_pornografi_yang_penting_motifnya_sepakat_kan_anda bisa terus promosikan artikel anda di http://www.infogue.com yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita dan beberapa pilihan widget lainnya yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!

  16. suwiryo says:

    menurut saya sih yang paling bagus menghindari pornografi adalah meningkatkan kualitas iman…dan memperbanyak kegiatan yang positif….maaf hidup tidak hanya seks….banyak hal lain yang masih dapat dilakukan

    suwiryos last blog post..MOZILLA FIREFOX 3

  17. siti nur hayati says:

    yups……sebgai anak muda yang diharapkan bangsa,tentunya harus tahu banget bahya g ditimbulkan dari pornografi,,,,belum sattnya tu….entar kalau udah nikah tu baru boleh ma pasngannya.orang yang sabar kan akn ditambah nikmatnya.jngan bermaksiat euyyy,,,dosa….teu…!

  18. Chip says:

    Tulisan yg Bagus
    Enak bwt dibaca

    Minta ijin dunz buat saya poasting di blog saya

    Salam
    ^_^

  19. rikixy says:

    setuju..
    saya sendiri aja adalah korban…
    pornografi emang merusk mentalitas.
    yang paling penting sekarang adalah keinginan kita untuk katakan tidak untuk pornografi..

  20. indra says:

    klo menurutku sech,, pertebal iman ja..
    lbh bnyak mendalami agama n banyak lakuin hal positif..

  21. iya says:

    bener bgt tuh…… iya suka ma tulisannya heeem gimana klo ditambah ttng dampak post and negatif biar bisa buat bhn referensi hehehehheheheheh

  22. rizalganteng63@yahoo.com says:

    I DON’T KNOW

  23. adriansyah says:

    Muax Khn Tgntung dri kitax Z yG NggPix….
    Klo mang Kita Ngpix Positif yeah…. Asilx uga PzT Pstif Dong, bGtupun CblikX…..

Trackbacks/Pingbacks

  1. trustcosurabaya.com » Meminimalkan Dampak Negatif Pornografi; yang Penting Motifnya Sepakat, kan? ^_^ - [...] membaca ulasan lengkapnya di sini: Meminimalkan Dampak Negatif Pornografi. Ditulis oleh Akhmad Guntar | LMT Trustco Surabaya [...]

Leave a Reply