Membandingkan Gaji = Sebab Kesengsaraan

Negosiasi gaji

Melanjutkan tulisan kemarin tentang betapa rangking pendapatan berpengaruh pada seberapa bahagianya seseorang, sekarang kita akan melihat kasus yang terjadi di perusahaan.

Katakanlah ada seorang karyawan yang mengeluh tentang gajinya.

“Sudah berapa lama Anda kerja di sini?” tanya supervisor kepada sang karyawan.

“Sudah empat tahun, langsung sejak lulus kuliah,” jawab sang karyawan.

“Lantas ketika Anda bergabung dengan kami, Anda inginnya dapat berapa dalam empat tahun itu?”

“Dulu tu mikirnya ya pokoknya bisa nyampe lima juta per bulan deh.”

Sang supervisor menjadi penasaran.“Lha lantas sekarang gaji Anda sudah lima koma empat juta sebulan, kenapa kok masih komplain?” tanya supervisor.

“Mmm, itu sih…” sang karyawan berhenti sejenak, “anu, gara-garanya beberapa temen saya yang mejanya di seberang sana, mereka kalau mau jujur tidaklah sepintar saya, tapi mereka gajinya kok bisa enam juta sebulan.”

Geleng geleng; sang supervisor geleng geleng.

Adalah bencana ketika gaji orang-orang diekspos. Mereka yang awalnya digaji besar akan jadi merasa dibayar murah dan di bawah standar. Tidaklah aneh bila mereka kemudian malah berniat untuk hengkang untuk bayaran yang lebih baik.

Di Amerika pada tahun 1993 pernah ada kebijakan yang membuat perusahan dipaksa mengungkap gaji dan tunjangan pada top executive. Harapannya? Ketika itu dipapar, harapannya agar para komisaris jadi ada gambaran betapa gaji para top executive sudah teramat besar, dan tak perlu lagi untuk dinaikkan. Dan saat itu, selisih gaji CEO dan karyawan biasa sudah mencapai 131 kali lipat. Sementara di tahun 1976 ‘hanya’ 36 kali lipat.

Hasilnya? Begitu dipublikasikan, terlebih oleh media, alih-alih merasa sungkan, para CEO malah meminta kenaikan begitu mereka berpikir, “Lha kok saya ternyata digaji murah bianget, gak kayak mereka dari perusahaan X, Y, Z, dan lainnya.” atau “Lha saya kerja di perusahaan segede ini kok gajinya hampir sama dengan perusahaan bau kencur X, Y, dan lainnya.”

Akhirnya, saat ini gaji rata-rata CEO di Amerika adalah 369 kali lipat lebih besar daripada karyawan biasa. Dari sinilah muncul fenomena “Yang kaya jadi semakin kaya”, karena awalnya adalah yang kaya ngiri berat dengan yang super kaya.

Bandingkan lingkaran gaji

Dari gambar di atas Anda bisa lihat, lingkaran yang di tengah ukurannya jadi terlihat berubah tergantung pada lingkaran di sekelilingnya. Ketika diletakkan di antara yang lebih besar, dia tampak mengecil. Ketika diletakkan di antara yang lebih kecil, dia terlihat membesar. Padahal aslinya ukurannya sama. Dalam konteks yang lain, terkait percaya diri, semangat berkembang, dsb: Merasa diri kerdil dan bukan apa-apa? Mungkin Anda kebanyakan berteman dengan orang yang lebih besar/tenar/kuasa/kaya/dst dan hanya punya sedikit teman dari mereka yg di bawah Anda. Anda sudah merasa jagoan (kandang)? Jangan-jangan itu karena Anda belum punya cukup pergaulan dengan mereka yang lebih besar daripada Anda. Seimbang dalam merengkuh pertemanan, sedemikian rupa kita tidak berada di ekstrim lingkaran yang paling besar atau yang paling kecil. Itu akan membuat kita tetap bisa bersyukur dan seiring dengan itu tetap bersemangat untuk berkembang.

Kita akan selalu tanpa sadar membandingkan diri kita dengan orang-orang di sekitar kita. Otomatis. Mulai dari urusan kebendaan dan kepemilikan, urusan pendidikan, liburan, sampai pada sikap dan cara pandang. Oleh karenanya, kehati-hatian dalam memilih perihal yang dibandingkan amatlah diperlukan, sampai pada kehati-hatian dalam memilih lingkaran pertemanan komparatif. Saya akan mengulas tentang ini di tulisan berikutnya.

Referensi:

banner ad

Leave a Reply