Sudah jelas, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan; mulai dari salah dalam mengerjakan soal ujian sekolah sampai kesalahan dalam memilih profesi. Semoga saja tidak sampai kesalahan dalam memilih istri atau suami. Lalu tentunya Anda telah sepakat bahwa kita bagaimanapun harus belajar dari kesalahan. Tapi mengapa kok itu tidak sedemikian mudahnya? Ngomong sih gampang. Nah, sambil membaca tulisan ini, silahkan ingat-ingat lagi kesalahan terakhir yang pernah Anda lakukan.
Sesungguhnya Anda baru bisa belajar dari kesalahan manakala Anda telah bersedia mengakui kesalahan itu, dan bersedia mengakui bahwa Anda lah yang bertanggung jawab atasnya. Begitu Anda mulai menyalahkan orang lain atau kambing milik siapapun yang sehitam apapun, maka Anda sudah menciptakan jarak dengan hikmah & pembelajaran. Namun apabila Anda bersedia untuk dengan berani berdiri dan jujur tegas mengatakan “Ini memang bener kesalahanku dan aku bersedia menerima tanggung jawab atasnya.” maka hikmah akan mendatangani Anda dari samping kiri kanan depan belakang. Semakin bijak seseorang semakin mudah juga baginya untuk mengakui kesalahan. Mereka tahu bahwa hal itu memang perlu dilakukan untuk membuat mbak hikmah segera datang.
Kebanyakan kita memang sudah terlanjur punya asumsi yang mbleset tentang gagal dan salah; yakni bahwa itu adalah perihal yang memalukan dan rawan dicap sebagai pecundang. Baik di sekolah, di keluarga, atau di tempat kerja, kita sudah dilatih untuk merasa bersalah karenanya dan harus melakukan apapun deh sepertinya untuk menghindarkan darinya. Sudah malunya di tempat yang salah, ketambahan juga fakta bahwa ujian berbentuk salah gagal itu tak mungkin absen di sepanjang perjalanan kita meraih impian tinggi. Ini lantas banyak orang yang mutung di tengah jalan; mereka tak cukup siap dan terlalu malu untuk ketahuan melakukan salah.
Sebenarnya, semakin tinggi target atau impian seseorang, makin sering dan susah juga ujian yang akan dialaminya. Dan itu memang harga yang harus dibayar. Ya sudah, memang seperti itu tabiatnya; dimaklumi saja. Semakin besar ambisi yang Anda punya, semakin Anda dituntut untuk punya kemampuan dalam menyikapi kesalahan secara bijak dan belajar darinya.
Sekarang kita akan membagi jenis kesalahan menjadi empat:
Ini adalah kesalahan2 yang bisa terjadi pada siapa saja. Jika yang melakukan orang lain, kita bisa tertawa melihat atau mendengarnya. Semisal saja terperosok ke got gara2 sembarangan berlarian, kesandung ama sandal jepit sendiri, nyampluk (nyenggol) dawet sampai tumpah ke celana atasan Anda, mata keculek sambel atau pisang, dan sebagainya.
Jika memang kesalahannya karena kebodohan, maka itu namanya kesalahan bodoh. Baka Mistake istilahnya; seperti yang di bawah ini.
Ini bukanlah kesalahan yang gawat, melainkan yang ringan2 saja. Ini adalah kesalahan yang sebenarnya bisa dihindarkan sih, tapi bisa terjadi karena keteledoran atau ketidakdisiplinan. Misal saja mati listrik pas acara syukuran gara2 nunggak tagihan listrik bulanan, kekurangan cangkir dan suplai sirup/teh gara2 Anda gagal mengantisipasi jumlah tamu, dsb.
Ini adalah kesalahan yang biasanya masih sering dimaklumi yang itu butuh upaya ekstra untuk terhindar darinya. Dinamakan terikat karena kesalahan ini melekat erat akibat adanya pembiasaan. Contohnya misal saja kerap terlambat di kantor atau undangan dari teman, menyantap fast food untuk setiap kali sarapan, atau bisnis yang bangkrut karena tak peduli pada urusan hitung2an dasar. Kesalahan terikat ini biasanya juga terbentuk dari kesalahan bodoh dah simpel yang dilakukan secara kerap dan berulang.
Yakni kesalahan yang penyebabnya ruwet dan tidak langsung bisa dihindarkan begitu saja darinya dengan mudah. Misal saja kesalahan dalam pengasuhan anak, kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis yang berakibat pada kebangkrutan, hubungan suami istri yang bermasalah, dan sebagainya.
Dari kategori kesalahan di atas, baik kesalahan yang bodoh maupun yang simpel, itu bisa diatasi dengan mudah manakala Anda telah menelusuri sumbernya dan mencari penangkalnya. Tapi dua kesalahan itu tidaklah menarik, dalam artian pembelajarannya tidaklah dalam dan kemungkinan kesalahan itu bisa menggiring Anda pada hikmah yang signifikan tidaklah besar. Misal saja, silahkan bandingkan dua kesalahan berikut:
Jenis kesalahan yang Anda lakukan bisa menjadi deskripsi atas siapa Anda. Semakin menarik kesalahan yang Anda buat, semakin menarik juga kehidupan yang Anda sedang jalani. Bila kesalahan terbesar Anda masih berkisar pada luput menonton tayang ulang acara the Masters RCTI atau salah beli tiket bioskop, itu artinya kehidupan Anda masih belum cukup menantang sehingga kesalahan2 menarik bisa Anda alami.
Baik, itu adalah empat jenis kesalahan. Kita sekarang kembali lagi pada bagaimana agar bisa belajar dari kesalahan. Belajar dari kesalahan membutuhkan tiga hal:
Kita akan mulai pada bagaimana belajar dari Kesalahan Terikat. Nantikan postingnya besok ya 🙂
kesalahan saya yang terakhir adalah salah menggandeng istri orang waktu nonton… jadi masuk kategori kesalahan yang man itu yah .. hiks 🙁
mantan kyais last blog post..Balas Dendam itu Membahagiakan!!! 😀
Kesalahan saya baru kamis kemaren terjadi yaitu salah nulis alamat akibatnya barang nya nyasar ke kota lain..Pelajaran berharga bagi saya utk mengirim barang selanjutnya hehe…
Salam kenal ya…
kalo macam human error apa boss???