Apa yang Terjadi Manakala Manajernya yang tidak Perform?

Apa yang Terjadi Manakala Manajer tidak Perform

Karena tugas manajer adalah merampungkan kerjaan melalui tenaga orang lain, maka terkadang virus produktivitas yang menyerang manajer malah jadi luput terdeteksi. Di kala para bawahan sudah menunjukkan performa yang baik, tapi lha kok malah manajernya yang ternyata males-malesan. Kalau sudah seperti ini, maka bawahan tentunya jadi gemes juga dong. Nah, memang kenapa sih kok sampai manajer bisa males-malesan begitu?

Tulisan ini menyambung tulisan sebelumnya tentang apa sih yang membuat para karyawan gagal menunjukkan performa yang baik. Tapi sekarang kita sedang berbicara tentang manajer dan posisi apapun yang punya kewenangan untuk mengorganisir kerja dan memberikan delegasi, entah lingkupnya di korporat, organisasi non profit ataupun organisasi kemahasiswaan. Berikut ini adalah apa-apa yang bisa jadi penyebab buruknya performa manajer:

1. Suka Menunda

Penyakit ini memang bisa menyerang semua orang, tak terkecuali manajer. Karena sifat suka menunda ini, banyak tenggat kerja yang akhirnya luput dikejar dan performa yang didapat pun tidaklah memuaskan. Akibat kerja yang baru rampung di menit-menit terakhir, maka revisi, perbaikan atau koreksi pun jadi tak mungkin dilakukan. Saya akan membahas tentang cara mengatasi penyakit suka menunda di ini artikel yang lain. Yang jelas beberapa teknik yang sering digunakan semisal adalah memulai garapan sejak dini, memecah proyek besar menjadi bagian2 kecil yang mudah untuk ditangani, mengerjakan 10% dari kerjaan segera setelah mendapat penugasan atasnya, dan berkomitmen untuk merampungkan dalam tenggat tertentu yang ditetapkan sendiri.

2. Perfeksionisme

Selalu khawatir dengan kesalahan2 kecil & remeh? Khawatir dengan apa kata orang lain jika ada cacat yang terlihat? Apakah Anda selalu merasa punya keharusan untuk mengerjakan segalanya dengan sempurna? Perfeksionisme, meskipun seringkali terbilang sebagai ciri yang positif, bagi sebagian orang ini malah bisa mbikin kerjaan ndak juga kelar. Gara2 perfeksionisme, seseorang juga bisa jadi enggan untuk melakukan delegasi gara-gara dia kurang puas dengan kualitas kerja orang lain. Apakah Anda punya penyakit ini? Maka langkah pertama adalah mengakui bahwa Anda memang memilikinya. Setelah itu, sadarilah bahwa sikap enggan mendelegasi bukanlah solusi yang terbaik bagi seorang manajer. Latihlah staf dan bawahan Anda, beri dia panduan dan SOP, lalu biarkan dia belajar dari hasil kerjanya sendiri. Dan akhirnya, segalanya tidak harus dalam kualitas 100 persen untuk bisa berhasil.

3. Ribet Data & Analisa

Bila Anda merasa bahwa Anda harus punya seluruh Data terlebih dulu sebelum mengambil tindakan, atau bahwa Anda merasa perlu terlebih dahulu menganalisanya sebelum bertindak, maka itu berarti masalah. Siapapun juga, bahkan bawahan Anda yang paling jelek performanya sekalipun, asalkan mereka punya otak dan 100 persen data, mereka pasti akan bisa kerja dengan baik. Yang membedakan antara manajer yang sukses dan yang rata-rata saja adalah dalam kemampuan untuk mengambil keputusan manakala informasi yang tersedia hanya 70 %. Untuk ini maka diperlukan kemampuan untuk membuat perkiraan, ekstrapolasi, dan peramalan agar bisa mengambil tindakan dengan sigap, merampungkan proyek atau mengantarkan produk baru ke pasar sebelum keduluan oleh pesaing. Ada kaidah menarik yang disampaikan oleh Jenderal George Patton: ketika kepastiannya sudah 80%, maka segeralah ambil tindakan.

Apa yang Terjadi Manakala Manajer tidak Perform?

4. Kurang Pede

Saya sudah pernah membahas tentang issue percaya diri dalam beberapa artikel di blog ini.

5. Membenci Risiko

Para pemenang berani mengambil risiko yang telah telah diperhitungkan. Pengamatan terhadap para eksekutif yang sukses juga menunjukkan bahwa semasa karirnya, mereka membuat kesalahan jauh lebih banyak ketimbang mereka yang biasa-biasa saja. Maka mulailah mengambil tindakan-tindakan yang membawa Anda keluar dari batas nyaman. Ini tidaklah harus yang terkait dengan urusan kerja. Cobalah bicara di depan rapat warga jika memang Anda belum pernah melakukannya. Belajarlah olahraga baru atau alat musik baru yang Anda belum pernah mencobanya. Buatlah diri Anda terbiasa mengambil risiko-risiko kecil, sehingga Anda cukup berani untuk mengambil yang lebih besar.

6. Bosen, Ndak Seru Lagi

Kehilangan semangat atau hasrat, biasanya karena sudah tidak merasa tertantang lagi dengan tugas yang biasa dikerjakan atau karena terjebak pada jenis tanggungjawab yang kurang disuka.
Hanya karena Anda membenci suatu kerjaan bukan berarti yang lain juga bakal males-malesan dalam mengerjakannya. Buatlah daftar apa-apa yang Anda suka dan tidak suka kerjakan. Untuk yang Anda tidak sukai, mulailah melakukan delegasi tanpa lupa melatih mereka-mereka yang Anda tugasi.

7. Prioritas Kerja yang Kacau

Kesibukan tidaklah mengartikan seorang manajer sudah melakukan hal-hal yang seharusnya dia lakukan. Ibaratnya: sudah capek-capek manjat tangga, lha kok ternyata tangganya bersandar di tembok yang salah. Meskipun sudah sibuk bekerja, bukan berarti arahan kerjanya sudah betul.

8. Kurang Rapih

Terkadang pekerjaan nggak kunjung rampung gara-gara pengaturan urusan -kerja’an, dokumen, beragam resource, dan sebagainya- yang kacau balau. Memang kita tidak dituntut untuk bisa rapih di segala macam urusan. Ketidakrapihan yang kecil sebenarnya masih bisa ditolerir, dan itu memang wajar kok. Cuma ketika sudah terkait urusan kerja, maka kita harus benar-benar perhatikan ini agar tidak ada efek di belakang berupa revisi atau waktu hilang sekedar untuk mencari-cari urusan atau barang yang terselip entah di mana.

banner ad

One Response to “Apa yang Terjadi Manakala Manajernya yang tidak Perform?”

  1. Amazing post! I initially found your blog a week or so ago, and I subscribed to your RSS feed the very same day. I have several cool ideas for some upcoming posts you could write. I’ll send you an email shortly. Keep up the great work.

Leave a Reply