Baik, sudah bikin rencana, sudah eksekusi dengan baik, tapi lha kok ditolak? Trus gimana?
Pertama-tama, sejak awal jangan sudah punya anggapan bahwa permintaan Anda bakal ditolak. Karena keyakinan pesimis itu malah akan berwujud pada gaya negosiasi Anda yang jadi rapuh dan kurang menggigit.
Jika memang ditolak, maka jangan menyerah! Bila pengajuan pertama tidak dipenuhi, jangan keburu kecewa. Anda harus ngengkel, kekeh, persisten. Kudu dicoba lagi dan dicoba lagi. Tapi tentu saja dengan pendekatan yang berbeda. Karena konyol juga namanya manakala kita mengharap hasil yang berbeda dengan terus menerus melakukan cara yang sama. Maka modifikasi pendekatan yang dilakukan.
Semisal saja begini.
Ada baiknya Anda bisa mencari seorang “champion”, yakni seorang kuat yang bisa membantu memuluskan jalan negosiasi Anda. Bill Adler, pengarang buku How to Negotiate Like a Child, menyarankan untuk mendekati seseorang yang berada sejajar atau bahkan di atas bos langsung Anda, lalu informasikan dengan baik bahwa Anda bermaksud meminta kenaikan gaji, kemudian mintalah masukan dan saran dari mereka. Begitu Anda sudah ‘menjual’ diri Anda kepada mereka, tinggal mereka lah yang akan menjualkan ke bos Anda. Tentu saja, untuk bisa melakukan ini, Anda harus punya investasi positif kepada mereka yang bersangkutan. Tapi cara ini memang efektif dan patut dicoba.
Manakala Anda tidak mendapatkan persis seperti yang Anda harapkan, bersiaplah untuk mengajukan penawaran lain. Dan ini yang kerap terjadi. Bisa jadi perusahaan Anda masih belum bisa memberi Anda uang lebih, tapi masih berkenan memberikan keuntungan lain semisal berupa jadwal kerja yang lebih fleksibel, waktu liburan lebih banyak. Saya sendiri dulu juga karena sudah tiga kali dapet kenaikan gaji, maka atas prestasi yang saya raih, maka alih2 kenaikan gaji lagi, atasan saya membelikan saya komputer baru, dual monitor, dan bantuan untuk membeli motor secara tunai. Tawaran apapun yang Anda dapatkan, itu harus Anda apresiasi dan tidak dianggap enteng, mengingat itu semua menunjukkan upaya atasan Anda untuk tetap membuat Anda senang dan bisa betah bertahan di perusahaan. Kematangan dan kelapangan hati Anda akan juga diingat dengan baik dan itu jadi bahan pertimbangan juga manakala memang sudah ada uang tersedia untuk kenaikan gaji yang sesungguhnya.
Jadi contoh benefit lain adalah seperti berikut ini:
Meskipun topiknya adalah tentang naik gaji, tapi yang perlu Anda evaluasi benar2 adalah tentang apakah memang gaji lebih yang Anda inginkan? Jangan2 batin Anda bisa terpuaskan dengan perihal lain. Maka temukanlah itu.
Bila itu semua tidak didapat?
Jika Anda masih kerasan kerja di tempat Anda sekarang, dan masih terus mau mencoba lagi minta kenaikan gaji di lain waktu, maka coba tanyakan ke atasan Anda: apakah harga yang perlu dibayar, apa2 yang perlu Anda raih dan capai pada enam bulan ke depan untuk menjadikan keinginan naik gaji Anda dipenuhi. Tanyakan hingga Anda mendapatkan jawaban spesifik terkait indikator dan ukuran apapun yang membuat Anda jadi punya target yang jelas untuk dikejar. Hal ini akan membuat atasan Anda tahu betul bahwa Anda memang serius dan berkomitmen untuk memberikan kontribusi lebih dan layak untuk mendapat kenaikan gaji.
Nah, jika memang Anda betul-betul tak puas dengan apa2 yang ditawarkan, maka pindah kerja bisa menjadi alternatif. Ada yang punya pengalaman bahwa ancaman untuk pindah kerja manakala keinginan tak dipenuhi merupakan jurus yang efektif. Mungkin, tapi saya pribadi tidak menyarankannya dan juga tidak pernah melakukannya. Meskipun rasa takut akan kehilangan menjadi motivator dan taktik penjualan yang cukup ampuh, tapi ada dampak kurang menguntungkan yang perlu diperhitungkan. Dengan mengancam, hubungan baik Anda dengan perusahaan bisa memburuk dan manakala keinginan Anda benar terpenuhi, maka sang atasan amat bisa jadi akan bersikap lebih keras atas kepada diri Anda.
Jikapun Anda betul-betul ingin keluar, maka jangan tampakkan emosi marah di depan bos Anda. Biasa saja, dan tak perlu bikin heboh sampai bikin keramaian di kantor. Itu akan jadi sangat tidak profesional. Jika Anda memang dapatkan tawaran yang lebih baik, maka cerita yang Anda sampaikan ke rekan kerja yang sekarang tidak perlu sampai menjelek-jelekkan atasan. Dan ketika diwawancara di tempat lain, jangan juga bicarakan kejelekan perusahaan Anda yang saat ini, termasuk orang-orang yang ada di sana. Itu malah akan membuat performa wawancara Anda anjlog sempurna.
materinya bagus-bagus pak, bapak orang yang hebat.