Studi oleh peneliti di Universitas Warwick dan Universitas Cardiff mengungkap betapa uang hanya akan membuat seseorang lebih bahagia bila status sosialnya bisa meningkat atasnya. Sekedar bergaji tinggi tidaklah cukup – untuk jadi bahagia, seseorang harus merasa bahwa dirinya berpenghasilan lebih tinggi daripada teman-teman dan rekan kerja.
Ketertarikan para peneliti adalah pada fenomena betapa orang-orang di negara kaya tidak lantas secara rata-rata menjadi lebih bahagia pada 40 tahun terakhir meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat telah sedemikian meningkat.
Chart didapat dari Layard 2005 via Albor
Peneliti utama, Chris Boyce dari University of Warwick’s Department of Psychology mengatakan -dalam bahasa saya- seperti ini: Studi ini menunjukkan betapa posisi rangking pendapatan seseorang bisa mengindikasikan tingkat kepuasan hidupnya. Tapi jumlah rupiah pendapatan dan pendapatan rata-rata bukanlah faktor utama yang berpengaruh. Berpenghasilan lima juta per bulan tidak cukup membuat Anda bahagia, bila Anda tahu bahwa seluruh teman-teman di kantor memiliki penghasilan 15 juta per bulan.
Bukan gaji tinggi yang lantas dipentingkan, melainkan apakah bagaimana posisi gaji itu terhadap orang-orang dari kalangan gender yang sama, usia yang sepantaran, tingkat pendidikan yang relatif sama, atau dari wilayah geografis yang sama.
Studi lain menunjukkan bagaimana hubungan antara kesejahteraan dan penghasilan melalui indikator penghasil riil saat ini, penghasilan harapan (yang diinginkan terlepas berapa pengahasilan riil saat ini) serta penghasilan referen (pembanding, semisal penghasilan teman/tetangga). Penghasilan harapan (aspiration income) adalah fungsi positif dari penghasilan riil dan penghasilan referensi. Kesejahteraan subyektif akan meningkat seiring penghasilan riil, namun akan menurun oleh penghasilan harapan, yakni ketika muncul pembanding-bandingan dengan orang lain.
Referensi:
…
Kita jadi lebih mengerti betapa kebahagiaan itu adalah sikap berpikir dan bukan lantas bisa dengan serta merta didapat dari kepemilikan fisik. Untuk lebih dekat pada bahagia, kekayaan relatif/subyektif itu lebih penting daripada kekayaan riil yang kemudian dibanding-bandingkan.
Leave a Reply