Masih inget kah Anda rasanya jadi anak baru di sekolah? Saat itu paling-paling Anda merasa amat cemas, “Bakal diterima apa nggak ya?”, “Temen2 lagi pada ngomongin aku apa, ya? Jangan2 yg jelek2?”,”Bakal ada banyak nggak ya yg mau berteman ama aku?” Waktu berjalan, dan kabar baiknya, entah bagaimana Anda ternyata bisa kok bertahan dengan sehat wal’afiat. Tapi kabar buruknya, anak-anak yang dulunya masih kecil sekarang udah jadi sama-sama dewasa dan bekerja di setiap kantoran di mana Anda melamar pekerjaan. Padahal lucunya tempat kerja juga jadi serasa sekolahan aja ketika ada orang baru yg masuk.
Terkadang apa yang terjadi saat kita diperkenalkan memang terkesan berlebihan dan layaknya sinetron tivi (sok teu, pdhl ndak pernah liat tivi): semua orang di ruangan sontak menghentikan apa-apa yang sedang mereka lakukan, duduk tegak, memanjangkan lehernya supaya bisa ngeliat Anda lebih jelas, sambil memandang Anda dengan penuh selidik seolah-olah sedang bertanya-tanya apakah Anda memang pantas ada di sana. Anda mungkin berharap ada beberapa di antara mereka yg memandang dg MUka PEngen krn menganggap Anda bak seorang artis. Tapi sayangnya itu tak terjadi.
Ya meskipun mereka sebelumnya sudah diberi tahu tentang kedatangan Anda, tapi tetap saja, wajar jika mereka masih bertanya-tanya. Bagaimanapun Anda lebih dianggap sebagai makhluk asing. Mereka toh belum tahu apakah Anda memang bakal enak atau susah diajak ngobrol, apakah keberadaan Anda akan mengancam pekerjaan atau reputasi mereka, apakah dengan masuknya Anda ke dalam tim pekerjaan mereka akan bertambah, dsb. Mereka-mereka yang pasif akan cenderung diam dulu, menunggu sampai mereka yang lebih agresif telah membuat deklarasi bahwa Anda memang bisa (atau aman untuk) didekati.
Apapun lah reaksi yang Anda dapatkan, berilah salam pada setiap orang yang ada dengan jabat tangan mantap dan juga senyuman tulus. Jika Anda orang yg super introvert, sebaiknya jangan melakukan aktivitas menguras emosi (misal terlalu banyak tertawa) ketika sebelum bertemu mereka. Ketika berkenalan, sebut atau ulangi lagi nama orangnya. Bukan hanya ini akan membantu Anda dalam mengingat, tapi juga memberi kesan bahwa Anda memang memperhatikan. Segera asosiasikan nama orang yg baru Anda kenal dengan orang lain yg sudah Anda kenal, dan bisa juga Anda cermati ciri khusus yg dia punya -model rambut, aksesoris seperti jam tangan, keunikan fisik, dsb- untuk membantu Anda lebih bisa mengingat.
Selama tes wawancara, Anda mungkin diberi tahu bahwa posisi yang Anda tempati baru saja dibuat untuk mengikuti kebutuhan perusahaan, atau bahwa posisi itu kosong gara-gara ada yang baru saja keluar. Dalam hari hari pertama (atau malah jam2 pertama) dari pekerjaan, amat bisa jadi Anda akan mendengar beragam versi dari skenario yang kedua. Nah, manakala ada orang yang keluar, pasti lah akan ada kesan tertentu yang ditinggalkannya… pun juga ekspektasi pada siapaun yang jadi pengganti.
Bila pendahulu Anda adalah orang yang amat populer, Anda akan dengan mudah mendapat kabar dan cerita tentangnya. Tapi sebaliknya juga sama, bila ternyata pendahulu Anda adalah orang yang sedemikian breng-breng (brengs**), Anda juga akan -dg mudah- mendengar omongan2 panas tentangnya. Jika Anda sanguinis atau koleris, mendengar omongan yang modelnya gosip gitu, mungkin akan ada hasrat untuk semakin membuatnya seru. Maka harap ditahan ya. Lebih baik Anda bersikap netral saja. Yang gawat itu adalah manakala Anda diasosiasikan sama dengan pendahulu yang breng-breng itu. Tapi ndak usah khawatir, tinggal masalah waktu saja kok sampai kemudian mereka mengetahui pribadi Anda yang sebenarnya.
Di tempat kerja yang baru, ada orang-orang gaul yang suka jalan rame-rame di saat istirahat makan siang. Mereka bisa jadi akan mengajak Anda untuk turut serta. Ada juga orang-orang senior yang suka ngajak Anda mojok untuk ngobrolin rahasia-rahasia kantor, lengkap sampe bobrok-bobroknya. Namanya juga orang baru, Anda adalah calon anggota “klub” yang potensial. Apalagi jika sudah kena urusan politik kantor, pada akhirnya Anda akan lihat siapa yang tidak menyukai siapa, siapa yang secara informal saling bermusuhan, dsb. Ini bukanlah urusan yang menyenangkan. Maka akan lebih aman bagi Anda untuk semenjak awal tidak terpersepsikan sebagai milik kubu tertentu. Manakala ada yang bersikap baik kepada Anda, ya tentu Anda juga perlu balas bersikap baik. Tapi bukan lantas Anda melulu nge-gank ama dia. Karena belum tentu dia ternyata orang yang disukai di kantor. Tapi jangan juga jadi penyendiri. Ini malah juga berbahaya.
Berilah diri Anda sendiri waktu. Dari situ Anda akan bisa lihat pola dan peta kekuasaan dan pengaruh di sana. Jikapun Anda merasa cocok dengan kalangan tertentu, maka pastikan Anda sudah tahu terlebih dahulu gambaran besar dari kondisi yang ada.
Agar Anda terkesan sebagai orang yang punya integritas, moralitas yang baik serta secara umum orang baik-baik yang enak diterima banyak pihak, jangan ikutan berpartisipasi dalam gosip, apalagi sampai memulainya. Begitu Anda ketahuan menyebar gosip, kredibilitas Anda akan dengan cepat bisa hilang. Meskipun ada kalanya Anda ndak sengaja mendengar gosip dan rahasia waktu di toilet (biasanya perempuan, cowok ndak pernah ngobrol waktu di toilet), tapi ya jangan kemudian diperturutkan dan dituntaskan.
Klo memang ada rekan kerja yang tiba-tiba mampir di meja Anda untuk mulai ngegosip, bilang aja Anda sibuk, mau ada persiapan rapat atau apalah yang lain. Dia yg kurang kerjaan sampe mbela-belain datang ke meja Anda untuk ngegosip itu bisa jadi adalah orang yg nggak lalu ketika mau ngegosip di meja lain. Artinya, dia memang tidak disukai. Maka jangan bercengkrama erat dg orang2 yg dimusuhi banyak orang di kantor karena akhlak buruknya.
Ingat bahwa mereka yang suka ngegosip bertindak seperti gitu untuk melepaskan frustasi mereka, atau sekedar pengen membuat dirinya terkenal dg membuat dirinya terlihat “banyak tahu”. Padahal kita ini dinilai berdasarkan siapa-siapa yang kita ini dekat dengannya. Maka apakah Anda ingin mendapatkan label tukang gosip sejak minggu-minggu pertama Anda bekerja?
Ingat bahwa tempat kerja itu tidaklah sebaiknya digunakan sebagai tempat terapi untuk masalah pribadi Anda. Meskipun di sana ada teman2 yang baik hati dan bersedia mendengar serta menolong, bagaimanapun mereka bukanlah tempat yg amat tepat untuk mendengar masalah pertengkaran Anda dg pasangan, dg tetangga atau kekhawatiran Anda tentang kesehatan. Apalagi manakala teman2 Anda sampai mengatakannya kpd rekan yang lain. Sebagai orang baru di kantor, manakah yang ingin Anda dengar, “Oh, Abi, anak baru yang jagoan presentasi ama mbikin laporan pake excel itu, ya?” ataukah “Oh, Abi, anak baru yg kena diabetes dan lagi bertengkar ama anak dan istrinya itu ya?” Jika atasan Anda sampai tahu, jangan2 mereka akan malah meragukan kemampuan Anda dalam menyelesaikan kerjaan gara2 beragam masalah yg mereka dengar tentang Anda.
So, jangan mengumbar curhat.
Pekerjaan akan segera rampung manakala setiap orang berkontribusi sesuai dengan kemampuannya. Bila kerjaan Anda sudah rampung dan ngelihat teman Anda masih bersibuk berat dengan tugas2nya, maka berinisiatiflah untuk tawarkan bantuan. Jangan pelit, bagi-bagilah ilmu dan kemampuan Anda.
Satu tanda lagi dari team player adalah tidak takut untuk bertanya… dan Anda pasti akan punya banyak pertanyaan (yg artinya pembelajaran) selama beradaptasi.
Dan akhirnya, jangan lupakan hal-hal kecil. Biasakanlah untuk mengucapkan “minta tolong” dan “terima kasih”, memberi penghargaan kepada teman yang kerjanya baik, menutupi aib teman, tidak ikut-ikutan mencari kambing hitam, apapun lah akhlak baik yang bisa Anda terapkan. Ingat, apapun yang Anda tampakkan utamanya pada kesan pertama akan secara awet membekas. Jika Anda ingin jadi orang yang diterima di tempat kerja yang baru, maka sejak hari pertama tampakkanlah diri Anda yang kompeten, team player yang suportif pada rekan yang lain, dan profesional. Klo sudah begitu, Anda boleh optimis adaptasi Anda akan berlangsung baik-baik saja.
Leave a Reply