Shimon Edelman, seorang pakar kognitif dan profesor psikologi di Cornell University, menawarkan beberapa pencerahan dalam bukunya yang berujudul “The Happiness of Pursuit: What Neuroscience Can Teach Us About the Good Life.”
1. Perjalanan Lebih Penting ketimbang Tujuannya
Bertumbuh (semakin pintar, fasih, ahli, dst), berubah jadi lebih baik (untuk urusan apapun, dalam definisi “baik” semacam apapun), menyadari betapa diri terbentuk jadi lebih baik dari pengalaman baru, semua akan membawa perasaan yang menyenangkan, dan lebih mendatangkan puas daripada yang bisa diberikan oleh tercapainya suatu tujuan akhir. Imbalan yang didapat selama di perjalanan, atas pembelajaran dan pemahaman kita atas lingkungan sekitar membuat perjalanan jadi lebih menyenangkan ketimbang tujuan akhirnya.
2. Temukan Bakat, Tantang Diri Anda
Secara evolutif, kita masing-masing terpilih untuk menjadi bagus dan ahli di perihal-perihal tertentu. Anda tak akan tertantang (dan oleh karenanya, jadi berkembang dalam dampak sebagaimana poin ke-1) bila tak merasa sedang diuji, maka kuncinya adalah sekali-kali mencoba hal-hal baru, memasang standar lebih tinggi atas sesuatu, memaksa diri Anda keluar batas normal Anda. Semua itu akan mendatangkan rasa puas baik ketika sedang menjalani dan ketika sudah mendapat yang ditargetkan.
3. Untuk Bahagia: Belilah Pengalaman, Bukan Kebendaan
Bila Anda punya uang untuk dibelanjakan dan lantas memilih untuk membeli barang, dalam rasa bahagia jangka panjang itu tidaklah seampuh membeli pengalaman. Pengalaman adalah aktivitas yang bisa dijalani sendirian ataupun bersama orang lain. Dengan membeli pengalaman, Anda bisa menggali lagi ingatan tentangnya dan kembali merasa senang atasnya. Hal ini tidak berlaku pada obyek. Kesenangan memiliki obyek akan meluntur sejak obyek itu dimiliki di tangan. Membeli pengalaman tidak harus dengan membayar; menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman, semisal.
Leave a Reply