Jadikan Pesan Mudah Dipahami & Melekat: Buatlah Jadi Konkrit Sensoris

Cara Melekatkan Gagasan: Buat Dia Jadi SederhanaDi pelajaran matematika, banyak siswa yang berkutat keras pada gagasan tentang sebuah “fungsi.” Apa sih sebenarnya fungsi itu, dan apa yang dimaksud dengan notasi aneh “f(x)” itu, yang itu tak tampak seperti apapun yang pernah dilihat oleh siswa sebelumnya.

Gagasannya terkesan begitu abstrak dan misterius. Maka kemudian guru di Akademi Sains Loudoun bernama Diana Virgo memberikan pengalaman konkrit kepada para siswanya terkait gagasan fungsi ini. Dia membawa sekelompok jangkrik -lengkap dengan bunyi-bunyiannya- ke dalam kelas dan mengajukan pertanyaan: Menurut kalian semua apakah yang terjadi dengan bunyi kerikan jangkrik ini tatkala ada perubahan temperatur? Apakah derikannya akan bertambah cepat ataukah pelan seiring dengan naiknya suhu? Sampai kemudian apakah derikan jangkrik ini jadi tampak bisa diprediksi hingga kita kemudian bisa membuat sebuah fungsi untuk menebak seberapa cepat mereka menderik? Fungsi kita akan tampak seperti sebuah mesin kecil: Kalian naikkan suhunya (katakan saja, 85 derajat Fahrenheit), dan catat berapa kali jangkrik menderik (misal saja 60 kali per menit).

Maka kelas itu pun mulai menjalankan eksperimen: derikan si jangkrik.

Jadikan Pesan Mudah Dipahami & Melekat: Buatlah Jadi Konkrit Sensoris

Para siswa menghitung berapa jumlah kerikan jangkrik. Sang Guru mengubah temperatur. Si jangkrik yang jadi ngerasa bingung mulai menderik secara berbeda. Para siswa terus memantau. Sampai kemudian tak seberapa lama mereka telah mempunyai sekumpulan data yang bisa dimasukkan ke dalam software. Dari situ, fungsi yang bersifat prediktif pun bisa dihasilkan. Ternyata, semakin panas temperaturnya, semakin cepat jangkrik menderik – dan ini jadi bisa diramalkan!

Seketika itu, tingkat kepentingan dari sebuah fungsi jadi terkesan masuk akal bagi siswa – karena sudah didasarkan atas kasus nyata. Siswa secara pribadi telah mengalami keseluruhan konteks, yakni dari manakah fungsi tadi berasal, bagaimana terbentuknya, dan bagaimana cara menggunakannya.

(sebagai catatan, sang guru lantas mengingatkan para siswanya tentang betapa pentingnya peran manusia dalam berikan penilaian. Karena misal saja, kalau di dalam fungsi tadi dikenai temperatur 1.000 derajat, hasil yang didapat adalah derik yang makin sering sekali. Tapi toh kenyataannya, dalam suhu sedemikian, jangkrik akan tidak berderik sama sekali)

Fungsi jangkrik adalah sekedar contoh tentang bagaimana membuat sebuah konsep menjadi konkrit – dengan menghindarkan adanya abstraksi dan bahasa konseptual dan alih-alih mendasarkan sebuah gagasan pada sebuah kenyataan sensoris. Sungguhlah berbeda antara membaca tentang bagaimana asyiknya berenang dan benar2 masuk ke dalam air. Semakin banyak kaitan sensoris (penglihatan, pendengaran, sentuhan dan gerakan fisik, bau dan rasa) yang dilibatkan dalam memahami sebuah konsep, maka tingkat pemahaman dan daya lekatnya akan secara signifikan lebih kuat.

Perihal yang konkrit membuat gagasan mudah lekat di otak kita. Coba saja, ketimbang mengingat nomor kartu kredit, akan jauh lebih mudah mengingat syair lagu kan ya, padahal yang namanya lagu tu informasinya lebih banyak ketimbang kartu kredit.

Coba saja Anda coba ingat-ingat gagasan berikut:

  1. Argentina
  2. Indonesia Raya
  3. Cinta tanah air
  4. Ikhlas
  5. Nasi Pecel

Manakah yang mudah diingat dan lebih melekat? Besar kemungkinan nasi pecel.

Jadikan Pesan Mudah Dipahami & Melekat: Buatlah Jadi Konkrit Sensoris

Untuk gagasan lain, Anda pasti butuh mencari gambaran apapun untuk menjadikannya bisa disimpan di ingatan, bukan. Bicara argentina, Anda “terpaksa” harus mencari obyek bernama Maradona atau entah siapa. Untuk Indonesia Raya, sudah cukup terngiang di benak kita lantunan lagunya. Nah, bicara tentang Cinta Tanah Air dan Ikhlas, kecuali Anda bisa menemukan gambaran konkrit berupa cerita atau perlambang darinya, maka Anda akan susah sekali untuk mengingatnya.

Itulah kenapa para politikus seringkali susah dimengerti masyarakat ketika mereka banyak berbicara tentang perihal yang abstrak. Masyarakat lebih paham tentang beras murah ketimbang gagasan tanggung jawab berbangsa bernegara yang abstrak. Apa yang tidak dipahami akan susah untuk diingat. Dan nasi pecel ternyata lebih gampang diingat ketimbang konsep ikhlas.

Maka jika Anda punya sebuah konsep yang rumit atau abstrak, cobalah untuk membawanya jadi konkrit dan nyata secara sensori. Jadikan dia seperti nasi pecel, yang bisa merupakan turunan dari konsep abstrak tentang budaya bangsa yang rawan dicuri oleh negara tetangga. Semakin konkrit, semakin emosional sebuah pesan bisa dibawa.

banner ad

Leave a Reply