Incentive vs Positive Intention


Dalam Freakonomics, Levitt menyebut incentive sebagai alasan/motif bagi seseorang untuk melakukan tindakan tertentu, atau lebih spesifik diartikan juga sebagai kecenderungan seseorang untuk melakukan kebaikan alih2 keburukan.


Incentive tidak bisa muncul dengan sendirinya, melainkan harus diciptakan. Levitt mengatakan ada tiga model incentive: ekonomi, sosial dan moral. Ketiganya, secara terpisah atau bersamaan menjadi motif pendorong dalam melakukan atau tidak melakukan seseuatu. Kita contohkan perilaku merokok. Seseorang akan berhenti merokok bila pajak rokok per bungkusnya dinaikkan scr signifikan, kemudian para perokok dicela & dikutuk dalam masyarakat dan dikeluarkan fatwa haram yang tegas atas rokok.

Levitt kemudian mengemukakan adanya irisan antara incentive moralitas & ekonomi. “Morality represents the way we would like the world to work and economics represent how it actually does work.” Meskipun uang bisa menjadi motif yang luar biasa untuk bertindak buruk & curang, tapi manusia memiliki dorongan mendasar utk berbuat baik.

Inti gagasan incentive sebenarnya sederhana saja; setiap orang selalu menimbang2 untung rugi atas suatu tindakan dengan acuan tertentu. Dan gagasan Levitt yang ini tidaklah menarik perhatian saya :p. Bukan suatu hal yang baru, sekedar pemberian judul atas suatu fenomena.

Stay away
Saya lebih tertarik pada gagasan Robert Dilts dalam Generative NLP dengan konsep positive intentionnya. Konsep ini mengatakan bahwa pada level atau masa tertentu, seluruh perilaku memiliki maksud atau tujuan yang positif.

Niatan positif di balik perilaku ‘agresif’, semisal, seringkali adalah ‘perlindungan’. Maksud positif dari ‘rasa takut’ biasanya adalah ‘keamanan’. Maksud positif dari ‘benci’ adalah ‘memotivasi’ seseorang agar mengambil tindakan.

Waktu pertama mengenal konsep ini dua tahun lalu, kebetulan saya lagi demen2nnya nonton anime Gundam Seed Destiny :p. Di sana dikisahkan lakon2 cerita berada pada kubu yang berbeda, dan saling berperang. Tidak hanya masing2 kubu merasa benar berdasarkan apa2 yang mereka ketahui. Lebih dari itu, masing2 bertindak karena memiliki maksud & niatan yang baik.

Terkadang positif intention ini terpisahkan saat masuk ke tingkatan perilaku. Dalam kasus ini, keterkaitan antara intention (maksud/niatan) dan perilaku bisa terlihat paradoks. Semisal, ada orang2 yang mencoba melakukan bunuh diri untuk mendapatkan ketenangan hati. Ada orang tua yang menghukum bahkan menganiaya anak2nya untuk menunjukkan rasa kasih sayang mereka. Maksud atau niatannya baik, namun pengungkapan dalam bentuk perilaku yang kurang/tidak baik.

Bagaimanapun, konsep “positive intention” mengundang kontroversial. Saya sendiri menggunakan konsep positive intention ini untuk membantu memahami & berprasangka baik pada orang lain.

Kalau menurut Anda bagaimana?

banner ad

No Responses to “Incentive vs Positive Intention”

Trackbacks/Pingbacks

  1. Bintang Tauladan ! » Blog Archive » Pelegalan Aborsi untuk Menekan Kriminalitas ! - [...] Incentive vs Positive Intention [...]

Leave a Reply