Ramadhan ini padat & sibuk banget deh. Jangankan posting atau sekedar reply comment, sekedar blogwalking aja sampe gak sempat. Gile 😯 . Dan saya juga harus akui bahwa beberapa resolusi Ramadhan saya belum terpenuhi 🙁 . Tapi terlepas dari semua itu, Alhamdulillah saya berkesempatan untuk mendapakan pengalaman spiritual dan pembelajaran mental yang kaya selama ramadhan ini 😛
Jadi ceritanya, tontonan tipi saya selama ramadhan ketambahan satu. Jika sebelumnya berkisar antara smackdown ❗ ama layar satwa, klo ramadhan ini ketambahan ama acara Al Misbah, memahami surat Al Baqarah di MetroTV setiap pukul 3, yang dipandu oleh Lula Kamal 😳 . Pemaparan pak Quraish Shihab di tipi dan juga di kitab tafsirnya yang kemudian saya beli benar2 mantabs; Tidak sekedar memberikan kepuasan spiritual bagi saya, tapi juga banyak menginspirasi dan memantapkan landasan komitmen bisnis saya.
Klo bagi saya, pemantapan landasan komitmen tu nyambungnya ama penguatan determinasi (firmness of purpose, will, or intention) yang arahannya pada pijakan niatan dan motivasi. Inilah yang pada gilirannya akan menentukan performa dan perilaku bisnis seseorang. Saya meyakini, dalam startup, yang penting bukanlah kepintaran atau gagasan, melainkan kompetensi mental orang2 yang ada di sana.
Good people can fix bad ideas, but good ideas can’t save bad people.
Menjalankan startup tu seperti berjalan di atas tangan: memungkinkan, tapi butuh upaya yang luar biasa. Dan selalu akan ada bencana yang terjadi dalam sebuah startup. Klo kita kebetulan sdg pengen cari2 alasan utk berhenti, maka alasan itu akan selalu ada. Di sinilah determinasi mengambil perannya.
Lalu terkait dg metamorfosa yang biasanya saya lakukan di setiap ramadhan, maka sampe skr ini saya masih sreg dg julukan pembelajaran Guntarion ™. Nah, sekarang tinggal nuansa metamorfosanya aja yang berbeda.
Metamorfosa saya kali ini dilandasi oleh gagasan bahwa sekedar workaholic saja belum cukup. Begini ceritanya.
Secara ekonomis, saya menganggap startup sbg sebuah jalan untuk memeras seluruh waktu kerja menjadi beberapa tahun saja. Jadi alih2 bekerja dg intensitas rendah selama 40 tahun, saya ingin menjadikannya 4 tahun saja, dg kerja mati-matian.
Nah, bekerja mati-matian inilah yang perlu jadi sorotan. Bicarakan startup tampaknya penuh dg stress & kerja mati-matian. Memang Benar. Dari apa yang saya baca di internet, para pendiri bisnis biasanya berkata: Saya tahu ini bakalan berat, tapi ndak nyangka bakal seberat ini. Maaf jika saya tidak terkesan memotivasi, tapi jika memulai bisnis memang gampang, pastilah semua orang bakal melakukannya.
Yang penting adl bagaimana kita kemudian menyiasatinya. Karena ada hukum menarik yang berlaku di sini:
If you want to make a million dollars, you have to endure a million dollars’ worth of pain.
Dengan pemahaman itulah, tag pembelajaran yang muncul pada ramadhan kali ini adalah Guntarion ™ ME (ME = Monster Edition). Apa maksudnya?
Monster: someone who takes their work a little too seriously; someone who does what they do so well that they pass right through professional and cross over into obsessive.
Dalam konteks jobdesc, monster bisa berarti: salesperson yang ndak mau terima jawaban “tidak”; programmer yang memilih begadang sampe subuh ketimbang ninggalin codes dg bug di sana, graphic designer yang ngerasa gatel -literally- ketika garapannya melenceng lima milimeter dari yang seharusnya. Ini lebih dari sekedar workaholic. Ini adalah workaholic yang perfeksionis dan semi obsesif.
Dan monster yang saya maksud di sini adl monster bisnis startup, yang berbeda dg monster pada umumnya, dia punya sense devotion yang jauh lebih tinggi.
Devote: to commit yourself to, or allot or use something for, a particular activity, aim, or purpose. Sengaja saya menerjemahkan mjd “mengabdikan”, krn tampaknya kurang pantas.
Klo di perusahaan besar, orang2 dibayar karena kerja keras mereka, dg bayaran yang cukup bisa diprediksi berdasarkan jabatan mereka. Di sana mereka diminta untuk ndak boleh tunjukkan kemalasan dan inkompetensi yang sifatnya obvious, tapi mereka ndak diminta untuk men-devote hidupnya pada kerjaan. Sementara dalam bisnis startup, kita butuh lebih dari itu. Kita tahu bahwa orang2 yang scr serius devoting-himself untuk bekerja akan menghasilkan berlipat hasil dan kekayaan bagi perusahaan.
Menjadi seorang monster bisa amat melelahkan. Dan salah satu tantangan terbesarnya adl tuntutan pada diri sendiri untuk terus meningkatkan kualitas diri dan ndak boleh berpuas diri dg performa yang telah dicapainya.
Perasaan tenang seorang monster datang dari kesadaran bahwa setiap minggunya dia terus meningkatkan kualitas diri, entah bagaimana caranya. Perkataan “Hari ini harus lebih baik daripada hari kemaren” bagi saya ndak bisa secara harafiah diterapkan. Karena secara riil biasanya ada aja suatu hari yang lebih jelek ketimbang hari kemaren, entah itu karena KO kecape’an, terlalu lama menghibur diri, atau sekedar lagi hang.
Menjadi seorang monster mungkin terkesan menyeramkan -literally- bagi orang2 di sekitarnya, dan saya mengalaminya . Begitu juga beberapa perihal negatif yang muncul akibat ketidakseimbangan diri yang bisa timbul darinya. Tapi saya yakin bahwa itu bisa diatasi.
Catatan: Logo Guntarion saya bikin pd tahun 2001, kala masih boros waktu produktif
Pertamax! 😀
manarik (dan sekaligus mengerikan)
Jadi mahasiswa tahun terakhir, harusnya udah siap jadi monster.. tapi kok susah ya? (dengan tanda seru banyak yg invisible.. ^^;;)
*jadi adiknya monster aja kali yak? atw sepupunya deh.. :mrgreen (semangat2!!)
test..
😛
ikut ikut…. aku juga kok mas…. tag pembelajaran ku kali ini hurairahion ME . Tapi kita tetep beda bosss, kalo aku Monster Edition nya males dan loose orientation nya yang ada. Gimana nich mas!!!!????, tiap kali dari kost berangkat niat mau belajar mesti ketagihan mbuka2 blog, email, YM , BBS ….. laporan KP thok… selama 2 bulan gak mari – mari. Yang penting enjoy aja wis…. meskipun gitu melakukan beberapa hal diatas dengan mati-matian juga lhooooo…..
hwaaa…! apa kamu juga memaksa anak kecil untuk berteriak? 😀
Bisnis nya mas guntar apa sih ?
Jadi penasaran..
Sebelum terjun ke bisnis dulu bidang pekerjaannya apa?
saya menangkapnya sebagai “totalitas” ..
cerita yg di bawah ini mungkin bisa jadi inspirasi 🙂
http://yulian.firdaus.or.id/2006/03/08/fatih-the-conqueror/
http://tp-tokoh.blogspot.com/2005/09/sultan-muhammad-al-fatih-dan-pembukaan.html
“memindahkan kapal-kapal melalui darat” .. dasyhat !!!
Guntar, kadang ‘faster, better, harder’ bukan jawaban.
Saya lebih suka jadi bug bunny yang lucu. ‘Deeper, nicer, wiser’ 🙂
resolusi apa yg blm terpenuhi ? mengingat nama2 orang dg benar ? haha.
selamat idul fitri ya. maaf lahir dan batin.
saya titip mangga probolinggo ya 😀
Dika & Rile:
Sekedar bagi pengalaman nih. Tuk mbangun semangat ngerjakan skripsi;
1. Perlu banyak kumpul ma temen2 yg sdg ngerjakan skripsi, bagus lagi klo dengan adik angkatan. Kita bisa ngukur efektifitasnya dari sejauh mana kita ngerasa malu atau sungkan klo males2an. Saya dulu kan sempet kebablasan aktif di organisasi. Ketika dah masa kritis, akhirnya saya nginep di kampus, naruh PC di sana, kumpul temen2 & adik angkatan.
2. Terkait dg poin pertama, Esensinya sederhana aja; kita atur gimana caranya spy apa2 yang kita lihat & dengar berkisar ttg skripsi. Kita mengukur efektivitas pencapaiannya dari tema lintasan pikiran yang terbersit, dari apa2 yang sering terngiang di benak.
3. Motivasi lemah tu biasanya krn kita kekurangan alasan. Dalam beberapa posting saya, saya katakan bahwa apa yang bisa menggerakkan kita adl motif mengejar & menghindar. Tuliskan semua perihal yang akan terjadi & dirasakan klo skripsi ndak selesai, dan juga semua perihal yang akan terjadi & dirasakan klo skripsinya bisa selesai dengan sukses. Ngukur efektivitasnya dari apakah alasan2 itu bisa menimbulkan daya dorong emosional. Bukan sekedar nulis, tapi bisa mbikin “kerasa”.
Fahmy:
Monster apa bukan, mkn krn aku anak bungsu ya, sampe skr aku masih sering kagok ma anak kecil. Mungkin harus punya anak kecil produksi sendiri dulu ya. (Hush..!) 😛
Didath:
Bisnis saya di bidang Business Solution, Mas. Yg menggunakan IT sbg leveragenya. Sebelumnya saya kerja sbg trainer & public speaker di lembaga pelatihan. Skr masih cuti dulu, hingga suatu saat nanti 🙂
Andry:
Semoga aku bisa segera tercerahkan ya, Ndry :-P. Utk saat ini, yang jadi pihak “deeper, nicer & wiser” tu bosku. Aku yang ngurusin dapur ini tampaknya masih lebih cocok jadi monster. Ngeliat konteks & the-nature amanahnya dulu aku kira.
Anyway, Bugs Bunny? Penggambaran yg smart 🙂
Weni:
Iya, mengingat nama orang dg benar. Sampe skr masih sering lupa2 :mrgreen:.
Selamat idul fitri. Utk mangga probolinggo, kayaknya dah mulai rusak deh kena hujan.
Kok Guntarion ? Kok bukan Mad Gun ? Hehehe ^_^
Numpang mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir batin”.
oke dah pak, terimakasih sarannya…..
AkhMad Guntar; julukan yg saya kenakan pd diri saya sendiri semasa SMA, utk menandai fase metamorfosa dari Akhmad (dulu saya dipanggil Akhmad) yg uanteng & pemalu (serius
) ke Akhmad yg rada2 gaul, ekstrovert, narsis & kejar prestasi (meski masih bertampang nerd).
Waktu kuliah aku bermetamorfosa jadi Guntarion, Don 😛
wah jadi pengen bermetamorfosa neh. aku masih jadi ulet 😀 berarti habis ini harus mulai rakus neh…rakus ilmu (amiiin…)
simbah sak dremo nglakoni urip kang. yang penting berkarya dan bekerja, karena itu ibadah.. 😀
Kakilangit:
Klo skr masih jadi ulet, mestinya namanya ya kakiulet donk. Habis gitu baru peningkatan jadi kakipohon, kakigunung, terus baru kakilangit
Ndak ndak… kaki langit adl julukan yang keren 8)
Mbah Dipo:
Saya ada perenungan khusus ttg kerja & ibadah, Mbah. Hasil perenungan Ramadhan kemaren. Entah nih kapan bisa diposting. Cukup berat juga soalnya, merembetnya ke mana mana 🙂
Make peace, not war!