Anda mestinya sepakat; hidup ini rasanya kurang greng klo nggak diisi ama berbagai pencapaian indah.
Sedangkan tingginya pencapaian kita ternyata sebanding ama kualitas dan kuantitas pengetahuan & gagasan yang mampu kita olah & hasilkan. Itulah yg menjadikan kita makin cerdas dan perkasa dlm kondisikan suasana dan bekuk tantangan yg ada.
Gagasan sendiri adl sintesa informasi yg mengkristal menjadi konsep yg bawa kemanfaatan. Makin banyak gagasan yg mampu kita olah & hasilkan, makin besar pula peluang untuk membuat diri kita signifikan dan dihargai mahal.
Tapi inga’, gagasan sebenernya tidak membawa value dg sendirinya. Dia masih butuh diuthek-uthek dulu. 99 dari 100 gagasan tu busuk;ga bagus, setidaknya ketika masih dlm bentuk mentah mereka. Makanya itu kita kudu olah dan hasilkan gagasan sebanyak mungkin bila kita pengen dapetin gagasan yg bisa membuat perubahan. Ada hubungan langsung antara kuantitas dan kualitas gagasan. Dan gagasan yg jembret (mbleset, jelek) hanya akan bisa ditingkatkan nilainya dg mengkombinasikannya dg informasi & gagasan lain.
Lantas dari mana kita bisa dapetin gagasan2 yg pantas utk dikunyah? Cara konvensionalnya, kita bisa baca buku2 yg ditulis oleh para pakar (yg emg bener2 pakar lho, dan bukan ahli berbual) untuk dapatkan insight & nilai tambah.
Tapi untungnya, sekarang ini Blog udah sedemikian marak. Dan banyak orang2 bijak bertebaran di sana. Dari mereka, kita bisa banyak belajar, karena sesungguhnya pemikiran, gagasan, dan bahkan keberangan mereka bisa membuat kita menarik hikmah.
Saya masih baru sebulan mulai Blogging, dan temukan betapa saya bisa belajar banyak dari semisal pak Budi Rahardjo, pak Adinoto, pak Eep, pak Priyadi, pak hericz, atau rekan satu jurusan & almamater saya, Andry. Bahkan tanpa mengenal mereka in person, saya sudah bisa belajar banyak. Anda juga barangkali.
Saya meyakini bahwa seberapa besar kita dinilai akan sebanding dg seberapa besar kita bisa mensolusikan masalah; seberapa bagus gagasan kita dan dalam berikan value bagi orang lain. Nilai kita itulah yg pada akhirnya akan mendikte seberapa besar kita dibayar.
Kita lihat coba, kalau Anda maen ke rumah orang kaya (yang bijak), apa coba ruang yang pasti ada? Jawabannya -pasti- ruang baca/perpustakaan. Makin kaya si pemilik rumah, dan makin luas rumahnya, ruang baca mereka pasti juga akan makin luas (dan alih2 PC, Anda mungkin akan melihat Mac di sana :-D)
Tapi klo perginya ke rumah orang miskin, atau yang kaya mendadak, apa coba hal mencolok yang terlihat? Tipi, segede-gedenya tipi yang bisa mereka beli.
Beruntunglah saya, tipi di kamar saya cuma 14 inch, dg PS2 yg juga mungil di sampingnya. Lantas pada ke mana buku2nya? Itu dia ^_^
Menarik nih. Gimana ya caranya membedakan buku itu ditulis oleh orang yang bener-bener pakar atau ahli berbual ?
menurut saya…
biasanya sih.. klo buku2 yg berkualitas, laku tanpa perlu gembar-gembor promosi yang super wah, embel2 “best seller”, dlsb.. yg dibutuhkan hanyalah menginformasikan ‘kehadirannya’ aja.
klo bukunya ahli membual, butuh promosi yg luar biasa sekedar supaya orang mau melihat isinya.
tp ini diluar konteks bisnis loh.. klo dikaitkan dengan penjualan, profit, wah ga tau lagi.
satu lagi, lihat penerbitnya juga. walaupun bukan jaminan bahwa buku dari penerbit yg terbilang bagus pasti isinya bagus.. dan sebaliknya, buku dari penerbit tidak terkenal pasti tidak bermutu. kalau penerbitnya sudah mapan, ruang gerak untuk menyeleksi tulisan, menjaga idealisme buku-buku yg diterbitkan kan lebih besar dari pada penerbit yg masih pas-pasan..
terus terang aja, saya kalo beli buku, biasanya nyari pojok penerbit favorit saya dulu.. baru lihat2 yg lain
gmn?
mas Gun.., fontnya apa bisa lebih digedein..? hehehe
kalau dibaca di display saya yang 1440 x 900 kelihatannya jadi kuecil buanget gitu..
heheheheh.., kok maksa ya..
#3. Siap, Pak. Sudah dilakukan. Nambahin tag sendiri ^_^. Tp comment2 blum bisa dibikin tampak lebih besar, krn saya ndak bisa ngedit templatenya :).
Btw, seumur2, saya ndak pernah lho pake display beresolusi 1440×900. Mac-nya Bapak sampe segitunya ya :p
Masukan yg bagus, mas Haikal ^_^
Dari buku Re-Imagine! (Tom Peters) dan Simplicity (pengarangnya lupa, Bill Jansen kali), disinggung betapa skr banyak sekali pakar manajemen yg malah mbikin masalah jadi makin ruwet dg ciptakan beragam konsep, teori & istilah2 rumit.
Alih2 menjadikan kepelikan menjadi sederhana & mudah ditata, ilmu2 yg mereka bawa malah menjadikan segala hal tampak lebih gawat, ruwet & menakutkan. Mereka pintar meramukan konsep & teori yg terlihat keren, sophisticated & up-to-date. Tapi itu tidak cukup.
Likewise, penulis buku yg handal -bagi saya- bukanlah orang yg pintar berbicara ttg istilah2 rumit, bukan orang yg pintarnya masih sebatas dalam meramu gagasan orang lain (spt saya :p) apalagi yg belum bisa melakukan apa2 yg sudah dia katakan. Lebih dari itu, adl kemampuannya dalam menarik hikmah & pembelajaran dari banyak kejadian yg dia indera. Dia adl orang yg hidupnya, biografinya adl ilmu bagi orang lain.
Bagi saya, penulis yg handal tidak skedar membuat saya terhentak scr intektual & emosi, namun yg mampu menjadikan perilaku keseharian saya penuh perbaikan & nilai tambah.
Suatu gagasan, bisa muncul dengan sendirinya, tidak harus dari seseorang pakar. Juga, suatu temuan atau teknologi yang telah ada, bisa jadi itu adalah terusan dari gagasan orang lain. Bahkan dalam banyak hal, banyak pakar yang meminta khalayak untuk meneruskan gagasannya. Wah, maaf kalau tidak ada sangkutan dengan tulisan anda.
mm… blog yang bagus mas guntar
salam
#6 Terima kasih, mas Mupi. Saya sepakat dg apa yg sampean sampaikan & konsekuensi yg muncul darinya. Blogosphere saya pikir bisa mjd wahana yg kondusif utk saling mematangkan gagasan dan pemikiran, utk mencapai Wisdom bersama. Oleh karena itu, ndak boleh pelit berbagi insight dan hikmah 🙂
bicara ttg menemukan gagasan dari orang lain, mungkin pernah dengar tentang pecha kucha night (http://pechakuchajkt.wordpress.com/about/). tempat orang dari berbagai bidang mempresentasikan gagasannya. karena yg presentasi dari beragam latar belakang, jadinya yg nonton bisa dapat gagasan yg bener2 fresh. menariknya lagi, yg presentasi hanya dikasih kesempatan 400 detik untuk mempresentasikan 20 slide (20 detik/slide yg diset otomatis di slidenya jadi bener2 nggak bisa molor lagi waktunya) 🙂
Yup, pernah, To’. Aku taunya dari Kreshna. Tp bhw pecakucha udah jalan di Jakarta, aku baru tau dr nt. Anyway, pak Daniel ama Kreshna berminat tuh ngadakan pecakucha di surabaya 🙂
Thanks for the great comments about Pecha Kucha. Saya dengar-dengar dari salah satu panitianya, Pecha Kucha Surabaya akan diadakan pada bulan Juni ini loh. Dr. Adhiatma menjadi salah satu penggagasnya. Untuk PK Jakarta Vol.2 kemungkinan besar akan diadakan pada tanggal 18 Juni, 2009. See you soon 🙂 (Ketua PK Jakarta)