Ini adalah bagian ke-2 dari serial belajar dari kesalahan. Untuk memahami posting ini, terlebih dahulu Anda perlu mengetahui beberapa jenis kesalahan.
Ini adalah kesalahan yang diakibatkan oleh pembiasaan. Untuk bisa terhindar dari kesalahan jenis ini, dibutuhkan perubahan yang cukup besar dan banyak yang gagal dalam membayar lunas harganya sehingga mereka terus terperosok di lubang yang sama.
Kesulitan untuk berubah bisa disebabkan karena ganjalan pada pengakuan atas kesalahan itu sendiri, seperti yang telah saya sampaikan pada tulisan pertama. Manakala seseorang masih punya anggapan kuat, “Lho, saya ini kan sudah senior, sudah dewasa, lha ngapain juga harus saya yang berubah?!” Karena dia seperti punya kebutuhan untuk melindungi ego atau image perfect yang (mungkin) mereka punya, akhirnya mereka pun enggan untuk berubah. Atau malahan, sejak awal sudah enggan mengakui bahwa mereka lah sebenarnya yang bersalah.
Ini lah yang kemudian menjadi perangkap: manakala seseorang gagal melihat cacat atau kelemahan dalam perilakunya, maka dia akan terus menerus terperangkap pada perilaku dan batasan2 yang selalu sama dan selalu ada. Maka kalau sampai ada yang bilang bahwa dia masih seperti anak kecil, maka jangan2 itu benar.
Apa yang juga jadi tantangan adalah manakala dibutuhkan pembaharuan dari komitmen yang sudah pernah dilanggar sebelumnya. Mulai dari yang remeh aja: “Iya iya, lain kali kalau mbuang kulit kacang ndak sembarangan lagi” sampai ke yang lebih serius “Oke, aku akan coba untuk tidak lagi ingkar janji lunasi hutang pada seluruh teman2mu.” Ini bisa terjadi di sembarang situasi, entah di tempat kerja, keluarga, pertemanan ataupun yang lain. Ini juga bisa terkait dengan komitmen yang sudah Anda buat dengan diri sendiri.
Untuk bisa memperbaharui komitmen tidak sekedar dibutuhkan pengakuan atas kesalahan yang baru saja terjadi, tapi juga kesediaan untuk mengakui kesalahan2 serupa yang sudah kerap dibikin sebelum-sebelumnya. Butuh kelapangan dada untuk bisa melakukannya; untuk bisa mengatasi perasaan bersalah dan perasaan serasa jadi orang gagal, karena itu semua bisa mematahkan nyali dan kesediaan seseorang untuk mencoba sekali lagi dan lagi.
Mimpi buruk akibat kecerobohan; dan ini gawat ketika dipelihara jadi kebiasaan.
Itulah kenapa keberhasilan seseorang untuk belajar dari kesalahan seringkali membutuhkan keterlibatan dari orang lain, entah dalam bentuk nasihat, training seminar ataupun yang lain. Teman atau mentor yang sedemikan suportif dan pengertian bisa membantu memandang kasus Anda secara lebih obyektif dan juga membantu mengingatkan Anda manakala Anda sedang meleng, keluar jalur atau melanggar komitmen yang sudah Anda buat sendiri.
Di saat-saat diri sedang lemah, satu-satunya cara untuk menghindari kesalahan sepertinya adalah dengan mencatut orang lain. “Mir, aku sebenarnya sedang pengen ke warnet lagi buat ngegame ragnarok online, tapi aku udah janji ama Santi bahwa aku ndak akan lagi. Kamu mau nggak aku ajak jalan ke mana gitu biar aku jadi lupa ama keinginanku buat ragnarokan?” Pengakuan bahwa Anda butuh bantuan dan lalu memintanya; itu juga butuh keberanian ketimbang sekedar mencoba menjalani komitmen Anda sendirian.
Apa yang susah kan manakala kebiasaan itu tak terlihat. Oleh karenanya, bantuan orang lain akan sangat membantu. Entah keluarga atau teman, mereka bisa membantu Anda menemukan sumber kebiasaan Anda dari pengalaman masa lalu.
Saya akan membahas cara mengubah kebiasaan buruk di tulisan terpisah. Tapi sekilas saja kiat: setelah Anda temukan kebiasaan buruk apa yang jadi masalah, cobalah temukan cara untuk menangkalnya; buatlah kebiasaan baru yang mematahkan kebiasaan lama. Untuk contoh yg sederhana: gunakan sarung tangan bila Anda suka menggigit kuku, atau kunyah saja -dg mulut tertutup- permen karet. Bila Anda merokok karena kebosanan, maka ya penuhi saja hari Anda dengan aktivitas sehingga sampai tak ada waktu untuk merokok.
Hikmah terbesar yang bisa dipelajari dalam Kesalahan Terikat adalah bahwa Anda harus memeriksa kemampuan Anda sendiri untuk berubah. Beberapa jenis perubahan akan lebih mudah bagi Anda ketimbang bagi orang lain, tapi Anda baru tahu itu manakala Anda benar2 sudah melakukan salah dan berusaha membenarkannya.
Leave a Reply