Masih nyambung ma post sebelumnya; terkait dg konflik yang baru aja tjd di tempat saya bekerja. Post ini sebenernya adl intisari dari surat saya ke salah satu rekan kerja yang terlintas niatan mo keluar dan mbikin usaha sendiri. Ketidakpuasan kepemimpinan yang kemaren tjd adl satu hal, tapi adanya anggapan bhw kami skr lebih spt karyawan ketimbang entrepreneur adl salah satu issue kuat yang juga muncul. Tanpa bermaksud mengharamkan profesi sbg karyawan, kami memang memilih utk hidup sbg seorang entrepreneur sejak kuliah dulu.
Kpd dia, saya ngasih dokumen terproteksi. Btw,kami sama2 Martian yg canggung rasanya ngobrol lgs dari hati ke hati (halah halah :mrgreen:). Dalam surat itu, saya bilang klo saya nggak sudi sebut diri ini karyawan senyampang saya:
-satu-
Masih bisa dapetin banyak kesempatan untuk berkembang dg cepat & signifikan. Klo ternyata kerjaan menawarkan resource pembelajaran yang kaya, rekan kerja yang bak guru dg apa2 yang mereka bagus atasnya, model bisnis yang relevan dg target pencapaian pribadi, dan juga atmosfer kerja yang sedemikian mempromosikan peningkatan kualitas profesional scr utuh. Entrepreneur adl seorang pembelajar seumur hidup; bertapa di gua yang tepat, mengabdi pada kerajaan yang tepat. Dan saya kesankan pd si teman ini bhw saya skr sedang bertapa di gua yang tepat.
-dua-
Emoh sebut diri karyawan senyampang diri masih hadapi banyak tantangan; mulai dari yang kecil2 sampe yang mbikin stress ga keruan. Dari sinilah saya lantas berani mengatakan “I’m exceeding my limit!” Badan & pikiran emang penat bukan main, tapi rasanya puas banget ketahui diri sedang menembus batas; Consistently reaching out into a new height.
-tiga-
Salah satu tantangan yang saya alami skr adl dalam ciptakan sesuatu from scratch. Karena sekedar gagasan cemerlang aja ga cukup; yang penting adl kemampuan utk menindaklanjuti gagasan tersebut dlm proses yang utuh; mulai dari peluncuran gagasan hingga bentuk konkrit gagasan itu sampai di pelanggan. Dan saya pikir inilah yang penting dari seorang entrepreneur; mendeliver gagasan cemerlang dalam sebuah bentuk yang bernilai bisnis! Dan ini menjadikan saya tidak spt seorang karyawan.
-empat-
Emoh bilang diri ini karyawan, klo saya terbukti punya kekuatan besar utk membuat perubahan dan pengaruh signifikan terkait dg atmosfer kerja dan juga orang2 yang terlibat dalam tim. Saya pelajari bener, bahwa ndak harus jadi pimpinan formal utk bisa berikan pengaruh. Kelantangan tindakan kita udah jadi modal yang cukup utk berikan pengaruh; jika kita memang mengukur kepemimpinan dg tingkatan pengaruh kita pada orang lain.
Saya sadari, bahwa dengan membangun bisnis sendiri dari awal, saya memang akan melatih kemampuan finding talents. Tapi ketika udah masuk dalam bisnis spt skr, kemampuan dlm
engaging dan retaining talented people to work with jg mjd kemampuan krusial yang wajib dimiliki.
Perusahaan saya masih beranggotakan kurang dari 15 orang. Sehingga dengannya masih relatif mudah bagi kami utk membangun atmosfer kerja yang sifatnya terbuka, datar & inklusif serta memiliki akar integritas. Dan juga untuk membuat setiap orang merasa dirinya sebagai DNA dari perusahaan.
Konsep yang terkesan teoritis di atas sebisa mungkin kami bangun setiap harinya; dg kerja bakti kotor2 bareng (trmsk direktur), piket bergantian (trmsk direktur), ngobrolin hal remeh temeh hingga kasih acknowledgement & positive affirmation di intranet bulletin board, pasang poster2 Michael Jordan (biar bisa kayak dia:smile:), tempelin tulisan2 inspiratif di dinding, ngechat urusan kerja hingga urusan pribadi di messenger (meskipun semua ada di satu ruangan!)
Kami berharap dari hal2 kecil itulah pencapaian besar bisa teraih. Kami meyakini kemampuan kami utk lakukan perihal2 kecil sesungguhnya adl prasyarat kepantasan bagi kami dalam menjalankan perihal yang lebih besar. Mumpung masih kecil, maka saya dan temen2 ndak cuma bicara tentang common sense, tapi juga uncommon sense untuk berinovasi, sekaligus menjaga sense of humor biar kerja ga garing.
Salah satu prinsip entrepreneur memang adalah berkuasa atas pilihan2 dan nasib sendiri. Tapi jika itu mencenderungkan untuk memulai segalanya dari awal, maka saya enggan. Atmosfer kerja yang udah terbentuk di tempat kerja saya terlalu mahal untuk ditinggal. Itulah yang coba saya yakinkan pada rekan kerja saya.
Lalu bagaimana dg kerja sendirian? Bukankah Friedman bilang bhw di jaman sekarang, kita bahkan bisa bersaing sbg seorang individu, tak peduli dari negara mana kita berasal. Benar, tapi saya juga sepakat banget ma omongan Steve Jobs dalam The Apple Way;
You can’t do it by yourself, no matter how smart you are. Markets move too quickly, technologies grow too complex, and too many smart people are investing too much time and money in innovation. And, by the way, lots of those smart people are working in teams, trying to beat you out.
Saya sekarang sudah empat kali (baru empat kali) gagal dalam berbisnis; dg belasan proyek gagal di dalamnya. Semoga bisnis yang kali ini saya jalani sukses.
Do’akan saya ya, teman2 *sambil melambai tangan kyk di Takeshi Castle :mrgreen:*
aku doain deh moga sukses
klo liat di sini, entrepreneur itu definisi awalnya : org yg mengorganisir sistem buat nghasilin produk dlm rangka nyari duit. gitu doang.
tp begitu scroll pagenya ke bawah … kriterianya itu bo’ … ini pahlawan bertopeng atau orang cari duit yak?? kaya’nya lebih mirip yg pertama.. he he he..
sy sendiri tidak/belum punya orientasi entrepreneur mas.. (pengakuan sejujurnya nih..)
tp klo melihat kriterianya … menarik tuh.. sy ambil poinnya aja deh…tp namanya ga mau entrepreneur. pingin yg lain. enaknya apa ya.. ntar aja deh dipikirin.
amin.. buat do’anya 🙂
Kalau saya sih memandang bahwa saya ini adalah “pemilik dari perusahaan saya sendiri” dan bahwa tempat saya bekerja sekarang ini merupakan client saya. Karena merupakan “pemilik perusahaan” maka saya tentu harus memperhatikan customer satisfaction sambil terus mencari terobosan-terobosan baru.
#1 Sukses juga buat mas Aribowo ! 🙂
#2 Yg perlu diinget, entrepreneur tu sebenernya lebih mengacu pd mentalitas dan perilaku. Jd bukan lantas ndirikan bisnis sendiri. Makanya itu sampe ada sebutan intrapreneur utk karyawan yg berperilaku & berkebiasaan entrepreneur. Ada juga yg namanya Knowlepreneur. Dan ada juga yg namanya Technopreneur. Dan sptnya Haikal pantes deh jadi seorang Technopreneur 8)
#3 Cara pandang yang amat menarik, Don :-). Aku kayaknya pernah baca deh ya di salah satu postingmu yang dulu. Cara pandang ini emg menempatkan kita dalam posisi yang lebih proaktif dan bertanggungjawab atas pengaruh positif yang kita kontribusikan.
Dan sedikit pengen nyambungkan dg konsep Unified Modeling Language, maka di sana kita ndak cuman ada customers, tapi juga ada client’s customers (the customers; as opposed to our customers) dan users (yang biasanya getting the closest feel for our contribution —and get the strongest impressions).
yok opo kabare cak ?. aku sebenarnya juga ingin mempunyai usaha sendiri. kalo dulu sempat ngomong2 sama temen2, budi ingin usaha soto kediri, ternyata dia sekarang di Australia (mungkin buka warung soto disana), kurnix lupa aku, tapi sekarang usaha baju+macem2. kalau aku inginnya dulu grosir kebutuhan sehari2, tapi masih dadi buruh heheh. setidaknya idealisme itu masih ada. salam ukhuwah akh.
bagus menyentuh dan menggigit
tar…kapan kamu punya bisnis sendiri???
lovly
gopang
Muhandis:
Klo belum bisa mbikin usaha sendiri, jadi pemodal dulu ae, Bhak. Modali aku ae yo
Gopang:
Lha yg skr ini udah ta’anggep usaha sendiri kok. Dan emg iya punyaku. Klo yg dimaksud adl usaha yg aku inisiasi sendiri, itu ntar, di usiaku yg ke-32 insyaAllah. Join ama aku yach, Bang 🙂
bisnis yukk seruh kayanye
Sukses bang!!BERJUANGLAH!!*nada seperti narator benteng takeshi*: )
good luck Mas Guntar …sama2 saling mendoakan 🙂
I found your blog on google and read a few of your other posts. I just added you to my Google News Reader. Keep up the good work. Look forward to reading more from you in the future.
I found your blog on google and read a few of your other posts. I just added you to my Google News Reader. Keep up the good work. Look forward to reading more from you in the future.
Keren bos.. gua suka qoute yang ini:
“Salah satu prinsip entrepreneur memang adalah berkuasa atas pilihan2 dan nasib sendiri”
saya tambahin satu quote yang menarik juga nih:
“Satu hal yang menurut orang adalah suatu dosa, namun sekarang saya melihatnya sebagai kebijaksanaan adalah: Saya Tidak Bisa DIPEKERJAKAN” – Brad Sugars
Sekedar info, Tanggal 26 November 2009 Brad Sugars bakal datang ke Indonesia. Dia akan berbagi pengalaman dan teknik-tekniknya membesarkan bisnis. Info tentang Brad Sugars browse aja di banpolotak.blogspot.com
Kalau pengen tahu tentang acaranya, browse ke b-training.co.cc/ad/redirect/11/0