Belajar dari Sang Monster Bisnis Donald Trump

Donald Trump pebisnis monsterDiestimasikan bernilai 2 triliun dollar, Trump telah mendudukkan namanya di jajaran para entrepreneur terbesar di abad 20. “Get in, get it done, get done right, and get out,” demikian Trump pernah berkata. Itu adalah moto yang dia pegang sejak awal-awal dulu kala membantu bisnis real estate ayahnya sampai dengan deal senilai multi-million dollar sekarang. Dia miliki reputasi sebagai seorang pebisnis yang keras tanpa belas kasihan, licik, namun juga sopan dan menawan, yang mana bisa mengindera peluang bisnis yang berkilometer nun jauh di sana. Dia mengubah proses deal-making menjadi sebuah bentuk seni dan juga menunjukkan bahwa dia bisa kembali masuk jajaran atas bahkan setelah alami tantangan pelik.

“Apa yang membedakan pemenang dengan pecundang adalah pada bagaimana penyikapan seseorang terhadap setiap pelintiran takdir,” begitu kata Trump. Dia sendiri telah menyikapi pelintiran dan belokan hidup dengan penuh optimisme, menjadi CEO dari perusahaan terbesar di New York dengan lebih dari 22.000 karyawan dan estimasi revenue lebih dari $ 10 miliar.

Mengikuti cerita dan penuturan Trump tentang resep sukses, jadi tergambar di benak saya Trump sebagai seorang monster bisnis yang seram dan sakti. Sedikit banyak, kita pasti bisa belajar darinya. Berikut adalah cuplikan penuturan Trump:

“Saya belajar banyak tentang disiplin dan bagaimana menyalurkan sifat agresif saya menjadi pencapaian (achievement). Saya putuskan bahwa selama saya berkuliah, saya akan terus menguji diri melawan mereka yang terbaik.”

“Saya ini orangnya getol dan suka memburu (relentless) bahkan di kala mengalami ketiadaan dorongan atau semangat, karena lebih dari yang Anda kira, persistensi murni adalah sungguh jadi pembeda antara sukses dan gagal. Ketika ada yang menantangmu, lawanlah kembali. Jadilah brutal, jadilah kuat, pokoknya sikat saja.” (aslinya: Be brutal, be tough, Just go get them.)

“Berdasarkan pengalaman pribadi, manakala Anda memperjuangkan apa-apa yang Anda yakini – bahkan manakala itu artinya harus mengucilkan seseorang di perjalanan nanti- apa yang akhirnya terjadi tetaplah yang terbaik. Apa yang terpenting dalam hidup adalah untuk mencintai apa-apa yang Anda lakukan, karena itu adalah satu-satunya cara untuk menjadi yang terbaik di sana. Uang tidaklah pernah menjadi motivasi utama bagi saya, melainkan sekedar sebagai sebuah hitungan. Kenikmatan utamanya terletak pada terjun bermain. Tanpa hasrat kuat (passion), Anda tak akan punya daya, dan tanpa daya Anda tak punya apapun.”

Donald Trump

“Ketika Anda hendak menjual sebuah mobil dan habiskan lima dollar untuk menyuci dan memolesnya, sampai kemudian ditambah lagi dengan gosokan lengan baju, tiba-tiba Anda akan sadari bahwa Anda sebenarnya bisa menarik biaya ekstra sebesar empat ratus dolar dan lalu benar-benar mendapatkannya. Bila Anda hendak membeli sesuatu, sudah jelas untuk kepentingan Anda, bahwa Anda harus meyakinkan sang penjual bahwa apa yang dia punya sebenarnya tidaklah punya nilai istimewa.”

“Ketika saya membangun untuk orang lain, saya selalu menambahkan $50 juta atau $60 juta untuk harganya. Ketika orang saya mengatakan bakal habis $75 juta, maka saya bilang habisnya bakal $ 125 juta, dan lalu saya bangun dengan biaya $ 100 juta. Pada dasarnya, kerja saya jelek. Tapi mereka pikir saya sudah lakukan kerja yang bagus.”

“Pengalaman telah mengajari saya beberapa hal. Salah satunya adalah untuk mendengarkan firasat (gut) Anda, tak peduli seberapa bagusnya apa yang tampak di atas kertas. Saya dikenal baik suka meminta pendapat orang lain sebelum membuat keputusan. Saya bertanya, bertanya dan terus bertanya sampai saya mulai mendapatkan firasat tentang sesuatu. Baru di situlah kemudian saya membuat sebuah keputusan. Saya telah belajar banyak dari hasil melakukan survei acak mandiri ketimbang yang bisa saya pelajari dari perusahaan konsultasi terhebat.”

“Di luar sana ada beberapa orang yang punya bakat golf lebih besar ketimbang Jack Nicklaus, atau kemampuan tenis yang lebih besar ketimbang Chris Evert atau Martina Navratilova, tapi mereka tidak pernah mengangkat tongkat atau mengayunkan raket dan oleh karenanya mereka tak akan pernah menemukan seberapa bagus diri mereka bisa menjadi. Alih-alih, mereka telah cukup puas untuk sekedar duduk dan menonton para bintang tampil di televisi.”

“Mereka yang lain bisa melukis dengan indah di kanvas atau menulis puisi yang menawan. Saya sendiri suka membuat deal, utamanya deal yang besar. Saya juga suka berpikir besar. Saya selalu suka dari dulu. Bila Anda hendak berpikir, maka berpikirlah saja sekalian yang besar. Kebanyakan orang berpikir kerdil karena kebanyakan orang takut sukses, takut membuat keputusan, dan takut untuk menang. Dan orang-orang seperti itu malah memberikan keuntungan yang besar buat saya.”

banner ad

2 Responses to “Belajar dari Sang Monster Bisnis Donald Trump”

  1. hendy says:

    tulisan yang sangat bagus mass… sangat menginspirasi.. salam dari adik kelas sampeyan

    hendy.

  2. oneil says:

    Bagus sekali tulisannya bos…..,ini baru namanya monster bisnis.
    salam dari makassar.

Leave a Reply