Ternyata banyak kepala malah cenderung mengarah pada pengambilan keputusan yang ekstrim. Membuat keputusan secara bersama tampaknya tidak lantas jadi cara yang baik. Dan kenapa juga orang2 di internet cenderung lebih ekstrim berpendapat ketimbang ketika mereka sendiri.
Ketika seseorang miliki urusan penting yang harus diputuskan di tempat kerja, maka ada kecenderungan baginya untuk meminta pendapat banyak orang, kadang secara bersamaan dalam sebuah forum kecil. Sepertinya hal itu memang ide yang menarik; meminta saran dengan cara disuksi dan bertukar pendapat bersama orang-orang dari latar belakang, pengalaman dan keahlian yang beragam. Bukankah dengan demikian perspektif yang kaya akan bisa didapatkan? Tapi apakah betul banyak kepala memang lebih bagus ketimbang satu? Para psikolog telah melakukan ratusan eksperimen terkait hal ini, dan temuan mereka seringkali mengangetkan para pendukung metode konsultasi grup.
Adalah Jack Stoner, lulusan MIT, yang melakukan penelitian tentang pengambilan risiko. Bahwa ada orang2 yang gemar mengambil risiko, dan ada juga yang cenderung mengambil jalan aman, kita semua sudah tahu itu. Namun Stoner ingin tahu apakah seseorang akan cenderung mengambil keputusan yang lebih (atau kurang) berisiko tatkala dia menjadi bagian dari sebuah kelompok. Untuk mengetahuinya, dia pun melakukan eksperimen sederhana yg cerdik.
Di bagian awal dari studinya, Stoner meminta beberapa orang untuk bermain peran sebagai pelatih sukses (life coach). Mereka dihadapkan pada serangkaian kasus dan skenario di mana ada orang yang menghadapi dilema, dan harus memilih manakah yang paling baik untuk masa depan yg baik. Salah satu skenarionya adalah tentang seorang penulis bernama Helen yang saat ini menghidupi dirinya dengan membuat tulisan2 murah. Baru-baru ini Helen dapatkan sebuah gagasan menarik yang bisa dijadikan novel. Tapi untuk menindaklanjuti niatan itu, dia harus siap menelantarkan pekerjaan rutinnya dan merasakan penurunan pendapatan. Sisi positifnya, novelnya kemungkinan akan menjadi hit besar yang lantas akan berikan dia banyak uang. Tapi di sisi lain, bisa juga novelnya benar-benar gagal, tak diterima pasar sementara sudah banyak waktu dan energi yang terbuang karenanya. Nah, para partisipan lantas diminta untuk membantu Helen menghadapi dilemanya, lalu membuat taksiran terkait seberapa yakin novel itu akan menjadi sukses di pasar.
Bila para partisipan punya sifat yang konservatif, mereka akan cenderung membuat Helen yakin 100 persen bahwa novelnya akan sukses. Tapi bila para partisipan punya tendensi lebih besar pada risiko, mereka bisa-bisa hanya punya angapan 10 persen saja atas kesuksesan novel Helen.
Apa yang didapat dari eksperimen ini?
Stoner menemukan bahwa keputusan yang diambil oleh grup/kelompok akan cenderung jauh lebih berisiko ketimbang keputusan yang diambil oleh individu. Diperkuat dengan studi yang lain, maka disimpulkan bahwa efek yang didapat dari keputusan kelompok sebenarnya bukanlah yang lebih berisiko. Lebih tepatnya, yang terjadi adalah polarisasi. Dalam studi Stoner, ditemukan bahwa grup akan membuat keputusan lebih berisiko. Sementara dalam eksperimen lain, grup malah menghasilkan keputusan yang amat konservatif atau menjauhi risiko.
Singkat kata, grup atau banyak orang punya sifat meng-exagerate -atau mengekstrimkan pendapat orang2 yg ada di sana, sehingga menghasilkan keputusan yang lebih ekstrim ketimbang yang diambil oleh orang per orang. Bergantung pada tabiat kecenderungan dari orang per orang di suatu kelompok, keputusan akhir yang diambil bisa jadi mengarah ke amat sangat berisiko atau amat sangat konservatif.
Fenomena menarik ini lantas juga muncul dalam beragam situasi, seringkali dengan konsekuensi yang mengkhawatirkan. Kumpulkan jadi satu orang2 yang pikirannya negatif dan penuh curiga, maka mereka akan menghasilkan keputusan yg begitu diskriminatif. Buat anak2 muda yang agresif kumpul bersama, maka secara bersama mereka akan jadi lebih brutal dan beringas. Efek ini bahkan juga terasa di forum diskusi internet, di mana orang2 yang aktif di sana tampak menyuarakan pendapat mereka secara lebih ekstrim ketimbang yg normalnya mereka suarakan.
Apa sih yang jadi penyebab fenomena ini?
Berkumpul dengan orang2 yang punya sikap dan opini serupa akan memperkuat keyakinan seseorang dalam banyak cara. Dia akan mendengarkan argumen2 baru, dan membuatnya jadi lebih terbuka dalam mengekspresikan pendapat yang awalnya dia miliki dengan keraguan. Seseorang bisa saja menyimpan suatu pendapat di kepalanya karena dia merasa pendapatnya itu aneh, ekstrim atau kurang bisa diterima secara sosial. Tapi begitu bertemu dengan orang2 yang ternyata punya pemikiran serupa, ataupun jika berlawanan tapi sama2 ekstrimnya, maka seseorang itu akan jadi lebih punya alasan dan keberanian untuk menjadi lebih terbuka dan mengekstrimkan pendapatnya sendiri.
Polarisasi bukan hanya fenomena yang terjadi dalam sebuah “groupthink” yang secara khusus berkumpul untuk berpikir atas suatu masalah tertentu, namun secara umum juga terjadi pada orang2 yang intinya berkumpul atau terikat bersama. Penelitian telah tunjukkan betapa kelompok itu lebih bersifat dogmatis, lebih rawan dalam menjustifikasi perilaku irasional, dan juga punya kecenderungan membuat stereotip atas kelompok lain di luar diri mereka.
Dua kepala tidak lantas lebih baik ketimbang satu.
Sekedar info, Tanggal 26 November 2009 Brad Sugars, pengusaha internasional dan business coach ternama dari Australia bakal datang ke Indonesia, tepatnya di Jakarta International Expo, Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran. Dia akan berbagi pengalaman dan teknik-tekniknya membesarkan bisnis. Info tentang Brad Sugars bisa di lihat di:
banpolotak.blogspot.com atau http://www.newyorkarto.co.cc
Jadi, bagi entrepreneur muda indonesia yang punya impian besar, silahkan browse URL ini.
b-training.co.cc/ad/redirect/11/0
wah kalau kerja bakti butuh banyak kepala supaya cepat selesai…
jadi kesimpulannya adalah, meminta saran harus dari orang yang tepat…
Yap saya setuju dengan tulisan ini, terkadang saat kita memiliki ide fantastis pendukung impian, tidaklah harus dikonsultasikan kepada kerabat maupun orang lain, Berbahaya!
Berhati-hatilah dengan orang terdekat dan logika orang sekitarmu karena kedua hal itu adalah penyebab utama pembunuh “Impian”