Ini adalah bagian ke-3 dari serial belajar dari kesalahan. Ada baiknya Anda membaca dulu cara menyikapi kesalahan terikat sebelum membaca yang ini.
Ini adalah jenis kesalahan menarik, dalam artian bisa membuat Anda belajar banyak darinya. Semakin ruwet masalahnya, semakin butuh kesabaran untuk menyikapinya. Karena bila tidak, kondisinya akan jadi tambah ruwet saja.
Dalam menghadapi masalah di keprofesian mereka, para penyelidik profesional seperti jurnalis, detektif dan dokter, semua terlebih dahulu mengumpulkan beragam cara pandang sebelum mengambil tindakan. Detektif polisi menggunakan bantuan saksi mata, dokter menggunakan pemeriksaan alat dan pemeriksaan laborat, ilmuwan menggunakan sampel. Mereka semua tahu bahwa persepsi manusia, termasuk diri mereka sendiri, amatlah rentan dari salah dan bias karena banyak sekali faktor. Maka satu-satunya cara untuk bisa dapatkan pemahaman yang obyektif adalah dengan membandingkan beberapa perspektif yang berbeda. Nah, dalam menyikapi kesalahan kompleks untuk diri Anda sendiri, Anda juga bisa menggunakan cara yang serupa dengan mereka.
Mulailah dengan mencari seseorang untuk diajak berbicara tentang apa yang telah terjadi. Bahkan untuk kasus yang Anda tak bisa temukan saksi mata langsung saat kejadian -misal Anda secara tak sengaja menabrakkan mobil teman ke pagar tetangga dan tak ada satu pun orang yang melihatnya- tetap saja, berbicara dengan orang lain bisa memberikan beda cara pandang yang menguntungkan. Mereka toh bisa saja punya pengalaman yang mirip atau bahkan sama, entah teman mereka atau diri mereka sendiri. Dan siapa tahu mereka juga punya pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana cara memecahkannya. Itu tentunya akan sangat menghemat waktu Anda.
Apa yang penting adalah, dengan bercerita pada orang lain, mau tak mau jadi Anda pasti melakukan break down secara kronologis. Dari situ gambaran rangkaian peristiwa dari kesalahan Anda akan terlihat lebih jelas; termasuk mana yang sebab mana yang akibat juga bisa lebih terungkap. Orang yang Anda ajak bicara bisa juga menggali apa2 yang luput dari perhatian Anda sebelumnya. Ingatan Anda dan apa yang Anda ceritakan biasanya belumlah menggambarkan 100 persen kejadian; pasti ada yg luput. Apalagi bila Anda masih dikalutkan oleh emosi atau mood buruk akibat salah atau gagal Anda itu. Setiap orang yang Anda ajak bicara biasanya akan punya penekanan yang berbeda atas situasi Anda relatif berdasarkan pengalaman mereka masing2. Dan itu malah kemudian bisa mendekatkan Anda pada cara pandang yang utuh dari permasalahan atau kesalahan Anda.
Ada kalanya Anda perlu mendengarkan pendapat orang2 itu secara terpisah. Penyelidik kepolisian saja tidak pernah membiarkan saksi mata berkolaborasi satu sama lain dalam memberikan pengakuan. Setiap cara pandang harus tersampaikan dengan tanpa ada bias dan pengaruh dari saksi mata lain. Baru dari situ lah sang penyelidik mengumpulkan hasil temuan untuk kemudian dilihat manakah yang cocok dan manakah yang tidak.
Tanpa analisa yang layak, hasil yang didapat pastilah tak cukup memuaskan.
Pernah melihat anak kecil yang main PS lalu televisinya ngadat? Apa yang mereka lakukan? Memukul atau menggoyang goyang televisinya amat bisa jadi. Memang awalnya bisa sih. Tapi terus menerus itu dilakukan, komponen elektronik yang ada di dalam jadi dol, dan TV nya pun benar2 rusak dan tak bisa digunakan. Sifat males, masa bodoh dan tak sabaran bisa membuat kita gagal mendapatkan pembelajaran.
Dalam buku Inviting Disaster, diceritakan ada kasus terbaliknya kos-kosan apung untuk para karyawan eksplorasi minyak lepas pantai sehingga lebih dari 100 orang meninggal. Para insinyur pakar lalu dengan cepat membuat beragam teori dan penjelasan yang kompleks yang berfokus pada kesalahan operasional dan keputusan manajemen.
Seluruh teori yang canggih itu ternyata salah. Setelah dilakukan analisa cermat, ternyata ditemukan bahwa seminggu sebelumnya sebenarnya telah terdeteksi ada retakan di salah satu struktur penyangga. Alih-alih dilaporkan untuk diperbaiki, retakan itu malah sekedar dicat. Kesalahan yang bodoh, simpel dan kecil ini akhirnya menyebabkan struktur bangunan menjadi rusak hingga akhirnya tenggelam. Tanpa analisa yang cermat, yang akan didapat adalah kesimpulan yang salah. Dari kesimpulan yang salah, hikmah dan pembelajarannya pasti juga salah.
Anda baru bisa melihat apa saja faktor yang jadi penyebab kesalahan dan kemudian mendapatkan beragam hikmah luar biasa darinya manakala Anda sudah bersedia menoleh sejenak ke belakang, beberapa jam atau hari sebelum kesalahan itu terjadi. Semakin kompleks masalahnya, semakin jauh Anda perlu mundur ke belakang untuk mengamati, dan juga semakin butuh hati-hati dan berpikiran terbuka juga untuk lakukan investigasi. Malah bisa jadi Anda perlu bantuan orang luar untuk perspektif yang lebih obyektif.
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang bisa digunakan untuk membantu investigasi Anda:
Ketika Anda berupaya mengumpulkan serangkaian peristiwa itu, Anda akan temukan bahwa kesalahan2 kompleks sebenarnya kalau dipecah, itu semu awalnya adalah kesalahan2 kecil yang dipelihara. Kasus asrama lepas laut yang terbalik tadi: retakan yang dicat itu sebenarnya bisa dihindari tapi ya terjadi juga (kesalahan bodoh). Apakah ada prosedur untuk menghindari kesalahan ini? (Simpel). Apakah ada pola perilaku yang membuat sistem ini gagal? (Terikat). Sehingga begitu Anda sudah berhasil memecah kesalahan kompleks ke kesalahan2 yang lebih kecil, Anda jadi lebih mudah untuk mengatasinya, bukan?
Leave a Reply