“Ikuti kata hatimu”, ini barangkali adalah nasehat dalam manajemen karier yg secara realitas tidak mudah untuk dijalani. Memang ada sih, anak muda usia 20-tahunan yang sepertinya sudah mampu melihat pilihan karirnya dengan jelas lalu menitinya secara konsisten. Tapi ternyata yang lebih banyak adalah mereka yang -meskipun enggan mengakui- berjalan mengikuti arus dengan terus menyesuaikan dengan berbagai kesempatan yang ditemui di perjalanan. Pilihan karir diambil berdasarkan rasa pede yang angin-anginan, plus juga dengan dukungan positif ataupun negatif dari orang tua atau teman-teman dekat.
Bagaimanapun Anda pada akhirnya menemukan tapakan karir dan identitas profesional Anda, pada akhirnya Anda pasti akan dihadapkan pada pilihan karir alternatif. Nah, pada saat itu, apakah Anda tergoda untuk mengambilnya atau bisa memalingkan wajah Anda dari pilihan itu lalu belajar lebih keras untuk bisa mencintai pekerjaan Anda? Untuk pilihan yang terakhir, kita pun tahu, dalam titik profesional tertentu, hal ini tidak mudah untuk dilakukan.
Masalahnya, begitu Anda sudah berkomitmen menekuni pekerjaan tertentu, pasti akan ada dakian tajam atau titian tak menyenangkan yang membuat komitmen Anda tergerus. Beragam iritasi pekerjaan seperti perjalanan pulang pergi yang bikin BeTe (entah karena jarak, waktu, atau kondisi; misal harus lewat kawah lumpur porong), rutinitas yang sudah tak menantang dan jadi membosankan, atasan yang sikapnya ampun-ampun dan tidak kompeten, rekan kerja yang licik dan penuh intrik, atau kerjaan administratif yang sedemikian menggunung… semua itu bisa kian menggumpal dan menggerogoti perasaan puas pada pekerjaan.
Barangkali jurus utama untuk bisa menyenangi pekerjaan adalah dengan menemukan pekerjaan yang sempurna dan ideal, serta sekalian saja dibayar lebih dari yang semestinya. Tapi bila ternyata kondisi itu susah untuk dicapai, maka Anda mau tak mau harus berusaha mencintai pekerjaan Anda secara sengaja, sadar, dan terus mengingatkan diri mengapa Anda sampai mencintai pekerjaan itu.
Artinya apa? Rahasia untuk mencapai kepuasan kerja tidaklah selalu dilakukan dengan mencari pekerjaan yang lebih ideal atau atasan yang lebih menyenangkan. Terkadang, satu hal yang perlu Anda ubah adalah sikap Anda terhadap pekerjaan yang sedang Anda jalani saat ini.
Untuk ini kita perlu jujur pada diri sendiri, bahwa berpikir negatif itu memang selalu lebih mudah daripada berpikir positif. Maka untuk bisa menikmati pekerjaan, kita perlu mendisiplinkan diri untuk berfokus pada hal-hal baik. Mulailah dengan menuliskan setiap hal yang Anda sukai dari pekerjaan. Tuliskan di secarik kertas atau di software mindmap, atau notepad.
Jika hari Anda di kantor begitu menyebalkan, maka ingatlah betapa obrolan dan guyonan dengan penjual nasi goreng di warung begitu membuat Anda merasa santai dan nyaman. Suatu momen tidaklah harus bersifat heboh agar layak jadi permen pemanis hari. Tapi jika kita bisa membuat diri kita sebal karena urusan remeh temeh, maka kita pun juga bisa membuat diri merasa positif dari urusan yang terkesan remeh temeh. Tak menemukan satu pun? Maka buatlah permen pemanis hari secara mandiri:
jalinan baik dan kekompakan dg rekan kerja adl sumber motivasi yang baik
Seberapa pun agungnya sebuah misi dalam peperangan bersenjata, para tentara mengaku bahwa apa yang membuat mereka bersemangat adalah rekan-rekan di samping mereka. Mereka berperang dan melakukan tindakan-tindakan berani demi rekan-rekan mereka. Di tempat kerja juga sama. Ketika merancang, memproduksi, memasarkan dan menjual produk, Anda bekerja bersama para rekan kerja. Sehingga kondisi pertemanan, semangat meraih sukses bersama, dan semangat diri untuk beri kontribusi bagi banyak orang seringkali jadi alasan yang memantapkan seseorang untuk terus giat bekerja. Punya orang-orang yang tak disuka itu wajar, tapi bukan lantas Anda memutuskan untuk tak punya sahabat dan kolega setia.
Tentu saja Anda bekerja untuk mendapatkan uang. Bila gaji Anda lumayan, sudah barang tentu Anda punya alasan yang bagus untuk bisa mencintai pekerjaan. Tapi meskipun hal ini sudah jelas, masih banyak yang belum mampu memberikan apresiasi yang baik terkait gaji yang diterimanya. Hasrat untuk bisa naik jabatan dan dipromosikan memang tak salah, tapi sudahkah Anda cukup mensyukuri sedemikian rupa sehingga perasaan Anda merasa nyaman dan lega?
Kantor Anda rapih, hijau, atau tampak profesional? Banyak lho kantor yang berantakan. Anda sering kebagian tiket nonton bioskop gratis dari bos atau teman? Termasuk juga traktiran dan snack gratis? Boleh bawa hewan piaraan ke kantor? Boleh ndengerin dan ngopi MP3 dari rumah? Boleh bawa koleksi boneka dan mainan untuk ditaruh di meja kerja? Dapet kesempatan cuti ekstra? Peluang bertumbuh yang besar? Pengakuan kompetensi dari rekan kerja dan atasan? Tunjangan tua atau keamanan kerja? Jadwal Kerja yang fleksibel? Kursi kerja yang nyaman? Komputer kerja yang sip? Hubungan yang baik dengan bos?
Kita memang perlu terus memotivasi diri sendiri, agar mencintai pekerjaan. Dan pekerjaan itu mestinya tak pernah membosankan, karena kita bisa membuat pekerjaan yang terkait dengan bidang kita, mengevaluasi apa kebijakan masih sesuai, membuat data base yang mudah diakses untuk berbagai keperluan dll…dan pada akhinya hal tsb selain berguna pada diri kita, juga bermanfaat untuk perusahaan.
edratnas last blog post..Si Mbak dan masakannya
terima kasih banget mas atas tipsnya.ijin mengcopy tuk di baca.
setuju banget,,thanks tipsnya ^^ semangat bekerja ^_~ !