Siapa sih yang mau dibilang pencuri. Emang enak dibilang tukang ngutil (apalagi ngupil) dan disamakan derajatnya dengan para penodong. Secara alami, kebanyakan kita menyebut diri ini orang yang jujur, baik hati, cakep dan tidak sombong. Maka kemudian mari kita pastikan kita memang seperti itu.
Kita mulai dengan mengevaluasi dari perihal yang sederhana: Pernah nggak nunut (numpang) fotokopi untuk urusan pribadi di mesin foto kopi kantor? Atau ngeprint pake printer laser punya kantor? Saya dulu pernah. Itu artinya saya sudah mencuri tinta dan kertasnya. Sebentar, mencuri? Kok kasar banget istilahnya? Lha cuma satu dua lembar napa sih?
Hmm… tapi coba deh… satu dua lembar, atau katakan lima lembar aja deh tiap minggunya, klo dapet setahun jadi berapa? Ditambah lagi 40, 60 karyawan yang lain ternyata juga berpikiran cemerlang dan melakukan hal yang sama. Sudah ada berapa itu…. banyak … banyak kopian kertas dan banyak uang yang hilang.
Berikut adalah cara mencuri di kantor:
Tentunya, setiap kita bisa berikan dalih dan alasan. Kita masing-masing lah yg bisa mengukur.
Buat saya yang bukan dari perusahaan besar, perihal semacam ini jadi sangat terasa. Sementara perusahaan yg besar, untuk urusan yg satu ini memang tak terasa dalam jangka pendek, tapi tentu saja beban yg akhirnya ditanggung bisa sampe jutaan hingga puluhan juta rupiah per bulan. Keuntungan usaha bisa didapet dari tiga hal, salah satunya adalah dari pemanfaatan aset dengan sebaik mungkin. Maka sembari kita berusaha tingkatkan revenue perusahaan, mari kita urusin juga urusan yg prencil-prencil (remeh temeh) ini.
Seperti kata Rheinald Khasali, “Kemampuan kita untuk menangani hal-hal yang kecil merupakan kepantasan untuk menangani hal-hal yang besar.”
buat gue